Site icon Inspirasi Muslimah

Rida Orang Tuamu, Mudahkan Urusanmu

rida orang tua

Pagi itu hari kedua aku di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Hari masih sangat dingin. Ini adalah perjalanan pertamaku ke tempat indah yang terletak di kaki Gunung Rinjani ini.

“Bu, aku mau bertanya,” pemuda di depanku menatapku.

“Iya, mas,” jawabku.

Saat baru sampai semalam di kecamatan ini sebenarnya aku sudah sharing terkait perjalanan sebagai seorang periset perempuan. Aku juga menyempatkan sharing sebagai anak daerah yang kemudian diberi Allah kesempatan menapakkan kaki dengan niat menuntut ilmu di luar kota kelahiranku.

Merantau ke Yogya selepas menamatkan pendidikan SMA. Lalu, diberi lagi kemudahan oleh Allah diterima sebagai ASN di sebuah lembaga penelitian milik pemerintah. Kemudian, takdir membawaku ke negeri matahari terbit, menggenapkan mimpiku melihat bunga sakura secara langsung melalui beasiswa.

“Bagaimana yah bu kalau kita ingin sekali melanjutkan sekolah S2 ke luar negeri tapi orang tua tidak setuju? Menurut orang tua, luar negeri itu terlalu jauh.” Pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.

Aku terdiam sebentar. Mengingat kembali perjalanan mimpiku untuk melanjutkan pendidikan ke S2 ke negeri matahari terbit dengan beasiswa.

Persis sekali kondisinya dengan pemuda di hadapanku ini.

“Menikah dulu.” Jawaban ibu selalu konstan seperti itu saat aku bercerita kepada beliau via telepon jika sedang mempersiapkan diri untuk mendaftar beasiswa ke Jepang.

“Iya, bu. Insyaallah menikah di usia 25 tahun.” Jawaban itu yang selalu kuberikan ke ibu jika jawaban ibu adalah meminta menikah saat aku bercerita sedang mendaftar beasiswa ke luar negeri. Aku tidak menolak permintaan ibu, tapi persiapan pendaftaran beasiswa juga kulakukan.

Pada akhirnya, Allah mengabulkan doaku dan doa ibuku. Seorang pemuda sangat baik mengajakku menikah setelah pertemuan pertama kami di sebuah diklat. Dengan bekal restu orang tua yang belum pernah saling bertemu, akhirnya aku dan pemuda sangat baik itu mengikat janji bersama dalam sebuah pernikahan. Bukan hanya doa ibuku yang Allah kabulkan, tapi doaku juga. Di resepsi pernikahan kami, aku juga mendapat kejutan dari Allah. Beasiswa ke Jepangku keterima.

Cerita di ataslah yang kuceritakan ke pemuda di hadapanku.

“Cari rida orang tua, mas. Sambil terus mempersiapkan diri untuk mendaftar beasiswa ke luar negeri. Sebagai anak tentu saja kita ingin terus melangkah, tapi orang tua kadang punya pandangan lain. Sering-sering ngobrol tentang mimpi Anda ke orang tua. Walaupun mungkin masih mendapat penolakan. Insha Allah ada banyak jalan untuk menggapai mimpi merasakan pendidikan di luar negeri. Jika memang belum ada bisa full menempuh pendidikan di luar negeri, bisa ambil short course yang jangka waktunya lebih pendek.” Kututup jawabanku sambil menatap pemuda itu. Dia mengangguk. Aku tahu pemuda ini anak baik, sangat memikirkan perasaan orang tuanya.

Rida orang tua. Itulah yang kemudian selalu kupegang sampai sekarang. Apapun. Karena rida orang tua itu juga menjadi jalan bagi rida Allah  tentang apa yang kita impikan dan inginkan.

Dulu sekali saat awal-awal bekerja di Kota Kembang, saat mau pulang ingin sekali membelikan baju koko untuk bapak yang modelnya adalah kesukaan bapak. Padahal uang yang kupegang sangat minimal, tapi pada akhirnya keputusanku tetap membelikan beliau. Allah langsung mengganti dengan rejeki yang lebih banyak setelah aku membelikan baju untuk bapak dan oleh-oleh untuk ibu.

