f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nasrul

Nasrul, Akhir Kisahmu

“Huek!” Nasrul memuntahkan lagi obat berwarna putih itu. Obat yang ia dapat dari hasil Telemedicine dengan salah seorang dokter melalui salah satu aplikasi kesehatan elektronik yang cukup ternama. Nasrul tak habis pikir, terbuat dari apa obat ini hingga pahitnya menjalar di lidah begitu cepatnya saat ia minum. Rasanya sukar dilukiskan dengan kata-kata, perpaduan antara pahit dan getir diblender begitu saja tanpa ada unsur lain.

Ini adalah hari ke-3 Nasrul menjalani isolasi mandiri. Tes antigen menyatakan bahwa ia positif Covid-19. Bingung juga Nasrul, dapat darimana ya covidnya ini? Ia menerawang seraya mengingat-ingat lagi kejadian yang mungkin menjadi pemicu. “Dasar varian Delta! Kecepatan penularannya dan sumbernya bisa dari mana saja,” makinya.

***

“Ah, mungkin pas di POM Bensin itu,” Nasrul menduga-duga. Memang beberapa waktu sebelumnya Ia dan Nurul, istrinya, mampir di POM bensin untuk ambil uang di ATM. Saat di bilik ATM itulah, Nasrul menduga virus itu ia dapat, persisnya ketika tangannya memencet tombol ATM. Padahal Ia sudah menyemprotkan hand sanitizer yang biasa ada di mobilnya sesudah mengambil uang itu.

Saat itu, memang Nasrul merasa sudah ada yang tidak enak di tenggorokannya, seperti gatal mau batuk atau tanda seperti akan terkena radang tenggorokan. Tapi tak dihiraukannya gejala itu. “Mungkin di situ celah masuknya virus itu,” pikirnya.

Dan benar saja, malam itu Nasrul demam hebat; sekujur tubuhnya menggigil; suhu tubuhnya 38 derajat. Sampai-sampai dia tidur di luar demi menghindari udara dingin dari pendingin ruangan yang ada di kamarnya. Selain itu, tulang-tulangnya juga terasa ngilu seperti ditusuk-tusuk jarum

“Kamu ndak tes Rul?” Pesan Whatsapp dari ibunya masuk ke telepon selulernya. Nasrul memang sudah mengabari ibunya soal kondisi kesehatannya itu. “Belum bu, masih noto ati,” sahutnya. Memang konsekuensi tes Covid selain informasi positif-negatif, yang penting adalah kesiapan mental, karena kalau ternyata hasilnya positif, tentu banyak yang harus ia pikirkan untuk isolasi mandiri; apalagi Nasrul memiliki penyakit asma bawaan.

Baca Juga  Gemuk Salah, Diet Pun Dikatakan Macam-macam
***

“Gila!, nyari obatnya ternyata gak gampang ya,” ungkapnya. Sudah dapat resep dari dokter Telemedis, belum tentu stok obat di apotek mitranya lengkap. Nasrul harus bolak balik memastikan ketersediaannya di beberapa apotek. Kejadian seperti ini tentu berdampak terhadap imun tubuhnya, jantung berdebar lebih keras dan terasa denyutnya lebih cepat. Butuh waktu 2 hari untuk mengumpulkan seluruh obat-obat itu.

Selama 4 malam pertama, Nasrul sulit memejamkan mata. Selain karena sesak nafasnya dan batuk-batuk yang menyiksanya. Hal itu karena ada perasaan jika Ia tertidur, maka malaikat maut akan datang menjemput tanpa diketahui kedatangaannya. Selain itu, rasa was-was yang muncul bukan tanpa sebab. Pelantang di masjid dalam sehari bisa 4-5 kali mengumumkan kematian warga yang dalam kondisi seperti ini dapat dipastikan karena Covid. Belum lagi grup WA yang mengabarkan keluarga, relasi ataupun kawan-kawan semasa sekolah Nasrul yang telah berpulang. Sungguh menggetarkan jiwa dan membuat down mental siapapun yang sedang isolasi mandiri. Saturasi Nasrul juga ikut turun, di bawah 94 bahkan rata-rata di angka 90. Untungnya di rumah, Nasrul sudah ada tabung oksigen yang sewaktu-waktu dapat ia gunakan.

