f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
anak

Mengembangkan Kreativitas Anak Agar Produktif Selama Pandemi

Setiap kali saya melakukan pencarian “orang Indonesia kreatif” di mesin pencari, saya selalu mendapat tautan yang berisi list gambar-gambar lucu betapa kreatifnya orang Indonesia. Mulai dari gambar spatula yang tersambung dengan tongkat, ataupun kipas angin yang terbuat dari kertas. Tentunya itu merupakan hasil kreativitas dengan menggabungkan alat-alat yang ada di sekitar untuk mengatasi permasalahan yang mendesak, yang membutuhkan solusi saat itu juga dan tentunya menjawab persoalan jangka pendek.

Apa yang bisa mendorong agar manusia kreatif? Salah satunya adalah keterpaksaan. The power of kepepet. Sudah lebih dari satu tahun badai corona menyapa di Indonesia. Sampai saat ini, belum kelihatan kapan badai ini reda. Nah… salah satu implikasi dari badai corona ini adalah para pekerja kantoran, saat ini sebagian besar bisa bekerja dari rumah. Anak-anak yang dahulu belajar di sekolah. Sekarang pembelajaran daring, melalui perangkat handphone atau laptop yang terhubung melalui internet.

Apa yang terjadi ketika manusia yang sejatinya suka bersosialisasi dan jalan-jalan tiba-tiba terkurung di rumah lebih dari satu tahun? Rasa bosan. Sebelum pandemi, kebanyakan mungkin mimpi bisa kerja di rumah tiap hari. Bangun bisa lebih siang, main sama anak, tidak terjebak macet dan tentunya kerja menggunakan celana kolor. Ternyata angan tidak seindah kenyataan. Apalagi kalau punya anak kecil usia sekolah. Rumah terasa ramai memang, tapi anak kecil yang biasanya bermain di luar rumah dan bertemu dengan teman-temannya sekarang harus juga berada di rumah.

***

Waktu SMA dulu, ada prasasti di sekolah yang tertulis, “Disiplin pribadi mendorong tumbuh kembangnya kreativitas”. Untuk saat ini, ungkapan yang tepat sepertinya, “Rasa bosan mendorong tumbuh kembangnya kreativitas”. Di sini yang berperan untuk mengembangkan kreativitas adalah orang tua dan anak sendiri. Anak-anak bermain dengan apa saja yang ada di rumah membuat rumah kotor dan berantakan. Orang tua berpikir keras, bagaimana agar anak-anaknya bisa memanfaatkan waktu yang banyak ini untuk kegiatan bermanfaat? Kegiatan yang tidak mengundang rasa bosan?

Baca Juga  Kecanduan Gim Daring Pada Anak-Anak

Gadget peralatan elektronik saat ini menjadi barang penting sebagai penunjang sekolah daring. Akibatnya anak-anak memegang gadget di usia lebih muda. Jauh lebih muda daripada yang disarankan. Anak-anak itu cepat belajar. Bahkan kemampuan mereka mengoperasikan gadget dan aplikasi pendukungnya lebih canggih orang tuanya. Tahu berbagai macam shortcut Windows ataupun Zoom yang tidak lazim untuk dihafalkan.

Di sinilah celahnya. Orang tua yang capek dan kebingungan untuk memberikan kegiatan anak di luar sekolah dan tetap di dalam rumah adalah dengan memberikan kelonggaran kepada anak-anak untuk berselancar. Kebanyakan menghabiskan waktu dengan menonton Youtube. Bahkan saya sampai tahu beberapa channel Youtube karena kadang ikut nonton bareng anak-anak. Atau membelikan game.

***

Hampir setiap tahun kita membaca tentang survey PISA (Programme for International Student Assessment). Sebuah survey oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang merupakan metode penilaian internasional yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat global. Dan seperti hal yang mafhum, bahwa Indonesia selalu masuk dalam peringkat paling bawah.

Menurut survey itu, untuk nilai kompetensi membaca, Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. Untuk nilai Matematika, berada di peringkat 72 dari 78 negara. Sedangkan nilai Sains berada di peringkat 70 dari 78 negara. Nilai tersebut cenderung stagnan dalam 10 – 15 tahun terakhir.

Angka ini mungkin akan lebih bertahan lebih lama lagi dengan paparan gadget yang terlalu dini. Yang hanya ingin mendapatkan hiburan instan. Akibatnya bisa menimbulkan ketidak inginan untuk melakukan membaca dengan lebih dalam. Hanya membaca di bagian kulit.

Oleh karena itu, penting juga sebenarnya dari orang tua untuk mendidik anak agar membatasi anak untuk menggunakan gadget. Latih anak untuk tidak hanya mengkonsumsi tapi juga kegiatan yang produktif atau membuat produk. Ada banyak sebenarnya apa saja yang bisa dibuat dan ditekuni oleh anak-anak agar terlatih untuk produktif. Salah satunya adalah menulis.

Baca Juga  Dea, Anakku
***

Saat ini marak kursus menulis untuk anak-anak juga. Biasanya mereka bergerak dari sekolah ke sekolah. Metodenya online. Nanti anak-anak akan diminta untuk membuat cerita fiksi dan kemudian akan dikasih feedback oleh tutornya. Hasilnya nanti akan dibukukan dan diterbitkan. Tentu saja dalam lingkup sekolah saja.

Yang suka main game, bisa juga membuat game online. Sekarang ada platform online untuk membuat game dengan mudah. Tidak perlu membuat kode yang rumit menggunakan Python atau Kotlin misalnya, tapi bisa dengan drag and drop, jadi membuat game lebih mudah karena memang dari game ini yang ditekankan memang logikanya. Setelah logikanya paham, membuat game dengan kode pemrograman juga akan lebih mudah.

Atau kalau mau lebih mudah lagi. Bisa juga membuat kanal youtube yang isinya bisa main game ataupun hal-hal kecil yang menarik. Berkebun, membuat origami juga bisa menjadi alternatif untuk anak-anak yang lebih tertarik dengan kreativitas.

Dengan hal-hal semacam ini, diharapkan nanti anak-anak terbiasa untuk membuat sesuatu yang tadinya tidak ada, menjadi ada. Orang-orang Indonesia memang kreatif. Tapi sebenarnya kita ingin melihat orang Indonesia kreatif bukan untuk hal-hal yang lucu saja, seperti ketika saya melakukan pencarian “orang Indonesia kreatif” di mesin pencari, saya selalu mendapat tautan yang berisi list gambar-gambar lucu betapa kreatifnya orang Indonesia.

Kita ingin melihat orang Indonesia kreatif membuat produk-produk yang berkualitas tinggi. Siapa tahu dari anak-anak ini nanti akan yang menjadi seperti Bill Gates ataupun Jack Ma.

Bagikan
Post a Comment