f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nasihat

Metode Nasihat, Baik Mana Nasihat dengan Teguran atau Himbauan dengan Kasih Sayang

Pernahkah Rahmania merasakan ketika sedang melakukan sesuatu, yang bahkan tidak ada niatan buruk sama sekali, apalagi sampai menyengajakan untuk berbuat salah, dan tiba-tiba seseorang berkata hanya satu kalimat saja, namun membuat Rahmania down, dada langsung nyes, kesal, sedih, dan bingung? Rasanya laksana lagi asyik makan siomay yang ternyata masih sangat panas dilengkapi backsound dua buah Styrofoam digesek-gesekkan.

Ketika berkomunikasi dan memberikan nasehat kepada orang lain, sering kali kita tidak menyadari dampak yang bisa terjadi. “Yang penting aku sampaikan kebenaran kok”, begitu kira-kira pembelaan si penasihat, tanpa ia sadari yang tujuannya mulia ingin mengingatkan justru menjadi gagal tersampaikan dengan benar. Situasi seperti yang Rahmania alami, kata-kata yang orang lain ucapkan dapat mempengaruhi kondisi emosional seseorang secara signifikan. Siap menasihati sebaiknya siap memahami memahami cara memberikan nasehat dengan mempertimbangkan dampak psikologis dan menerapkan komunikasi yang efektif.

Dalam konteks memberikan nasihat atau menasihati, banyak orang berpendapat bahwa cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan teguran yang tajam dan keras agar pesan yang ia sampaikan benar-benar terdengar. Namun, penelitian psikologi telah menunjukkan dampak negatif dari pemberian teguran yang melukai pada individu yang menerimanya. Beberapa dampak psikologis dari teguran yang menggunakan bahasa kasar antara lain menimbulkan rasa tersinggung dan trauma, menurunkan rasa percaya diri, serta meningkatkan perasaan marah dan permusuhan. Sebaliknya, himbauan yang penuh kasih dan kebaikan cenderung lebih efektif dalam menasihati

Self-Esteem

Dalam psikologi, ada konsep yang kita kenal dengan “self-esteem” atau harga diri. Self-esteem mengacu pada penilaian seseorang terhadap diri sendiri, perasaan tentang kemampuan, keberhasilan, dan nilai-nilai pribadi. Ketika seseorang merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik, self-esteem-nya cenderung tinggi. Namun, teguran yang melukai atau kata-kata yang kasar dapat merusak self-esteem dan berdampak negatif pada kesejahteraan emosional seseorang.

Baca Juga  Nasihatmu Membangkitkan Semangatku, Bu (1)

Dalam ilmu komunikasi, terdapat konsep penting yang berkaitan dengan cara menyampaikan pesan, yaitu “komunikasi non-emosional” versus “komunikasi emosional”. Komunikasi non-emosional cenderung menggunakan bahasa yang objektif, santai, dan menghindari penggunaan kata-kata yang menyerang atau menghakimi. Di sisi lain, komunikasi emosional cenderung melibatkan ekspresi perasaan yang intens, sering kali diungkapkan melalui kata-kata yang penuh emosi dan kadang-kadang agresif.

Ketika memberikan nasihat dengan cara menegur sering kali menggunakan komunikasi emosional yang berpotensi menyebabkan perasaan negatif pada penerima nasihat. Misalnya, jika seseorang membuat kesalahan dan mendapat teguran dengan kalimat yang menyalahkan dan merendahkan, dampaknya bisa berdampak buruk pada self-esteem dan kesejahteraan emosionalnya. Pada akhirnya, hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan individu.

Sebaliknya, himbauan yang lembut merupakan pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan nasihat. Dalam ilmu komunikasi, pendekatan ini kita kenal dengan sebutan “komunikasi asertif”. Komunikasi asertif melibatkan penggunaan bahasa yang jelas, tegas, namun tetap menghormati perasaan dan martabat individu. Dengan memberikan himbauan yang lembut, seseorang cenderung merasa didukung dan dihargai. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan penerima nasihat untuk merespons secara positif dan melakukan perubahan yang ia perlukan.