Pada detik-detik seperti ini, Nasrul teringat hadis Rasulullah Saw. dari Ibnu Abbas yang mendorong manusia untuk memanfaatkan lima perkara sebelum lima perkara. “Manfaatkan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,” demikian bunyi hadis tersebut, terngiang di telinga Nasrul.

“Kesehatan adalah mahkota yang bertengger di atas kepala orang sehat, dan hanya bisa dilihat oleh orang yang sakit. Kesehatan diibaratkan dengan mahkota, karena ia adalah kekayaan yang amat berharga. Hanya karena letaknya di atas kepala sendiri, sulit bagi seseorang untuk melihatnya. Tak banyak yang mensyukuri keberadaannya dan merasakan nikmatnya. Sebaliknya, bagi orang yang menderita sakit, mereka dapat melihat mahkota kesehatan tersebut karena merasakan langsung,” demikian nasehat dari Pak Ustad pada salah satu majelis ilmu , dan itu baru terasa benar oleh Nasrul pada saat-saat seperti ini.

Baca Juga  Hayati dan Biola Kesayangannya (2)
***

Sampai suatu saat Nasrul memutuskan hanya mengkonsumsi obat yang terkait dengan rasa sesak dan batuknya saja. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan, jika sesak dan batuknya reda, dia bisa tidur nyenyak, imun naik dan saturasi bisa ditingkatkan. Dengan jumlah obat sebanyak 5 jenis yang harus diminum dalam 1 hari, tentu gak mudah bisa masuk seluruhnya ke dalam tubuhnya, karena lidah menjadi pahit dan nafsu makan turun drastis.

Akhirnya setelah kurang lebih 14 hari menjalani isolasi mandiri, kondisi Nasrul telah membaik. Nafsu makan perlahan-lahan kembali, sesak sudah berkurang namun batuk masih ada. Walaupun nafas masih pendek-pendek, Nurul sebagai istri merasa bersyukur karena hasil jerih payahnya merawat suami berbuah manis, Nasrul perlahan menuju sehat.

 Hingga pada suatu malam, Nasrul terbangun dari tidurnya. Memang semenjak terkena Covid ini, jam tidurnya berubah menjadi lebih awal sekitar pukul 8 atau 9 malam. Hal ini membuat Nasrul  tengah malam terbangun akibat jam tidur yang sudah mendekati cukup.

Antara batas sadarnya, ia merasa terlibat dengan suatu percakapan, entah dengan siapa, karena tak terlalu jelas wujudnya.

“Apa yang akan kau lakukan setelah sehat dan melalui ini semua?” Tanya sosok itu kepada Nasrul. Entah meracau atau tidak, Nasrul menjawab pertanyaan itu. Dan percakapan seperti itu berlangsung hingga dini hari menjelang Azan Subuh. Nasrul terlelap lagi dalam rasa kantuknya setelah melalui percakapan misterius itu.

***

“Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun.” Pelantang suara masjid pagi itu mengejutkan banyak orang dengan pengumuman bahwa Nasrul telah berpulang menjelang Salat Subuh pagi itu. 

Nurul histeris mendapati suaminya sudah dalam kondisi dingin saat dibangunkan untuk Salat Subuh. Nanar dan hampa pandangan Nurul memikirkan masa depan yang harus ia jalani bersama ke-3 buah hatinya, Ahmad; Bilal; dan Syifa tanpa kehadiran Nasrul, suaminya. Harapan yang merekah melihat suaminya menuju kesembuhan, ternyata meleset jauh sekali.

Baca Juga  Terlambat Jatuh Hati, Akhirnya Patah Hati

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, selamat jalan Nasrul.

Bagikan
Post a Comment