f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
parenting

Parenting Slimur Vs Dialog, Mana yang Lebih Pas untuk Anak?

Orang tua mana yang tak tahan mendengar jerit tangis anaknya? Kalimat retoris ini mungkin terdengar biasa bagi beberapa orang, termasuk saya dulu ketika belum punya momongan. Namun sore ini, saat saya harus menjaga istri yang harus istirahat di rumah sakit, saya merasakan apa yang para orang tua rasakan.

Nana, anak perempuan saya yang baru saja meninjak usia 6 tahun petang itu menangis tak karuan. Pasalnya, sudah 2 hari ia tak bisa bertemu dengan ibunya. Waktu yang sangat lama bagi anak yang terbiasa tak dapat lepas dari sang ibu. Semenjak wabah Covid 19 merebak, peraturan di rumah sakit memang tambah ketat. Anak anak tidak lagi bebas keluar masuk rumah sakit. Walaupun hanya untuk menjenguk orang tuanya yang sedang dirawat. Selama itu, Nana kami titipkan di rumah neneknya. Awalnya, rasa rindu ke orang tuanya dapat sang nenek alihkan. Namun lama kelamaan “slimur” neneknya perlahan memudar. Tangisnya pecah sebab kangennya yang tak tertahankan.

Dalam budaya Jawa, terdapat suatu cara pengasuhan anak yang disebut “slimur”. Slimur merupakan cara untuk mengalihkan perhatian anak saat ia mengalami tantrum atau ingin sesuatu yang tidak bisa orang tua berikan pada saat itu. Bagi saya wajar neneknya Nana menggunakan “slimur” untuk meredam tantrum si Nana. Mungkin selama hidupnya hanya mengenal metode pengasuhan tertentu. Beliau tentu saja belum terpapar metode parenting anak yang marak di zaman medsos ini.

Di era medsos kini, banyak influencer yang memviralkan metode parenting anak yang berbeda dengan yang sudah lebih lama tertradisikan. Seperti dalam dunia psikologi dan parenting anak, slimur tidak dianjurkan. Slimur dianggap tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mengatasi masalah atau emosi negatif yang ia alami. Sebagai gantinya, pendekatan dialog dianggap lebih efektif dalam membentuk kemandirian dan kepercayaan diri anak.

Baca Juga  Menjadikan Anak Berprestasi atau Anak Berakhlak?

Pendekatan dialog melibatkan orang tua dalam berbicara dan mendengarkan anak dengan empati dan pengertian. Orang tua dapat mengajak anak untuk berbicara tentang perasaannya dan membantu anak untuk menemukan solusi yang tepat. Hal ini dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan problem-solving dan mengatasi emosi negatif. Dengan metode ini harapannya orang tua juga dapat memberikan contoh perilaku yang baik bagi anak dalam mengatasi masalah dan menyelesaikan konflik dengan baik.

Namun, tidak selalu mudah untuk menerapkan pendekatan dialog. Hal ini membutuhkan waktu, usaha, dan kesabaran untuk dapat memahami perasaan anak dan memberikan dukungan serta bimbingan yang tepat. Dalam situasi tertentu, seperti ketika anak mengalami tantrum atau marah, orang tua dapat memberikan jeda sejenak dan kemudian melanjutkan pendekatan dialog saat anak sudah tenang.

Contohnya, saya yang masih pemula dalam memahami metode dialog ini seringkali tergagap dalam menerapkannya ke anak. Terutama, perbedaan pola pengasuhan antara saya dan istri dengan orang tua kami menjadikan pola pengasuhan terhadap si Nana cukup challenging. Orang tua kami seringkali tak sabar apabila kami menyelesaikan tantrum si Nana dengan dialog. Pasalnya, agar metode itu berhasil kami harus dealing dengan tangis dan rewelnya. Kemudian melakukan percakapan dua arah Ketika tangisnya sudah reda. Biasanya, kami memerlukan waktu 10-15 menit untuk menjalani seluruh proses itu. Sementara, orang tua kami hanya perlu waktu satu menit untuk menenangkan cucunya. Singkat, tak perlu drama berkepanjangan.

Lalu, apakah dua metode ini saling berlawanan? Malah sebaiknya, orang tua bisa mencoba untuk memadukan kedua pendekatan ini. Ketika situasi memungkinkan, bisa kita lakukan pendekatan “slimur” untuk mengalihkan perhatian anak sementara. Namun, ketika anak sudah lebih tenang, orang tua bisa melakukan pendekatan dialog untuk membicarakan masalah secara lebih mendalam dan membantu anak memahami cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan.

Baca Juga  Anak Usia Dini Harus Sarat Gizi

Dalam hal metode parenting anak, Islam memperbolehkan beberapa cara, selama cara tersebut tidak melanggar aturan agama dan tidak membahayakan anak. Dalam hal ini, metode slimur dan dialog juga dapat kita gunakan dalam mendidik anak.

Pendekatan slimur dan dialog dalam Islam dikenal dengan istilah “tadzhib nafs” atau pengendalian diri. Pendekatan ini dapat kita gunakan sebagai cara untuk membantu anak mengendalikan emosinya, sehingga anak tidak mudah terpancing emosi atau melakukan tindakan yang tidak kita inginkan. Namun, dalam penerapannya, orang tua harus memperhatikan juga kebutuhan anak dan tidak mengabaikan permasalahan yang mendasar.

Sedangkan dalam hal pendekatan dialog, Islam juga menganjurkan untuk mengajak anak berdiskusi dan memberikan pengertian secara jelas dan santun. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya sikap sabar, bijaksana, dan menjaga kehormatan dan martabat orang lain.

Namun demikian, dalam penerapannya, baik pendekatan slimur maupun dialog perlu disesuaikan dengan karakteristik anak dan situasi yang terjadi. Orang tua juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain seperti lingkungan, kebiasaan, dan budaya yang memengaruhi cara mendidik anak.

Bagikan
Post a Comment