f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
riana

Allah Jahat, Allah Tidak Adil!

“Allah jahat, Allah tidak adil! Aku benciiii…” teriak bu Riana.

Itulah nafas dan ucapan terakhirnya sebelum menutup mata, untuk selamanya. Akupun syok menyaksikan kejadian ini. Tepat di hadapanku, malaikat maut menjemputnya. Hatiku menangis, sedih sekali. Kejadian ini akan selalu kukenang sepanjang karirku sebagai seorang dokter.

***

Tiga minggu sebelumnya, aku bertugas di bangsal C1 penyakit dalam RSUP di Kota Gudeg ini. Sebagai seorang dokter residen semester 1, aku menangani 5-8 orang dari 40 pasien di bangsal ini, bersama 5 dokter teman sejawatku. Aku sedang melanjutkan pendidikan dokter spesialis di sini, yang akan dijalani minimal 8 semester.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar Hb/hemoglobin hanya 5,3 g/dL, normalnya 12-16 g/dL. Angka trombositnya pun hanya 25.000/mmk, jauh di bawah normal 150.000-450.000/mmk. Sedangkan angka leukositnya atau sel darah putih 2.200/mcL, dengan nilai normal 4.000-11.000/mcL. Ada tanda perdarahan di bibir dan gusinya berdarah.

Riana menjalani pemeriksaan lebih lanjut yakni biopsi sumsum tulang, pencitraan ultrasonografi perut, ronsen dada dan pemeriksaan darah lengkap. Beliau menerima transfusi 4 kantung darah merah dan 5 kantong trombosit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa beliau menderita leukemia akut. Suatu kanker sel darah putih yang mematikan dan berprognosis buruk.

“Assalamu’alaikum ibu, apa kabarnya hari ini?” aku menyapanya.

“Lemas sekali, dokter,” katanya pelan. Pagi ini beliau menerima darah satu kantong dan kemarin sudah mendapatkan satu kantong darah. Wajahnya masih pucat. Di tangan kanan dan kirinya didapatkan bintik-bintik merah di kulit dan setiap kali diambil darahnya di pembuluh darah tangan, akan membiru dan lebam-lebam.

Riana memiliki dua putri balita. Suaminya bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Tapi beliau meminta ijin untuk menunggui istrinya, selama dirawat. Kedua putrinya dititipkan pada ibunya, yang ikut tinggal di sana.

Baca Juga  Lansia dan Realita Era Digital
Kondisi Membaik

Minggu pertama berlalu dan program pengobatan sudah selesai, di hari perawatan ke-10, Riana diperbolehkan pulang. Namun  suami beliau tidak bersedia pulang ke rumah dan menghendaki untuk tetap tinggal di rumah sakit. Sebagai tim dokter yang merawat, kami tetap bersikeras untuk menyuruh beliau pulang.

“Bapak, ibu Riana sudah membaik dan tidak ada yang akan dilakukan lagi sebagai program pengobatan. Ibu bisa pulang,” kataku.

“Dokter, saya tidak mau membawa istri saya pulang. Karena ada masalah besar lain di rumah,” katanya sedih.

“Maksudnya bagaimana Pak?” tanyaku bingung. Karena umumnya pasien akan merasa senang, jika diperbolehkan pulang. Namun kenapa suami bu Riana menolak? Ada masalah besar apa yang menahan beliau untuk pulang ke rumah?

“Ibunya Riana, yang ikut tinggal bersama kami selama ini baru saja meninggal dunia karena serangan jantung. Beliau kaget mendengar anak semata wayangnya sakit leukemia. Saya pun bingung, belum menyampaikan hal ini kepada istri saya. Setiap kali istri saya bertanya soal ibunya, saya jawab bahwa ibu dan juga anak-anak di rumah dalam keadaan sehat. Jadi istri saya tidak tahu kalau ibunya wafat 3 hari yang lalu,” jawabnya dengan wajah menunduk sedih.

“Bagaimana jika pulang ke rumah yang lain, misalnya ke rumah saudara? Katakan untuk penyembuhan dan menenangkan diri,” usulku.

“Tidak mungkin. Istri saya hanya mau pulang ke rumah kami.”

“Tapi, risiko untuk tetap tinggal di rumah sakit adalah ibu yang sangat rentan penyakit ini, bisa menderita infeksi nosokomial. Ini adalah infeksi yang diderita pasien, yang didapat selama menjalani perawatan di rumah sakit. Infeksinya bisa di saluran pernafasan, pencernaan atau saluran kencing. Kondisi ini bisa memberat dan sulit dikendalikan. Kemungkinan terburuknya pun bisa menyebabkan kematian. Maaf harus menjelaskan hal ini, agar bapak  paham,” terangku.

