f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pahlawan

Menjadi Pahlawan bagi Diri Sendiri

Pahlawan yang kita pahami adalah orang yang telah berjasa dan telah melakukan suatu pengorbanan, baik itu pikiran, tenaga dan materi untuk orang lain. Tetapi kita tidak pernah sadar bahwa menjadi pahlawan bagi diri sendiri itu lebih berat, membutuhkan effort  yang lebih besar. Hanya orang-orang yang mengenal diri bisa menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri.

Allah Swt telah menciptakan makhluk dengan segala tujuannya. Butuh pemahaman yang tinggi untuk sampai ke posisi tersebut. Seseorang akan mengenal Tuhannya saat telah mengenal dirinya sendiri. Setelah mengetahui dirinya, maka kemudian bisa menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri.

Menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri tidak sama dengan mementingkan kebutuhan dan keperluan dirinya dan tidak peduli dengan lingkungannya.  Tetapi lebih kepada menjadikan diri sendiri sehingga orang lain juga dapat menjadi pahlawan dirinya.

Saya pernah melihat meme  yang sempat viral beberapa waktu yang lalu. Meme tersebut menggambarkan seekor monyet yang memakai pakaian berdasi duduk di meja dengan papan nama di depannya, tulisan meme tersebut adalah “Tetaplah menjadi pejabat walaupun tidak berguna”. Saat membaca hal tersebut saya tertawa karena membayangkan jika negeri ini agak sesuai dengan makna yang ditampilkan oleh meme tersebut. Bagaimanapun meme  tersebut memang merujuk kepada orang-orang yang hidup di tanah bangsa ini. Rakyat bangsa kita sudah tidak mementingkan lagi siapa yang menjadi pimpinan mereka, yang penting adalah demi kepentingannya sendiri.

Namun sesungguhnya jika mencerna lebih dalam dari meme tersebut, kita bisa melihat pada diri sendiri, maka akan timbul pertanyaan, “apakah meme tersebut seperti diri saya?”. Melakoni kehidupan tanpa tujuan merupakan kesalahan manusia yang telah diberikan akal oleh Maha Pencipta. Hidup tanpa arah ibarat mengarungi samudera tanpa kompas dan juga tanpa ilmu perbintangan sebagai panduan.

Baca Juga  Khadijah: Istri dan Pahlawan bagi Rasulullah Saw serta Teladan Umat
*

Saya mempunyai teman yang telah sampai pada fase “untuk membahagiakan diri sendiri tidak perlu tugas dari  orang lain”. Jika kita lihat kalimat tersebut, secara kasat mata tentunya akan timbul pemahaman bahwa kita tidak memerlukan bantuan dan pendapat orang lain, dan kita bebas melakukan apa saja asalkan bahagia. Tetapi fase yang dialami oleh teman saya ini bukan seperti anggapan orang banyak. Perlu sudut pandang yang luas untuk memahami fase yang disebut teman saya.

Pertama, mengenal diri sendiri

Mengenal diri sendiri adalah mengetahui apa kelebihan dan kekurangan diri. Dengan mengenal kelebihan maka tentunya kita akan melakukan hal tersebut dengan penuh konsentrasi, mencintai apa yang sedang dilakukan, membuat perencanaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Mengerti kelebihan juga menjadikan kita percaya diri akan kemampuan. Sehingga kita dapat melakukan tindakan tersebut dengan sepenuh hati, secara terus menerus dan komitmen sehingga pada akhirnya menjadi kebiasaan yang mengikat dan menjadikannya sebagai self branding.

Demikian juga, mengetahui kekurangan diri menjadikan kita untuk dapat mengakali kekurangan ini agar tidak menjadi beban bagi diri kita. Jangan menjadi minder karena kekurangan kita, apalagi menjadikan kita merasa menjadi orang yang tidak berguna.

Kedua, menemukan  tujuan penciptaan kita  sebagai manusia.

Seperti hal nya dalam firman Allah, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56)”. Ayat tersebut menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Bagaimana kita beribadah tentunya melalui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita. Menggunakan kelebihan sebagai rasa syukur untuk tetap beribadah, dan menyadari kekurangan sebagai bentuk tidak ada daya upaya sebagai manusia sehinga dengan menyadari kekurangan kita akan tetap membutuhkan Allah SWT.

Baca Juga  Paradigma Bencana dalam Rumah Tangga
Ketiga, adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Kebermanfaatan kita bagi orang-orang disekeliling adalah bentuk akhir dari menjadi manusia. Dengan bermanfaat bagi sesama makhluk Allah maka otomatis kita telah menjadi pahlawan bagi diri sendiri.

Dengan memahami ketiga konsep ini, menjadikan kita untuk berperilaku sebagai ”pahlawan”. Dan saya mengambil ibrah  dari proses teman saya, bagaimana dia telah memahami ketiga konsep tersebut sehingga bisa mengatakan bahwa untuk membahagiakan diri sendiri diperlukan orang lain.

Karena dia telah mengetahui tujuan penciptaan dirinya sehingga melakukan segala hal agar tetap dalam konteks bermanfaat bagi orang lain. Dengan melihat orang lain berbahagia karena manfaat dirinya, dia menjadi bahagia, dan dia tidak memerlukan pendapat orang lain untuk menghargai dirinya.

Seseorang tidak akan memerlukan penghargaan dari manusia lagi karena telah berada dalam maktab yang tinggi. Karena menjadi pahlawan bagi diri sendiri sudah pasti telah menjadi pahlawan bagi orang lain. Dan pada akhirnya, masuk surgaNya adalah tujuan akhir kita yang telah memahami hakikat kehidupan ini.

Bagikan
Post a Comment