f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
anak

Peran Ibu dalam Perkembangan Anak

Berbahagialah bagi mereka yang masih punya orang tua, dan saya adalah salah satu di antaranya. Saya sangat bersyukur masih mempunyai orang tua lengkap, yang selalu mendampingi dengan doa dan nasehat-nasehat terbaik. Hingga saat saya berkeluarga, menjadi seorang istri dan ibu, saya merasa masih tetap membutuhkan dukungan mereka.  Bagi saya, orang tua adalah narasumber terbaik untuk sekolah kehidupan. Dari merekalah saya belajar pahit manis asam garamnya kehidupan. Dari merekalah saya belajar kebaikan, menjadi manusia yang berguna bagi sesama.

Inspirasi Ibu dalam Mendidik Anak

Satu fakta yang cukup mengejutkan bagi saya, bahwa ibu saya yang sudah berusia 70 tahun ternyata suka menulis. Salah satu tulisan yang dibagikan kepada saya melalui pesan singkat di handphone tentang metode mendidik anak yang selama ini beliau terapkan kepada kami anak-anaknya. Beliau tahu saya hobi menulis, sehingga tulisan yang dibagikannya itu disertai pesan, “Semoga tulisan ini dapat memperkaya bahan tulisanmu, bermanfaat untukmu dan juga untuk orang lain”. Masya Allah. Ibu memang selalu menjadi inspirasi terbaik bagi saya.  Usia senja ternyata tidak membatasi beliau untuk terus berkarya dan menyebarkan kebaikan.

Saya perhatikan tulisan ibu saya cukup rapi dan terstruktur. Dan membaca tulisan beliau membuat saya terkagum-kagum. Ternyata begitu perfect cara beliau mendidik kami selama ini.  Sungguh luar biasa peran seorang ibu bagi perkembangan anak-anaknya. Kodrat dan tugas seorang Ibu untuk membesarkan dan mendidik anak hingga dewasa dan mampu mandiri. Untuk itu seorang ibu harus mendidik anak-anaknya dengan cara yang cerdas dan penuh kasih sayang. Karena pada dasarnya peran seorang ibu tidak bisa digantikan oleh siapapun. Baik itu seorang ayah, kakek, nenek apalagi pengasuh.

Baca Juga  Pengalaman Menjadi Anak Emas: Kerentanan Berbasis Feeling?!

Ya… Ibu saya membesarkan dan mendidik kami anak-anaknya dengan tangannya sendiri. Beliau membuka usaha “modiste” di rumah, membuat/menjahit pakaian wanita dan anak-anak sesuai pesanan. Dan karena beliau bekerja di rumah, kami mendapat perhatian dan kasih sayang penuh dari seorang ibu. Saya ingat bagaimana ibu mengajari kami membaca dan berhitung di masa pra sekolah.

Setelah mulai sekolah,  ibu selalu memonitor perkembangan belajar kami melalui guru. Ibu juga yang mendukung hobi menari dan menyanyi saya sejak kecil, mengawal saya pentas kemana-mana. Ibu sendiri yang menjahit baju-baju saya untuk berbagai keperluan. Pendeknya, ibu menghandle semua tahapan perkembangan kami, mulai lahir hingga kami mampu mandiri.

Tahapan Mendidik Anak

Ibu saya menuliskan tiga tahap dalam membesarkan dan mendidik anak berdasarkan pengalaman beliau. Tahap pertama yaitu sejak anak lahir hingga berusia sekitar 11 tahun. Ini adalah masa keemasan anak-anak. Ibarat kertas yang masih berwarna putih dan ibulah yang membantu kita untuk mewarnainya. Dalam tahap ini yang anak perlukan adalah kasih sayang orang tua, khususnya seorang ibu. Mulai dari belajar makan, minum, berjalan, berlari hingga berbicara.

Bimbingan ibu dalam tahap ini sangat penting, untuk menumbuhkan tali kasih anak terhadap orang tua. Mulai dari masa pra sekolah sampai kira-kira anak duduk di kelas 5 SD, di mana karakter anak-anak mulai terbentuk pada masa ini.

Tahap kedua yaitu semasa anak umur 12 tahun atau kira-kira kelas 6 SD hingga kelas 12 SMA. Pada masa ini anak-anak kita ajarkan untuk berinteraksi dengan sesama. Baik dengan keluarga dekat, keluarga jauh, kerabat, sahabat dan teman. Anak-anak mendapat pengajaran untuk tidak membeda-bedakan sesama. Menghormati dan menghargai orang lain dengan pendidikan budi pekerti, serta memperkuat dan memperkokoh pondasi iman dengan ilmu agama. Ditanamkan bagaimana pergaulan yang baik. Di sini peran ayah dan ibu harus kompak, mengarahkan anak-anak pada tujuan hidup yang baik.

Baca Juga  Anak Indonesia Gembira di Rumah

Tahap ketiga yaitu ketika anak mulai beranjak dewasa selepas SMA. Mulai kuliah, bekerja hingga berumah tangga. Mulai anak belajar hidup mandiri, hingga benar-benar bisa  lepas dari orang tua. Dengan bekal pondasi iman yang kuat dan kokoh, maka orang tua tinggal mengawasi dari belakang (Tut Wuri Handayani). Orang tua memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk belajar mengatur hidupnya secara mandiri. Apalagi ketika  anak telah berumah tangga, orang tua tidak boleh ikut campur tangan. Karena anak sudah harus bisa  menemukan pola hidup dengan pasangannya sendiri.  

Prinsip dalam Mendidik Anak

Dalam membesarkan dan mendidik anak, orang tua saya mempunyai prinsip: jangan besarkan anak di kepala, jangan besarkan anak di kaki, tapi besarkanlah anak di telapak tangan. Artinya jika kita besarkan di kepala anak akan menjadi bandel dan berani kepada orang tua. Anak akan merasa semua kemauannya harus dituruti, sehingga orang tua tidak dihargai. Bila anak dibesarkan di kaki, orang tua menjadi otoriter.  Anak akan berkembang menjadi pribadi yang penakut dan rendah diri, sehingga tidak akan mampu survive dan bersaing dalam kehidupan.

Bila anak dibesarkan di atas telapak tangan, maka orang tua bisa mengawasi perkembangannya. Jika semua berjalan dengan baik dan aman, orang tua dapat melepaskan genggamannya. Memberi dukungan sepenuhnya pada anak untuk berkembang, menimba ilmu dan pengalaman untuk mewujudkan cita-citanya. Jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan dan anak mengalami kesulitan, orang tua secepatnya menolong. Bisa menggenggamnya atau mendekapnya agar dekat dengan hati, dekat dengan jantung, dan bisa terus kita nikmati perkembangannya.

Sekarang saya bisa merasakan apa yang ibu saya rasakan saat membesarkan dan mendidik kami. Sebagai seorang ibu saya sangat menikmati perkembangan anak-anak. Walaupun tidak bisa sepenuh waktu seperti ibu saya, karena saya harus bekerja di kantor. Tapi saya selalu berusaha mengoptimalkan waktu di rumah untuk anak-anak. Seperti yang selalu ibu nasehatkan kepada saya, untuk pandai-pandai membagi waktu antara karir dan keluarga. Menghandle semua tahapan perkembangan anak-anak dengan cara yang cerdas dan penuh kasih sayang. (IkS)

Bagikan
Post a Comment