f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
anak tidak mandiri

Ngeloni Anak Tidak Mandiri, Mau Sampai Kapan?

Saat pembagian rapor tempo hari, saya sedikit kesal.  Sebagai wali kelas, saya berhadapan dengan para orang tua murid bermasalah, difficult students. Beberapa anak yang orang tuanya telah saya beri teguran yang cukup keras di semester lalu, sekarang bermasalah lagi.  Mereka bukannya tambah meningkat nilainya, eh malah bertambah parah. Untung masih bisa naik kelas.

Ada hal menarik yang dapat diamati di hari pembagian rapor, yakni pola tingkah orang tua dan anak sangat bertolak-belakang. Orang tua gelisah luar biasa seperti kucing mau melahirkan. Sementara anak tenang-tenang  saja, seperti entok  yang berjalan gontai. Orang tua sepertinya tahu anaknya tidaklah se-mandiri anak lain. Tak jarang mereka juga  merasa bertanggung jawab penuh atas kegagalan anaknya. Sungguh kasihan!

Bicara soal kemandirian, dapat dikatakan bila pada saat pembagian rapor anak tidak memeroleh prestasi yang memuaskan di sekolah; hal tesebut disinyalir karena anak tidak mandiri.  Suatu waktu seorang teman  guru bercerita, dia meminta tugas pada muridnya berkali-kali namun tak kunjung dipenuhi. Setelah ia itelusuri, penyebabnya adalah murid tersebut terbiasa dimanja. Tugas sekolahnya dikerjakan ayah, ibu, kakak, om, tante  atau kerabat lainnya. Usut punya usut, si anak tidak mengerti pelajaran di sekolah karena di kelas sering mengantuk dan tidak serius belajar. Dia berpikir kalaupun ada tugas akan ada yang mengerjakan di rumah. Meski demikian, tetap saja akan ada saat di mana tak seorangpun yang mau atau bisa menolongnya.

Kalau saja orang tua sejak dini sudah mengajari anak supaya mandiri, maka  hal ini tidak akan  terjadi. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi anak  mengurus urusannya sendiri. Tugas sekolah selesai, bahkan membantu orang tua pun  sudah menjadi hal yang biasa baginya. Ia akan merasa tersinggung dan malu kalau masih dibantu. Nilai rapornya memuaskan, bahkan  peringkat kelas. Selain itu, semua guru akan memuji kepandaian dan kemandiriannya. Tidak hanya itu, anak mandiri selalu tenang. Orang tuanya bahagia  dan yakin anaknya akan sukses. Namun orang tua yang  seperti ini dapat dihitung dengan jari saja.

Baca Juga  Efektifkah Penerapan Pola Asuh Macan pada Anak?

Ada sekitar 30 persen orang tua mengalami rasa tidak nyaman atas perolehan anaknya di sekolah.  Kebanyakan yang berada pada rangking 20-an ke bawah. Mereka kurang  yakin akan kemampuan anaknya . Alih-alih melatih kemandirian, dan mengasah rasa percaya diri si anak, orang tua malah cenderung menangani urusan anaknya sepanjang waktu, 24 jam sehari, di mana saja, kapan saja! Padahal saat anak mulai remaja, berada di jenjang SMP,  atau di rentang umur 12 sampai 15 tahun,  mereka sudah bisa mandiri dalam hal belajar.

Lain remaja, lain lagi orang dewasa. Ada lho orang dewasa  yang  tidak mandiri. Mereka terbiasa manja oleh orang tua. Dalam keadaan darurat atau terdesak, orang dewasa yang tidak mandiri akan merasa kalah, dan menyingkir. Biasanya berawal dari kekurangan dan ketidakmampuan dalam menangani satu masalah, lalu berlanjut pada penundaan-penundaan, dan berakhir dengan rasa putus asa. Mereka gampang sekali menyerah.

Contoh lainnya yang dapat kita temui, seperti di rumah tangga, suami yang tidak mandiri hanya melimpahkan tanggung jawabnya pada orang lain. Entah itu pada istrinya, orang tuanya atau saudara-saudaranya. Kemudian, di dalam sebuah instansi atau organisasi, kepala atau pimpinan yang tidak mandiri sering hanya menyuruh, tanpa bisa memberi arahan yang berarti. Kerjanya hanya main tunjuk. Lalu saat ada masalah bisanya hanya marah-marah dan melempar kesalahan pada orang lain.

Tampaknya yang seperti ini sudah menjadi keseharian kita. Bila bertemu tipe orang yang tidak mandiri seperti ini ada hal yang perlu diingat. Mereka telah melewati satu fase perkembangan di mana mereka tidak benar-benar berkembang dengan sempurna. Hanya ada dua pilihan untuk Anda: lawan, atau tinggalkan!

Baca Juga  Membangun Kedekatan dengan Sang Anak

Kalau kemandirian terlupakan, dan angka 30 persen di atas adalah kenyataan, kita bisa menghitung berapa kerugian yang akan menimpa. Anak-anak akan terus menjadi beban orang tua. Mereka tidak akan pernah belajar dari kesalahan. Ngeloni anak tidak mandiri, mau sampai kapan?

Setiap orang tua harus berusaha melatih kemandirian anak. Jika tidak, anak menjadi penyebab timbulnya masalah di mana pun berada. Latihlah ia menghadapi kesulitan. Ikutkan dalam diskusi keluarga. Beri tanggung jawab secara bertahap sesuai dengan perkembangan umurnya. Bila telah remaja mulai lepaskan diri Anda dari urusan pribadinya. Misalnya saat bermasalah dengan teman, dengan guru, dengan sepupu-sepupunya, dan lain-lain.

Biasanya kemandirian lahir dari guncangan hidup (turbulance) yang sangat keras.  Beri dukungan pada anak di saat-saat genting, tanpa mengambil alih tanggung jawabnya. Dia akan menuai hikmah dari apa yang terjadi dan menjadi kuat karenanya.

Kita kerap menjumpai orang berhasil, yang dulunya berjuang sangat keras. Untuk sampai ke puncak tersebut, acapkali mereka harus berdamai dengan kesakitan dan kesulitan. Mereka enggan menerima bantuan orang lain demi menjaga harga dirinya.  Kemandirian telah melekat menjadi kepribadian mereka.

Kemandirian anak ada berkat dukungan orang tua. Terus mencoba ya, Ayah Bunda!

Bagikan
Post a Comment