Baca Juga  Falsafah Jawa Ihwal Memilih Pasangan

Pak Agus, suami Riana termangu, kemudian beliau melanjutkan, “Saya ambil risiko ini. Saya tidak bisa menyampaikan ke istri saya, tentang kematian ibunya.“

Aku tidak punya cara lain untuk ‘mengusir’ dengan cara halus keluarga ini, karena akibat yang bisa terjadi berikutnya, mungkin akan mengerikan.

Hari keempat belas perawatan, setelah diperiksa hemoglobin ulang, ternyata kadarnya turun drastis. Selanjutnya beliau kembali mendapatkan 5 kantong darah merah dan 10 kantong trombosit lagi. Penyakit ini agresif sekali dan memburuk dengan cepat. Kondisi Riana kembali membaik setelah mendapatkan total 10 kantong darah merah dan 15 kantong trombosit sejak hari pertama perawatan.

Selanjutnya, Riana pun mengalami perbaikan. Dan kembali aku ‘memaksa’ sang suami untuk membawa pulang istrinya ke rumah, apapun yang akan terjadi. Riana harus tahu bahwa ibunya sudah tiada. Kembali aku mendapatkan jawaban yang sama dengan sebelumnya, bahwa suaminya tidak bersedia. Riana tetap dirawat di bangsal ini.

Minggu ketiga, beliau mendapatkan kunjungan dari teman-temannya dari Boyolali. Seperti biasanya, ada kebiasaan bersalaman, berpelukan, saat bertemu dan pulang. Beliau sangat gembira dan  terhibur.

Nafas Terakhir

Namun akhirnya, apa yang tim dokter takutkan pun terjadi. Sehari setelah dikunjungi teman-temannya, Riana mulai batuk, demam dan pilek. Infeksi ini sudah diterapi dengan lengkap. Tetapi infeksi saluran nafas atas ini, akhirnya turun ke saluran nafas bawah, yakni pneumonia. Penyakit ini memburuk dengan cepat, pada hari ketiga demam tidak menurun, bahkan makin tinggi, sesak nafas pun terjadi. Sesak nafas makin memberat dari hari ke hari. Beliau harus menggunakan oksigen dosis tinggi.

Pagi ini aku menunggui bu Riana yang kondisinya makin memburuk. Beliau berteriak-teriak karena sesaknya dan berkali-kali memanggilku. Semua yang bisa dilakukan, sudah diberikan seluruhnya, sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Aku jelaskan ke suaminya, bahwa inilah infeksi yang kami takutkan selama ini. Aku sedih sekali. Andaikan saat kondisi baik, beliau pulang, tentu tidak akan seperti ini kejadiannya. Tapi sudahlah, semua sudah terjadi.

Baca Juga  Rumah Bau Melati

Pagi yang sendu itu, hari terakhirnya. Malaikat maut menjemput beliau. Dan di saat nafas terakhir beliau meneriakkan, “Allah jahat, Allah tidak adil, kenapa harus aku? Aku orang baik-baik. Kenapa tidak orang jahat yang sakit leukemia ini. Aku benciiiiiiiiii.” Hatiku teriris sedih sekali. Selamat jalan  Riana.

Kita tidak tahu, kapan, di mana dan bagaimana cara kita wafat nanti. Kita cuma bisa berdoa. Ya Allah, mudahkan kami dalam menghadapi sakaratul maut. Berikan kami taubat sebelum datangnya maut, rahmat pada saat datangnya maut dan ampunan setelah datangnya maut. Aamiin.

Bagikan
Comments
  • Awaludin gunawan

    Kisah yg memilukan . Banyak pelajaran yg bisa diambil dr kisah ini.
    Ttg sebuah pilihan,pengorbanan,ksabaran,n msih bnyk lg.
    Namun kmatian akn ttp trjadi walaupun kt tidak tau kpn,dmn,n bgaimana cara nya. Sbaiknya kt hrus mmprsiapkn diri mmprbnyk amal n kbaikan.
    Semoga kt semua kelak akn mghdpi kmatian yg khusnul khotimah,aamiin…

    Tetap semangat,sehat selalu, truslah berkarya ,n sukses selalu dr.arlyn…

    September 10, 2021
  • tulisan keren

    September 10, 2021
  • kisah yang menyedihkan

    September 10, 2021
  • Penggemar mu Dr

    Semoga selalu dalam ke istiqomahan
    Dan kembali dalam keadaan Husnul khatimah
    Aamiin

    September 10, 2021
  • Keren dr Arlyn 👍 lanjutkan 💪 terimakasih karya2nya banyak memberikan pesan moral yg dalam bagi saya. Semoga kita diberikan hidup yg berkah & meninggal dalam keadaan Husnul khatimah. Aamiin

    September 10, 2021
  • Gusrin...🤩

    Kisah yg sangat inspiratif.. bs sbg edukasi kpd org awam bbrp hal ttg dunia medis yg hrs diketahui…
    Next ceritanya ditggu ya dokter…luup youu….
    Semangat dan terus berkarya…👍🏻😘

    September 10, 2021
  • Joko susilo

    Luar biasa, bikin terharu

    September 10, 2021
  • Emi Hidayati

    Banyak kisah haru dan luarbiasa di RS yg bisa menginspirasi dan bisa kita ambil hikmahnya..
    Tidak banyak penulis dengan background nakes..
    Terimakasih sudah berbagi..

