f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
rumah

Pria Tua di Teras Rumah

Tetes-tetes air turun membasahi genteng yang mulai lapuk dimakan usia. Terlihat di teras rumah, seorang pria tua  tengah mengerjap lemah karena pandangannya mulai mengabur. Sesekali percikan air membasahi celana yang ia kenakan. Dia menikmati udara hujan yang lembab sembari mencoba mengingat semua kesalahannya di masa lalu.

Dua puluh tahun yang lalu, pria itu adalah seorang pebisnis yang sukses. Dia memiliki sebuah perusahaan mie instan yang sudah diwariskan turun-temurun oleh keluarganya. Namanya Danu. Dia menjadi orang penting dan sangat disegani kala itu. Namun, nasib pria ini berubah total sejak sang istri meninggalkannya pasca melahirkan anak kedua mereka. Menjadi seorang duda dan harus mengasuh kedua anak yang masih kecil-kecil membuat dia stres. Apalagi, anak bungsunya sering sakit-sakitan karena memiliki kondisi tubuh yang lemah. Berbeda dengan kakaknya yang kuat dan sehat.

Sebenarnya Danu sudah berniat untuk menikah lagi. Namun karena kesibukannya ditambah dia merasa tidak bisa melupakan mendiang istrinya akhirnya dia memutuskan untuk menjadi seorang duda. Danu menghidupi anak-anaknya seorang diri bersama dengan seorang pembantu yang selalu datang di pagi hari sebelum Danu bekerja, dan pulang di sore hari sebelum ia sampai.

***

Danu sangat memperhatikan Friska, anak bungsunya melebihi Tania. Jarak umur Tania dan Friska sangat jauh sehingga Danu mengira Tania sudah bisa mandiri dan tidak perlu dia perhatikan lagi. Sayangnya, asumsi yang Danu buat perihal perhatian justru membuatnya mengabaikan Tania dan memanjakan Friska. Setiap hari Tania harus mengalah pada adiknya dan tidak boleh membantah.

“Kamu sebagai kakak harus mengalah pada adikmu.” Itulah hal yang selalu ditekankan oleh Danu kepada Tania. Akibat dari perlakuannya, Friska menjadi anak yang sangat manja dan selalu mengandalkan ayahnya. Sementara Tania, menjadi anak yang selalu merasa kurang kasih sayang dari orang tuanya.

Baca Juga  Naik Haji

Puncak keirian Tania mulai mencapai batas ketika dia meminta biaya untuk kuliah di luar kota. Bisnis ayahnya saat itu tengah merosot sehingga dia tak mampu memenuhi permintaan Tania.

“Kenapa ayah selalu tidak peduli padaku!? Aku juga ingin kuliah ayah,” ucap Tania kecewa.

“Mengalah pada adikmu. Dia juga masuk SMA tahun ini. Ayah tidak sanggup kalau harus membiayai kalian berdua.”

“Selalu saja dia. Apakah ayah tidak sayang padaku? Bahkan ayah hampir sangat jarang memberiku uang. Aku sampai harus menjual barang bekas milikku untuk membeli sesuatu.”

“Jangan manja! Kamu itu seorang kakak. Mengalah pada adikmu,” tegas ayahnya

Tania sangat sedih dan kecewa. Akhirnya dengan tekad bulat yang dia miliki, Tania memutuskan pergi dari rumahnya untuk kuliah di luar kota sambil bekerja. Meskipun dia tidak tahu pekerjaan apa yang sanggup dia kerjakan. Sejak saat itu pula dia tidak pernah kembali.

***

Adapun lelaki yang dulu memanjakan anak bungsunya itu kini mendapatkan imbas dari pola asuh yang dulu ia lakukan. Ketika usianya sudah semakin menua, Danu hanya selalu dikirimi uang oleh Friska yang tinggal jauh di kota. Sekalipun anak kesayangannya itu tidak pernah menjenguknya. Sendiri melewati hari tua, membuat Danu merasa nelangsa. Namun, setiap kali dia memohon untuk tinggal bersama Friska, dia selalu menolak. Friska hanya mengirimkan uang setiap bulan dengan harapan, ayahnya tidak akan merecoki hidupnya lagi.

