f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
menikah

Bagaimana Sukses Melewati Pubertas di Masa Remaja?

Apa yang terlintas dalam pikiran rahmania jika mendengar kata remaja? Tentu banyak orang yang akan menyebutkan masa-masa kenakalan. Remaja selalu digambarkan sebagai sosok yang abnormal dan menyimpang, alih-alih sebagai sebagai sosok yang produktif dan kreatif. Gambaran yang diberikan mengenai remaja sebagai sosok yang pemberontak, penuh konflik, gemar ikut-ikutan mode, menyimpang, dan terpusat pada diri sendiri. Tentu ini sangat disayangkan jika terus-menerus remaja diidentikan dengan kenakalan.  Belum lagi platform/ media yang gemar memberitakan tentang kasus-kasus kejahatan, kenakalan, dan penyimpangan remaja.

Rahmania saya mencoba search di google dengan keyword kenakalan, depresi, pergaulan bebas dan sebagainya. Tentu kata remaja akan muncul dan mengikuti kata keyword tersebut. Ternyata tidak hanya manusia saja yang memberikan gambaran pada remaja dengan label nakal. Namun, teknologi pun dengan fasih memberikan gambaran yang sama.  Lantas mengapa hanya ada kalimat kenakalan pada remaja, pergaulan bebas pada remaja? Apakah nasib remaja memang identik dengan kenakalan?

Eitss… tunggu dulu, pada dasarnya, tidak salah jika remaja mendapatkan gambaran seperti itu. Karena pada masa inilah remaja mengalami kegelisahan. Masa di mana tidak lagi menjadi anak-anak dan masa menuju dewasa. Pada masa inilah pentingnya orang-orang di sekitar remaja untuk memberikan stimulus positif untuk keberlangsungan remaja akan menjadi apa kedepannya, baik support system dari keluarga, teman sebaya atau orang dewasa di sekitarnya. Termasuk, tidak turut menggambarkan remaja sebagai anak yang nakal dalam arti negatif.

Pentingnya Masa Remaja

Rahmania, perlu diketahui apa itu masa remaja. Agar dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang dialami remaja. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Baca Juga  Membungkam Sex Education: Tabu Menciptakan Tren Kekerasan Seksual di Bawah Umur

Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan, suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa di mana individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), masa unrealism dan ambang menuju kedewasaan.

Pada masa ini layaknya masa yang penuh topan dan badai. Masa penuh emosi dan adakalanya emosi meledak-ledak, yang bahkan muncul karena adanya pertentangan nilai-nilai. Berbicara remaja tentu tidak akan lepas dengan masa pubertas atau  usia subur. Banyak sekali perubahan-perubahan yang akan dialami para remaja di masa-masa transisi ini.

Lantas, Apa Saja Perubahan Itu ?

Pertama, perubahan fisik

Banyak sekali perubahan fisik yang akan ditemukan pada pada remaja, misalnya perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam.  

Selanjutnya, perkembangan disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode di mana individu mencapai kematangan. kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Pada fase ini akan banyak melihat fenomena remaja yang duduk berjam-jam di depan kaca untuk penampilan yang sempurna untuk meyakinkan bahwa dirinya menarik. Misalnya, tentang model rambut, model baju yang selalu mengikuti perkembangan zaman.

Kedua, perubahan psikologis

Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah menjadi labil. Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis, Remaja mempunyai tugas perkembangan yang harus dilalui. Apabila remaja gagal melaksanakan tugas perkembangan pada usia sebenarnya, perkembangan pada tahap berikutnya akan mengalami gangguan, lalu mencetuskan masalah pada diri remaja.

Baca Juga  Palestina di Tengah Kemelut Kezaliman Israel

Secara psikologi, masalah (kenakalan) remaja wujud daripada konflik yang tidak diselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak, sehingga fase remaja gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya. Perubahan psikologis ini tidak terlepas dari stres dan depresi. Masalah yang sering muncul dalam masa-masa remaja adalah kasus depresi (menyerah). Banyak remaja yang depresi hingga akhirnya melakukan bunuh diri.

Ketiga, perubahan sosial

Adalah proses pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembangnya kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan.  Selain ketiga perubahan tersebut, tentu banyak sekali perubahan-perubahan lainnya yang dialami remaja.

Apa Kabar Kesuksesan Masa Pubertas Remaja Indonesia ?

Remaja tentu menjadi salah satu populasi penduduk  di Indonesia. Berdasarkan survey kependudukan 2019 jumlah remaja berusia 10-24 tahun berjumlah 66,3 juta jiwa dari total penduduk sebesar 258,7 juta jiwa.  Belum lagi pada tahun 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Remaja hari ini akan menjadi bagian dari generasi emas Indonesia, generasi yang pada tahun 2045 saat Indonesia memasuki usia 100 tahun merdeka akan berusia antara 35-45 tahun.

Indonesia akan dihadapkan dengan membludaknya generasi-generasi milenial (remaja). Jumlah generasi milenial yang cukup besar tersebut merupakan potensi yang memerlukan pengelolaan secara terencana, terstruktur dan sistematis agar dapat bermanfaat menjadi modal pembangunan ke depan.  Maka menjadi penting, pada masa-masa remaja khususnya pubertas harus selalu diperhatikan dan distimulus. Karena pada masa remaja akan menentukan bagaimana keadaannya pada masa yang akan datang yakni masa dewasa.

Baca Juga  Orang Tua Perlu  Mengantisipasi  Dini  Kenakalan Remaja

Kesuksesan Remaja Ditentukan Oleh Bersama

Kesuksesan melewati masa pubertas pada remaja ini tentu tidak serta merta hanya tugas remaja itu sendiri. Ini adalah tugas kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah melalui Bkkbn memiliki program-program remaja yang ditawarkan. Tentu yang menjadi permasalahan yakni daya serap program yang masih minim. Hal ini menjadi PR untuk kita semua mewujudkan generasi sehat, cerdas dan ceria sesuai dengan jargon program GENRE (generasi berencana).

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama lintas sektoral untuk memaksimalkan proses pembinaan remaja. Perlunya akses informasi untuk para remaja mengembangkan minat dan keterampilannya ke hal yang bersifat positif. Tersedianya wadah konsultasi untuk para remaja mengutarakan apa yang sedang dialaminya.

Hari ini kita tidak bisa lagi bergantung pada negara dengan segala programnya. Teringat kalimat dalam novel  Zajuli hambali “ Segala bentuk ketergantungan adalah penjajahan”. Kita tidak bisa lagi hanya berdiam menunggu negara mengatasi persoalan-persoalan pada remaja. Membiarkan generasi-generasi penerus bangsa terus terlabeli dengan hal negatif. Lagi-lagi jika negara tidak mampu merawat remaja, ayo kitalah yang harus merawatnya.

Bagikan
Post a Comment