Begitu juga saat perjalanan ke Lombok ini. Saat menelpon beliau berdua mengabarkan jika aku akan berada di Lombok selama beberapa hari untuk keperluan penelitian, Bapak yang sangat suka dengan peci khas daerah tertentu berpesan untuk membelikan beliau peci.

Kuiyakan permintaan Bapak, walaupun belum kebayang akan membelikan beliau di mana karena perjalanan ke Lombok ini aku lebih banyak berada di Kecamatan Sembalun. Tapi, aku yakin ada jalan untuk memenuhi permintaan Bapak.

Di dalam mobil saat menempuh perjalanan pulang dari Sembalun ke Lombok, kutanyakan ke beberapa mahasiswa yang menemani kami riset di lapangan, tempat-tempat yang memungkinkan untuk membelikan pesanan Bapak. Ku iyakan semua saran sambil berfikir tempat yang paling memungkinkan digapai di tengah agenda di Lombok di hari terakhir sebelum kembali ke Jakarta.

Untuk memudahkan agenda hari terakhir di sebuah kantor pemerintah di Lombok dan akses menuju ke bandara, maka aku dan rekanku memilih sebuah hotel yang cukup kecil. Saat sampai di hotel, mataku tertumbuk ke tanda pengenal sebuah gedung yang persis di sebelah hotel. Souvenir Shop. Lega sedikit merambat di hatiku, apalagi setelah mendapat info dari customer service hotel jika toko souvenir itu akan buka dari pagi hari.

Setelah selesai agenda di pagi hari hingga menjelang siang hari, sebelum check out dari hotel kusempatkan singgah ke  toko souvenir di sebelah hotel. Alhamdulillah, pesanan Bapak ada di sana. Setelah itu, aku kemudian menuju ke bandara untuk kembali ke Jakarta.

Itulah ajaibnya doa dan permintaan orang tua. Ada banyak kemudahan bagi Allah untuk memberikan kemudahan kepada kita merealisasikannya. Tugas kita sebagai anak hanya berdoa kepada Allah semoga dimampukan untuk memenuhi permintaan orang tua. Doa dan ridho orang tua adalah kunci kemudahan bagi kita semua, anak-anak yang selamanya akan dianggap anak oleh orang tua kita.

Sebagai apapun kita saat ini, maka yang perlu kita lakukan adalah bersyukur dengan takdir kita. Bersyukurlah dengan takdir yang diberikan kepada kita sekarang. Usaha kita disertai dengan doa dan ridho orang tua, Insha Allah akan membuat kita mampu menjalani semua yang menjadi takdir kita dengan mudah. Tidak perlu menggerutu.

Kita juga tidak perlu melihat takdir orang lain. Apalagi membandingkan kondisi kita dengan orang lain. Tugas kita cukup berdoa dan berusaha. Allah yang akan memampukan dan memudahkan kita.

Rumput di pekarangan tetangga akan terlihat lebih indah dan hijau dibandingkan rumput di halaman rumah kita. Takdir orang lain kadang terlihat lebih baik daripada takdir kita. Itu jika kita melihat dari satu sisi.

Kita juga perlu belajar memperbaiki kita memandang sesuatu dari berbagai sisi. Perjuangan seseorang untuk berada pada takdirnya sekarang mungkin sudah berdarah-darah. Mungkin juga dia sudah mengeluarkan banyak air mata.

Saat ada larangan orang tua terhadap sesuatu, mungkin kita juga perlu belajar memandang hal tersebut dari perspektif orang tua. Tentang ketakutan mereka, tentang harapan mereka, tentang mimpi-mimpi mereka kepada kita. Terhadap ada banyak masalah kita dengan orang tua, yang perlu kita perbaiki mungkin hanya mendengar dan berdoa. Mendengarkan keluh kesah mereka. Mendengarkan pandangan mereka. Kemudian berdoa agar Allah memampukan kita dengan takdir yang terbaik untuk tetap menjadi anak berbakti. Apapun itu.

Bagikan
Exit mobile version