Mata Rantai yang Hilang dalam Pendidikan
Secara tidak sengaja mampir di ruang baca saya, tentang berita yang pilu; seorang ibu yang ditinggal anaknya di sebuah panti jompo di Kota Malang . Yang lebih menyayat lagi, si anak tidak memberi tahu kemana ibu itu dibawa pergi. Tau-tau sang ibu diantarakan di sebuah panti jompo dan ditinggal sendirian di sana. Ada kesan sang Ibu ‘dibuang’. Dalam tempo yang begitu cepat, berita ini viral kemana-mana. Kisahnya membawa nestapa menyelinap di lini masa media sosial dan juga media nasional hingga akhirnya mengusik empati publik negeri ini.
Deraian air mata menyelimuti setiap penggal kisah dari ibu yang benama Trimah ini. Dari Magelang Ibu ini berasal, dibawa ke suatu tempat yang jauh dari sanak famili, tanpa ditinggali alat komunikasi sebagai penyambung kasih pelepas rindu, seolah menjadi dalil benarnya pembuangan’ ini. Ditambah narasi surat perjanjan yang menyatakan jika meninggal, pihak panti diberi hak menguburkan sang ibu, tanpa menunggu kehadiran anak.
Setelah ramai di jagad maya, empati publik begitu tersentuh. Mereka memberikan berbagai reaksi hingga penggalangan donasi dan aksi-aksi yang luar biasa sebagai bentuk peduli. Widya Pramana atau Juragan 99 memberikan kebahagiaan kepada ibu ini dengan membelikan perhiasan. Di kemudian hari, salah satu anak kemudian memberikan klarifikasi tentang duduk masalah yang terjadi. Narasi cerita dia sampaikan melalui voice yang bisa diakses oleh publik. Sampai hari ini kisahnya masih mengalir. Sang ibu tidak ada dendam kepada anak-anaknya, bahkan mendoakan buat mereka. Harapannya, semoga peristiwa ini berakhir happy ending.
***
Mungkin kisah di atas hanya secuil peristiwa yang terjadi. Bisa jadi banyak peristiwa serupa mewarnai nadi kehidupan masyarakat kita. Dengan background berbeda, kisah itu mungkin terjadi. Entah karena beban ekonomi, tidak harmonisnya hubungan ataupun karena buruknya komunikasi. Semuanya berpotensi menjadi penyebab peristiwa serupa terjadi di tempat lain.
Dari sini muncul pertanyaan. Apakah terdapat mata rantai yang hilang dari pendidikan kita? Kalau kita cermati, peristiwa ini tidak melibatkan anak kecil. Disharmoni hubungan antara orang tua dengan anak terjadi pada masa dewasanya. Masa yang sebenarnya sedang matang berfikirnya, bijak pertimbanganya.
Melihat fenomena ini nampaknya ada sisi-sisi pendidikan yang perlu mendapatkan penekanan. Pendidikan yang diharapkan adalah yang mengantarkan seseorang yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, namun juga mampu bersikap yang benar terhadap ilmunya dan mampu menghadapi dinamika kehidupan dengan cara yang benar.
Peristiwa kehidupan seseorang di masa mendatang memang belum bisa diketahui. Namun penting untuk menyiapkan seperangkat bekal sebagai modal menghadapi tantangan pada zamannya. Jikalau dia nantinya menjadi orang yang berhasil, dia akan menjadi orang yang berhasil dengan karakter dan berkepribadian yang baik. Jikalaulah dia menemukan kesulitan hidup, dia mampu menatap kehidupan dengan optimis dan bisa bersikap dengan sepantasnya.
***
Mendidik anak berbasis agama dan adab secara proporsional menjadi pilihan sebagai pengiring seseorang mendalami ilmu kauni. Kata Ali bin Abi Thalib, “Ajarilah adab dan agama pada mereka.” Pengajaran adab dan agama berperan sebagai pengendali arah dalam meniti hidup. Orang yang beradab dan baik dalam beragama akan bersikap dan bertindak dengan baik; mampu adil dalam menempatkan hak dan kewajiban.
Jika seorang itu sudah memiliki profesionalitas kerja yang baik, dipadu dengan karakter dan kepribadian yang baik, maka–insyaallah–mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam urusan rumah tangga, masyarakat dan interaksi dengan kolega dan peman-temannya. Hubungan dengan keluarga (anak isteri,orang tua, mertua dan saudara) bisa berjalan dengan baik; dengan yang lainnya pun bisa terjalin dalam keharmonisian.
Penting pula memperhatikan bekal-bekal bagi seseorang yang tidak secara detil didapatkan di dalam bangku sekolah, dan tidak ada mata pelajaran spesifiknya. Di antaranya adalah materi yang bertemakan keluarga dan parenting . Tema ini sangat penting diberikan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan pada masa dewasanya dalam rumah tangga. Sebelum menikah seseorang hendaknya sudah matang dalam menguasinya. Diupayakan mereka mendapatkan secara lengkap, sehingga saat menjalani rumah tangga dan juga saat mengasuh anak sudah memiliki plot yang jelas.
Sehingga ketika terjadi riak-riak masalah, jalur solusi dan sikapnya tidak merugikan orang lain bahkan menyakitinya. Karena sebelum memiliki problem, bekal menghadapinya sudah diperoleh. Pada akhirnya hak dan kewajiban bisa ia tunaikan dengan selayaknya. Termasuk interaksi dengan orang tua dan juga mertua. Mereka akan ditempatkan dalam kedudukan yang layak.
***
Dari sini menjadi penting untuk diperhatikan bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak harus menjangkau pada perilaku-perilaku yang tepat dalam menerapkan segala peran dan profesi hidup seseorang. Harus ada pola pengajaran yang membingkai pekerjaan ataupun profesi seseorang agar berada pada perilaku yang benar dalam sikapnya. Pendidikan itu mampu mengantarkan seeorang , tidak hanya menjadi profesional namun juga mampu memahami hak dan kewajiban kepada penciptanya dan orang disekitarnya.
Sehingga kualifikasi kesuksesan seseorang harus ditambah. Tidak hanya terbatas pencapaian –pencapaian pada penghidupan yang layak. Namun orang sukses itu mampu berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada sesama juga khusuk berinteraksi dengan penciptanya. Kita sambungkan mata rantai pendidikan kita kembali utuh sebagaimana tujuan pendidikan nasional,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia , serta ketrampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara.” (UU. No. 20 Tahun 2003 paasal 1 ayat 1)
Penikmat kajian keislaman, dunia pendidikan, psikologi dan juga parenting. Senang telaah buku kontemporer maupun klasik dalam bidang –bidang tersebut. Belajar menjadi baik dengan menebar manfaat lewat tulisan.