    September 10, 2021
  • Teguh 73

    Pembelajaran hidup
    Hidup didunia hanya sebentar kita harus mempersiapkan sedini mungkin untuk akhirat….semoga kita termasuk pilihan yg masuk surga…aamiin

    September 10, 2021
  • Nurjanah

    Ya Allah.. sdh jatuh tertimpa tangga..sedih bacanya..tp kita harus siap kapanpun dijemput malaikat maut…dan jgn lupa selalu bersyukur atas nikmat sehat yg kita peroleh .
    ditunggu kisah2 yg lain dok . ..

    September 10, 2021
  • #pojokJendela

    Kisah yang sangat bagus, dan insipiratif, di mana educasi ada, harus bisa memberi ke putusan yang tepat, baik pihak keluarga dan pengabdian…
    semangat yah dok, untuk selalu menebarkan kebaikan dan pembelajaran…

    salam
    sehat

    September 10, 2021
  • Setiawati S

    Pelajaran buat kita semua bahwa keiklasan sangat penting.
    Di antara hal yg menentukan seseorang meninggal dalam kondisi baik atau dalam kondisi buruk adalah keiklahan.
    Sesungguhnya amalan itu dihitung dengan penutupnya.

    September 10, 2021
  • Astika

    Kisah yang memilukan ya …
    Semoga kita diberi akhir yang baik, selamat dunia akhirat… Aamiin

    September 10, 2021
  • Dodi

    Kadarulllah
    Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada kita sekalian dan menghadapkNya dalam keikhlasan dan husnul khotimah 🤲🤲🤲

    September 10, 2021
  • Yayut

    Terimakasih Bu dokter.. semoga terus menulis…banyak tentunya kisah kisah yang memberikan insight buat kehidupan kita.

    September 10, 2021
  • Suci

    Klo bu riana berteriak allah jahat, allah tidak adil!!
    Andai saat itu bisa ketemu dg beliau aku akan bilang “allah sayang kamu bu, ikhlaskan hidupmu, serahkan dan titip orang2 yang kamu cintai kepada allah agar senantiasa dlm lindungannya” krn allah Adalah sebaik2nya penolong…
    Alfatihah untuk bu riana.

    September 10, 2021
  • Ade vianis

    Semoga kita di berikan kemudahan dalam sakratul maut, semoga husnul khotimah

    September 10, 2021
  • nice
    u r great doc

    September 11, 2021
  • Alex

    Sebagai pengingat.. Penyakit bisa pada siapapun, org baik, org gak baik… Kematian juga seperti itu, kapan saja bisa terjadi… Smoga kita semua sudah mencari bekal untuk menghadap yg ILAHI

    September 11, 2021
  • Arlyn Yuanita

    Terimakasih untuk semua komen, semoga kita semua mendapat ampunan dan diwafatkan dalam keadaan Husnul khotimah. Aamiin aamiin aamiin..

    September 11, 2021
  • Ika

    “Andaikan saat kondisi baik, beliau pulang, tentu tidak akan seperti ini kejadiannya.” => Mohon maaf Dok, kl dr cerita di atas, bukannya beliau terkena infeksi setelah dijenguk teman2nya? Jd kemungkinan terkena infeksi adl akibat dr dijenguk dan bkn krn stay di rmh sakit.
    Sy mencoba melihat kl dr sisi suami, dia tentu tidak mau bikin drop kondisi istrinya dg berita ttg ibundanya yg meninggal dunia. Tp sy yakin, baik dokter maupun suami sama2 berniat baik, menginginkan yg terbaik utk bu Riana.

    September 11, 2021
  • Nining haking

    Kisah yang menarik dan baik sekali

    September 11, 2021
  • Amanah

    Terima kasih sudah berbagi dokter, ditunggu kisah selanjutnya

    September 12, 2021
  • cerita yg menyedihkan …..pengalaman yg luar biasa…..ditunggu cerita selanjutnya dr Arlhn

    September 12, 2021
  • Yanuar Adjie

    Cerita yg mempunyai banyak hikmah yg bisa diambil…

    September 13, 2021
  • Siti Hasanah

    Semoga kita semua berpulang keharibaan ALLAH dalam keadaan Khusnul khotimah

    September 22, 2021
Post a Comment