f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ummu qais

Ummu Qais dan Hadis Nabi tentang Penolakannya atas Lamaran

Umumnya dalam menjalin kehidupan sebuah hubungan halal dalam konsep nikah merupakan momen yang setiap insan manusia dambakan. Namun beda halnya dengan Ummu Qais seorang wanita yang memeluk Islam sejak Rasulullah berdakwah di Makkah. Ummu Qais memiliki prinsip yang tidak sama dengan wanita lain. Baginya menikah adalah sesuatu yang belum pernah ia kenal hingga ia bertemu pria itu.

Kisah diawali dengan adanya perintah dari Allah Swt. yang menyuruh Rasulullah untuk berhijrah sesuai dengan firman Allah, yang artinya :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[1]

Perintah demikian membuat seluruh kaum muslim di Makkah merasa dilema. Sebab mereka akan meninggalkan kota kelahiran, namun di sisi lain mereka tidak berdaya terhadap penyiksaan kaum Quraisy yang semakin menjadi-jadi. Kota Madinah adalah kota yang asing bagi Ummu Qais yang sudah menghabiskan sebagian hidupnya di Makkah dan tentunya tanpa perlindungan dan pengawasan pasangan.

Suatu hari seorang pria mendatangi rumah Ummu Qais dan mengetuk dua pintu, pintu rumah Ummu Qais dan pintu hatinya. Kedatangan pria itu ingin melamar Ummu Qais dan menjadikannya seorang istri. Namun begitulah Ummu Qais lebih memilih perintah Rasulullah untuk berhijrah menuju Madinah di kala itu dengan mengesampingkan perasaannya. Hal demikian meluluhlantakkan hati sang pria akan tetapi pria itu tidak ingin cintanya berakhir di situ. Ia mencoba berbagai cara agar mendapatkan hati kekasihnya. Sang pria tidak menyadari bahwa ia sudah mendapatkan hati Ummu Qais namun ia masih dalam teka-teki takdir Allah Swt. Pria itu mendapatkan informasi bahwa Ummu Qais ikut serta berhijrah menuju Madinah. Maka pria itu mendapatkan kesempatan terbesar dalam hidupnya lalu ia menemui Ummu Qais dan mengutarakan janji akan menikahinya jika sudah tiba di Madinah sesuai permintaan Ummu Qais yang semula menolaknya sebab akan berhijrah ke Madinah.

Baca Juga  Di Bawah Ancaman Milenial Homeless, Jadi Ayah Penakut atau Ayah Pemberani?

Ummu Qais sebenarnya merasa sangat bahagia mendengar janji pria itu. Janji yang meredakan hatinya di tengah kegelisahan sebab akan meninggalkan kota kelahirannya. Hingga pada saat ia berangkat setelah mengetahui bahwa Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Madinah dengan selamat. Ia memperoleh berita bahwa Ali bin Abi Thalib menggantikan Rasulullah untuk berpura-pura tidur demi menyelamatkan Rasul dari pembunuhan kaum Quraisy. Tidak hanya di situ saja tapi ia juga mendengar bahwa Rasulullah mendapatkan banyak sekali rintangan yang berat selama perjalanan menuju Madinah.

Semua berita itu membuatnya semakin berdoa kepada Allah agar diberikan perlindungan olehNya. Setelah Rasul dan Abu Bakar tiba diiringi dengan keberangkatan kaum muslimin Makkah yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Ummu Qais pun tiba di Madinah lalu ia ditemui oleh pria yang sebelumnya berjanji untuk melamarnya. Ia pun menerima lamaran itu setelah menolaknya saat berada di Makkah. Ummu Qais sangat gembira dengan pilihannya itu karena ia merasa perintah Allah harus ia utamakan daripada urusan pernikahan dunia.

Orang-orang di sekitar Ummu Qais menaruh rasa bahagia dengan lamaran itu sehingga mereka ramai membicarakannya. Cerita lamaran Ummu Qais pun sampai di telinga Rasulullah. Pada suatu jum’at beliau bersabda dalam khutbahnya, yang artinya : “Perbuatan itu semata (hanyalah) tergantung pada niat. Seseorang hanyalah akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Siapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Dan siapa yang hijrahnya karena ia ingin mendapatkan dunia atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai itu atau sesuai kemana ia hijrah.

Umar bin Khattab menyampaikan ucapan Nabi Saw. hingga sampai ke telinga Ummu Qais. Betapa bahagianya ia saat kisahnya sampai kepada kaum muslimin yang sudah tiba di Madinah bersama kaum anshar. Ia juga mendengar bahwa kamu muslimin menyebut ceritanya dengan sebutan Muhajir Ummu Qais karena suaminya hijrah disebabkan dirinya. Ia tidak menyangka bahwa janji Allah sangat indah dan ia sangat dapat memahami bahwa ucapan Rasulullah shadiqul mashduq (sangat benar). Bahwa niat dan keikhlasan adalah dua hal yang sangat bermakna dan bernilai di sisi Allah.

Baca Juga  Memikul Keranda Jenazah ke Kuburan, Siapa Takut?

Ia mendengar bahwa Rasul bersabda jika hijrah karena Allah dan Rasul maka ia akan memperoleh pahala keikhlasan dan seperti yang dirasakan oleh suaminya maka ia sudah mempersunting Ummu Qais sebagai istrinya kini. Ummu Qais bersyukur telah mengutamakan perintah Allah dan Rasulnya dan kini ia memperoleh kehidupan yang ia inginkan yaitu buah dari kegigihan suaminya serta patuhnya ia kepada perintah Allah Yang Maha Esa dan Rasulullah Saw. Suatu keputusan yang tidak akan pernah dikecewakan dalam hidupnya dan kisahnya akan abadi dalam sabda Rasul yang disampaikan hingga generasi ke generasi berikutnya.


[1] QS Al-Baqarah: 2: 218.

Bagikan
Comments
  • Milatika Luthfi Fadhila

    MasyaaAllah Tabarakallah, yah✨

    April 6, 2023
    • Iqbal Hasibuan

      iya bun

      April 6, 2023
Post a Comment