f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kamu cantik

Kamu Cantik Apa Adanya, Girls!

Pernahkah kalian memperhatikan iklan-iklan yang menunjukkan kalau perempuan-perempuan cantik adalah mereka yang memiliki kulit putih dan bersih? Atau produk-produk yang selalu menyebut kata ‘memutihkan’, ‘mencerahkan’, dalam produknya yang mereka jual?

Bukan suatu pemandangan yang aneh kalau banyak perempuan yang melakukan perawatan kulit dengan krim-krim pemutih instan, agar hasilnya lebih cepat terlihat. Urusan bahaya atau enggak, jadi nomer kesekian. Yang paling penting, hasilnya terlihat langsung dalam sekejap mata. Kulit putih menjadi standar kecantikan bagi perempuan, hampir di berbagai belahan dunia.

Anggapan standar cantik yang berlaku di masyarakat terhadap perempuan meliputi tubuh yang ramping, kulit yang putih, rambut yang panjang, dan tampil modis. Yang menjadi pertanyaan, mengapa perempuan selalu ingin terihat cantik dan rela melakukan apapun demi terlihat cantik?

Sejarah Standar Cantik Perempuan

Persepsi terhadap kulit putih merupakan simbol kekuasaan bermula pada masa pemerintahan Elizabeth 1. Pada masa itu, standar cantik perempuan adalah menggunakan make up dengan bedak putih dan pucat karena tidak pernah terkena sinar matahari, sehingga merepresentasikan bahwa orang kulit putih merupakan bangsawan. Kulit hitam terbiasa dengan sinar matahari karena terbiasa bekerja di luar ruangan, dan dianggap sebagai golongan kelas bawah.

Bila kita tilik dari segi historis, dari dulu, memang kulit hitam seringkali mendapat anggapan sebagai kelas rendahan. Anggapan dengan berkulit putih, kita memiliki tingkatan sosial yang lebih tinggi masih terbawa hingga sekarang. Kulit putih dianggap sebagai simbol status sosial, kekuasaan, dan kekayaan. Sedangkan yang kulit hitam, entah mengapa dianggap kotor dan tidak sehat, bahkan tidak bisa merawat diri.

Ketertarikan perempuan-perempuan Indonesia terhadap kulit putih juga tidak lepas dari kolonialisme bangsa Eropa. Sejak dulu, penjajah yang datang ke negeri kita adalah negara berkulit putih, sehingga secara tidak sadar masyarakat menganggap superior terhadap kulit putih.

Baca Juga  Salahkah Aku jika Tidak Memenuhi 'Standar' Itu?

Tanpa sadar, banyak perempuan terobsesi dengan kulit. Perubahan standar kecantikan juga akibat dari media sosial. Banyak iklan-iklan yang menggambarkan wanita cantik dengan warna kulit yang putih dan tubuh yang semampai. Obsesi memiliki kulit putih bukan hanya dialami oleh perempuan Indonesia, tetapi menjadi fenomena transnasional yang terjadi di seluruh muka bumi.

Di negara Jepang, China, dan Korea, perempuan berkulit putih dianggap memiliki kekuasaan yang lebih tinggi jauh sebelum populer di Eropa. Mereka rela menggunakan bahan-bahan yang berahaya untuk kulit demi memutihkan kulit mereka.

Kulit Putih bagi Semua Usia

Saya jadi ingat waktu saya masih tinggal di kosan, anak ibu pemilik kosan suatu hari sepulang sekolah, pulang sembari bercucuran air mata, merengek pada ibunya, “Aku pingin putih!” Kulitnya memang sawo matang, khas Indonesia, bagi saya itu yang bikin dia manis. Usut punya usut, keinginan dia berkulit putih karena mendapatkan ejeken dari teman-teman sekolahnya akibat kulitnya yang sawo, katanya, “Kulit kamu dekil!”

Sehingga, si Ibu harus pemahaman pada si anak, kalau dia tetap cantik dengan kulitnya yang dimiliki sekarang. Standar kecantikan terhadap kulit putih telah memasuki ruang anak-anak saat ini. Berbeda halnya sewaktu masa kecil saya, tidak peduli mau kulit hitam atau putih, yang penting, bisa bermain dengan bahagia hingga kulit gosong.

Saya merasa sedih, ketika produk kecantikan dan media terus gencar mempromosikan bagaimana mendapatkan kulit putih daripada kulit yang sehat. Rasanya, kalau produk mereka tidak ada kata ‘whitening’ sudah semacam dosa besar dalam dunia marketing.

Media juga ikut berperan penting dalam membentuk stigma masyarakat terhadap standar kecantikan pada perempuan. Tayangan televisi yang selalu menampilkan model-model dengan kulit putih dan bersih, dengan paras yang menawan, tanpa sadar membuat kita berpandangan bahwa cantik itu yang berkulit putih.

Baca Juga  Standarisasi: Alat Ukur di Masyarakat

Syukurlah, sekarang sudah banyak perempuan yang mengerti bahwa cantik tidak hanya dari warna kulitnya. Perempuan-perempuan Indonesia juga semakin menyadari bahwa kulit asli Indonesia bukanlah putih seperti bangsa Eropa sana, melainkan keragaman warna kulit, yang tidak mengurangi kecantikannya.

Senangnya lagi, beberapa produk kecantikan saat ini sudah banyak yang sesuai dengan warna kulit asli Indonesia. Artis dan selebgram sudah banyak yang berani tampil dengan kulit aslinya, loh! Yang terpenting itu, kulit kita sehat dan kita bisa merawatnya. Dengan begitu, kita sudah menjadi perempuan yang cantik.

Cantik itu tidak hanya dari luarnya saja, cantik itu ketika kamu bisa menerima dan mensyukuri apa yang kamu miliki sekarang. Kamu itu cantik apa adanya loh, girls!

Bagikan
Post a Comment