f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
strick parent

Strict Parent Tidak Selalu Buruk: Kata Ayah, Karena Ayah Sayang Aku

Pernah nggak sih kamu merasa aturan orang tua terlalu ketat? Segala gerak-gerik diawasi, aturan rumah seperti peraturan militer, dan rasanya nggak ada ruang buat napas. Ya, mungkin kamu lagi ada di bawah aturan strict parent alias orang tua yang super duper disiplin. Kadang-kadang, hal ini bikin stres dan bikin kamu bertanya-tanya, “Kenapa sih mereka nggak bisa sedikit lebih chill?”

Orang tua yang strict biasanya punya alasan kuat di balik sikapnya. Mereka ingin yang terbaik buat anak-anaknya, bahkan mungkin takut kalau anaknya salah jalan. Aturan yang ketat, larangan keluar malam, sampai pengawasan terhadap pergaulan, semua itu mereka lakukan karena mereka ingin melindungi kamu. Tapi, nggak bisa dipungkiri kalau hal ini kadang bikin kita merasa terkekang dan nggak bebas buat jadi diri kita sendiri. Tidak seperti kebanyakan orang tua lain, ayahku justru memberikan alasan yang membuatku tak akan pernah bisa melawan, “Karena ayah sayang kamu mbak, anak perempuan ayah satu-satunya”. Argumen yang tak akan pernah bisa didebatkan oleh seorang anak. Argumen yang sangat rasional, argumen yang menunjukkan perannya sebagai figur ayah.

Setiap keluarga dan anak memiliki dinamika yang berbeda, jadi tidak ada solusi yang sama atau satu ukuran untuk semua. Anak-anak yang berada di bawah aturan yang sangat ketat mungkin merasa tertekan dan tidak bahagia. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri atau membuat keputusan tentang hidup mereka. Menurutku itulah yang membuat stigma strict parent menjadi suatu hal yang buruk, prinsip otoriter yang membuntukan anaknya bertemu sebuah pilihan hingga menjadi terkekang.

Salah satu alasan utama mereka para orang tua adalah kekhawatiran yang berlebihan. Orang tua yang strict sering kali berpikir bahwa dengan mengatur segala hal dalam hidup anak, mereka bisa melindungi anak dari kegagalan atau bahaya. Orang tua mungkin merasa bahwa mereka harus mengikuti norma-norma budaya untuk memastikan anak mereka sukses. Misalnya, di beberapa budaya, keberhasilan akademis dianggap sebagai prioritas utama jalan menuju sukses, sehingga orang tua mungkin lebih fokus pada pencapaian akademis dibandingkan dengan kesejahteraan emosional anak. Salah satu contohnya ketika kamu sering dibandingkan dengan anak tetangga gitu.

Baca Juga  Anak Indonesia Gembira di Rumah

Di bawah pola asuh strict parent anak-anak mungkin tumbuh menjadi individu yang sangat teratur dan disiplin. Tetapi mereka bisa merasa tertekan dan kurang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara mandiri. Lalu, bagaimana seharusnya orang tua menangani hal ini? Mungkin solusinya adalah menemukan keseimbangan antara disiplin dan kebebasan serta keterbukaan dalam komunikasi. Memberikan anak kesempatan untuk mengejar minat mereka sendiri, membuat keputusan, dan belajar dari kesalahan mereka bisa membantu mereka merasa lebih mandiri dan percaya diri. Orang tua juga bisa mencoba untuk mendengarkan perasaan anak dan membangun komunikasi yang terbuka, sehingga anak merasa lebih diperhatikan dan dimengerti.

Seperti halnya ayahku, ia tidak menerapkan prinsip otoriter, dia benar-benar tahu apa yang ia larang memang berpotensi membahayakan untukku. Ayahku akan selalu memberikan gambaran konsekuensi atas keputusan yang akan aku ambil. Tidak dipungkiri ia telah melewati pahit manis kehidupan  sebelum aku, sehingga keterbukaan komunikasi dengan orang tua akan membantu anak mengambil keputusan yang terbaik.

Seperti misalnya saat aku mengikuti study tour kelas 12. Waktu itu, ayahku sedang bekerja di luar jawa. aku kebingungan siapa yang akan menjemputku nanti, karena bis akan menyapa Kota Solo  pukul 11.00 malam. Ibuku tidak mungkin meninggalkan adikku di rumah malam-malam sendirian. Saat aku berdiskusi dengan ayahku alih-alih melarangku ikut study tour, ia menawarkanku untuk mau dijemput oleh teman dekatnya yang ia percaya. Karena membiarkanku mengendarai motor sendirian di jalan pulang yang sangat sepi cukup menyeramkan. Perlu komunikasi terbuka dengan orang tua agar bisa memahami maksud masing-masing. Mencoba mengerti keinginan anak akan menjadi cermin untuk anak juga mencoba mengerti maksud dan keinginan orang tua.

Baca Juga  Mendidik dengan Teladan

Jadi, apa solusinya? Mungkin yang dibutuhkan adalah keseimbangan. Orang tua tetap bisa menegakkan aturan, tapi juga harus bisa memberikan ruang untuk anak berkembang dan belajar dari kesalahan. Komunikasi dua arah, di mana anak bisa merasa didengarkan, juga penting banget. Jadi, bukan hanya terus-terusan memberi larangan, orang tua juga harus bisa mengajak anak berdiskusi, agar mereka mengerti kenapa aturan tersebut dibuat.

Menjadi anak di bawah pengawasan orang tua strict parent mungkin tidak selalu mudah, tetapi bisa menjadi pengalaman yang berharga. Strict parent juga menjadi wujud kasih sayang dari orang tua karena mereka tahu dunia ini tidak selalu aman dan baik. Terlebih di mata orang tua yang menganggap seorang anak akan tetap menjadi seorang anak kecil yang butuh untuk selalu dilindungi. Sehingga dengan komunikasi yang baik dan pemahaman antara kedua belah pihak, kita bisa menemukan keseimbangan antara disiplin dan kebebasan. Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anak mereka, dan kadang-kadang, cara mereka menunjukkan kasih sayang seringkali berbeda dari yang kita harapkan.

Pada akhirnya, setiap keluarga punya dinamika yang berbeda, dan nggak ada pola asuh yang sempurna. Tapi, dengan sedikit fleksibilitas dan banyak komunikasi, hubungan antara orang tua dan anak bisa lebih harmonis, tanpa harus terlalu kaku atau terlalu bebas. Yang terpenting, perjalanan dalam kehidupan ini bisa membantu kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Bagikan
Post a Comment