Himbauan yang penuh kasih dapat merangsang seseorang untuk mempertimbangkan ulang tindakan dan perilaku mereka, serta memotivasi mereka untuk berubah dengan sikap yang lebih positif. Selain itu, pendekatan komunikasi yang bersifat asertif dan menghindari konfrontasi dapat membantu dalam menyampaikan pesan dan memfasilitasi perubahan yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam memberikan nasihat atau menasihati, perlu diperhatikan perbedaan antara teguran dan himbauan dalam menyampaikan pesan.

Menasihati Seseorang

Sebagai contoh, jika Rahmania melakukan suatu kesalahan, seseorang dapat memberikan nasehat dengan menggunakan kalimat-kalimat seperti, “Rahmania, mungkin ada cara yang lebih baik untuk melakukan hal ini. Mari kita coba mencari solusinya bersama-sama.” Pendekatan ini memberikan ruang bagi Rahmania untuk belajar dari kesalahan tanpa merasa diserang atau dihakimi. Hasilnya, Rahmania akan merasa mendapatkan dukungan dalam proses pembelajaran dan pengembangannya.

Baca Juga  Nasihat Imam Hasan Bashri di Masa Paceklik

Praktiknya, penting juga untuk mengingat bahwa setiap individu memiliki keunikan dan preferensi komunikasi yang berbeda. Apa yang dianggap lembut oleh satu orang mungkin tidak berlaku untuk orang lain. Oleh karena itu, penting untuk mengenal orang yang kita ajak berkomunikasi dan beradaptasi dengan gaya komunikasi yang sesuai.

Saat menghadapi situasi di mana kita perlu memberikan nasehat, kesadaran akan dampak psikologis dan penggunaan komunikasi asertif sangatlah penting. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, kita dapat membangun hubungan yang sehat, menghindari melukai perasaan orang lain, dan mendukung pertumbuhan pribadi dan emosional mereka. Jadi kembalikan lagi ke tujuan awal kita ketika ingin menasihati orang, tujuannya adalah mengajak dalam kebaikan, bukannya sedang menghakimi orang lain.

Maka, hal-hal yang perlu kita perhatikan untuk mensukseskan nasehat kita supaya efektif pertimbangkanlah hal-hal berikut:

Pertama, sadari bahwa kata-kata kita memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi perasaan dan emosi orang lain. Bahkan tanpa bermaksud jahat, kata-kata yang kasar atau merendahkan dapat melukai seseorang secara emosional. Tidak perlu terburu-buru, bijaksanalah dalam bertutur kata.

Kedua, hindari memberikan nasihat dengan kata-kata menyerang, menghakimi, atau merendahkan. Fokus pada menyampaikan pesan dengan penuh kebaikan dan kepedulian. Gunakan bahasa yang jelas, tegas, namun tetap menghormati perasaan dan martabat individu.

Ketiga, perhatikan ekspresi non-verbal seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi suara Rahmania saat memberikan nasehat. Pastikan bahwa ekspresi tersebut menyampaikan kebaikan, empati, dan niat yang tulus untuk membantu. Bayangkan jika Rahmania bertutur kata lembut tapi dengan mata membelalak, mungkin dikira sedang ada gangguan syaraf.

Keempat, ingat nasihat bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan. Praktikkan keterampilan mendengarkan aktif dengan memberikan perhatian penuh pada orang yang sedang menerima nasehat. Hal ini akan membantu menciptakan suasana yang lebih terbuka dan memperkuat hubungan antara pemberi nasehat dan penerima.

Baca Juga  Perpustakaan Desa : Manfaat dan Keberlanjutannya

Terakhir, hargailah perbedaan, setiap individu memiliki keunikan dan preferensi komunikasi yang berbeda. Apa yang kita anggap sebagai himbauan yang lembut oleh satu orang mungkin tidak berlaku untuk orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menghormati perbedaan tersebut dan beradaptasi dengan gaya komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian penerima nasehat.

Dengan menerapkan pendekatan yang lebih baik dalam memberikan nasehat, kita dapat membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang secara positif tanpa melukai perasaan mereka. Komunikasi yang efektif dan mempertimbangkan dampak psikologisnya akan membangun hubungan yang lebih sehat dan saling mendukung. Ingatlah bahwa tujuan kita dalam memberikan nasehat adalah untuk mengajak dalam kebaikan, bukan untuk menghakimi atau menyakiti orang lain.

Bagikan
Post a Comment