Hati pria tua itu menangis. Seharusnya dia mengindahkan kata-kata mendiang istrinya sebelum meninggal. Kata-kata itu kini terus berbunyi dalam kepalanya bak sebuah penyesalan. Sayangi semua anak-anak kita dengan adil.

Kini, apa yang dulu dia banggakan telah hilang bagai pasir yang dibawa pergi ombak. Friska, anak kebanggaannya kini entah di mana rimbanya. Dengan tekad kuat dan hanya berbekal secarik alamat dia mencari anak bungsunya. Ketika dia menemukan rumahnya, rumah itu telah kosong dipenuhi garis kuning. Rupanya Friska dan suaminya adalah pengedar narkoba yang tengah diburu polisi. Sayangnya, mereka berdua selalu saja lolos. Di rumah besar itu hanya ditemukan sejumlah narkoba yang tak sempat mereka bawa. Sang ayah yang mengetahui perilaku anaknya langsung menangis kencang. Dengan bantuan para warga sekitar, pria itu kembali ke kampungnya. Hidup sendiri. Kesepian. Hanya ditemani perabot tua dan foto-foto lama sebagai kenangan. Pria itu menatap lama foto anak sulungnya, Tania. Dia menyesal. Walau dia tahu semuanya sudah terlambat.

Baca Juga  Nir

“Tania, maafkan ayah Nak. Ayah salah.”

***

Hujan mulai reda. Sudah terlampau lama pria tua tadi menatap jalanan yang basah. Dengan susah payah dia bangkit hendak masuk kembali ke rumahnya. Sambil menunggu keajaiban yang entah kapan akan hadir dalam hidupnya.

“Ayah.” Suara lembut menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan terlihat seorang gadis cantik di hadapannya. Gadis itu langsung memeluk pria tua itu. Pria tadi mencoba memberontak namun tak lama kemudian, dia justru nyaman dengan pelukan gadis ini. Tetapi tunggu dulu, gadis ini tadi memanggilnya ayah?

“Kamu siapa?”

“Maafkan aku ayah. Aku sudah pergi terlampau lama sehingga ayah kesepian seperti ini.” Gadis itu menatap pria tadi dengan lembut. Matanya memerah menahan tangis. Sementara pria tadi masih kebingungan dengan maksud gadis yang ada di depannya.

“Aku Tania ayah. Anak sulung ayah yang dulu pergi. Maafkan aku ayah karena baru sekarang aku bisa kembali kepada ayah.”

Sang pria tua masih ragu dan tidak yakin kalau gadis yang ada di hadapannya ini adalah anaknya. Gadis ini sudah sangat berbeda. Dengan balutan mantel mewah dan wajah yang cantik membuat pria tadi sungguh merasa malu ada di dekatnya.

***

“Ayah,”

“Jangan mendekat!”

“Mengapa kamu sekarang baru mau kembali pada ayah? Bukankah kamu sudah bahagia di luar sana? Untuk apa kamu kembali? Karena kasihan pada ayah. Atau kamu mau menghina ayah.”

“Karena aku masih menyayangi ayah. Ayah aku tahu tindakanku dulu sangat tidak sopan. Tetapi aku melakukan semua itu karena ayah tidak memperhatikanku. Aku rindu ayah. Aku sayang ayah.”

Tania memeluk erat kembali ayahnya kali ini sambil mengelus punggung sang ayah. Segera setelah membaca berita di koran pagi tadi, Tania langsung berniat untuk pulang kembali ke rumahnya. Rumah yang telah lama dia lupakan. Serta pria yang dahulu selalu membedakannya dengan adik kecilnya. Tak ada nampak raut wajah kecewa pada Tania. Yang terlihat justru mata yang telah lama memendam kerinduan.

Baca Juga  Kuliah dan Nandur di Prancis

“Maafkan ayah Nak. Maafkan ayah,” pria tua itu lalu menangis sambil memeluk anaknya. Seolah peluru penyesalan menimpa hatinya. Teringat akan perlakuannya pada anak sulungnya, membuat dia malu. Sangat malu. Namun ternyata anaknya tidak pernah dendam padanya. Justru sangat menyayangi dia lebih dari anak yang dulu dia manjakan.

“Ayah, maukah ayah tinggal bersamaku?” Ucap Tania dengan penuh kesungguhan. Ayahnya hanya menjawab dengan satu anggukan kecil.

Bagikan
Post a Comment