f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
insecure

Lakukan Ini untuk Atasi Rasa Insecure pada Perempuan

Pernah nggak sih kalian merasa insecure dan tidak mampu ketika diminta untuk jadi memimpin suatu agenda? Pikiran langsung dipenuhi hal-hal negatif dan cenderung membandingkan diri dengan orang lain yang dirasa lebih kompeten. Rasa-rasanya, cuman pengen bilang “Tolong jangan, aku nggak bisa, yang lain aja”. Ada juga momen di mana perasaan insecure muncul saat berada di dekat orang yang kita nilai punya “kelebihan”. Entah dari cara bicaranya ataupun pengalaman yang dia miliki. Serta banyak situasi lainnya yang membuat kita nggak aman dan berujung memberikan label “ketidakmampuan” pada diri kita.

Beberapa tahun lalu, penulis juga pernah mengalami situasi yang memunculkan perasaan insecure ini. Saat itu, penulis bertugas dalam satu agenda organisasi di mana dari konsep hingga teknis acara, penulis terlibat bersama 4 orang yang semuanya laki-laki. Selama rapat bersama tim yang semuanya laki-laki ini, penulis cenderung suka menilai dan membandingkan diri  di mana menurut kacamata penulis, mereka (para laki-laki) memiliki referensi bacaan yang banyak, public speaking yang oke, serta kemampuan lain yang lebih daripada penulis. Kemudian saat pembahasan mengenai leader dari kegiatan tersebut, tanpa penulis duga semua anggota tim sepakat memilih penulis sebagai pemimpin mereka. Hal ini mungkin didasari oleh narasi untuk mendorong kepemimpinan perempuan. Saat itu, penulis yang merasa tidak percaya diri langsung menolak meski akhirnya menerima karena dorongan dari tim.

Sejak saat itu, penulis jadi overthinking terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Seperti, “Bagaimana penilaian orang lain nanti”, “Kegagalan yang akan terjadi karena ketidakmampuan penulis?” dan lain sebagainya. Penulis pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan orang lain terkait hal tersebut. Dari konsultasi tersebut, penulis diarahkan untuk mengidentifikasi kelebihan yang dimiliki. Hal-hal yang bisa penulis lakukan selama menjadi leader dengan mengandalkan kelebihan tersebut, serta dukungan dan afirmasi bahwa penulis mampu menjalankan peran tersebut. Berbekal hasil konsultasi tersebut, penulis lebih bisa mengurangi pikiran negatif. Dan kegiatan yang awalnya penulis ragukan, bisa berjalan dengan cukup lancar dan sukses.

Baca Juga  Sering Merasa Insecure? Begini Cara Bijak Menyikapinya

Ternyata, pengalaman penulis ini sepertinya juga banyak perempuan lainnya alami. Pada tahun 2022, Women’s Confidence Survey in Asia (Wise) memaparkan temuan bahwa hampir 50 % perempuan di Asia merasa tidak percaya dengan kemampuannya. Hal ini bisa didasari oleh beberapa hal, salah satunya karena pikiran negatif seperti ketidakyakinan perempuan terhadap kemampuan yang ia miliki dan hal yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Merujuk pada teori sosial kognitif Bandura, individu yang merasa bahwa ia tidak mampu bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya, pengalaman yang ia miliki, feedback yang ia terima, pengamatan terhadap tindakan orang lain yang ia bandingkan dengan diri sendiri, serta keadaan fisik dan emosi yang ia alami.

Pada faktor pengalaman dan feedback yang diterima, perempuan mungkin rentan memaknai bahwa ia merasa tidak mampu disebabkan karena kegagalan yang pernah dialami atau feedback yang kurang baik dari orang lain. Di samping itu, terbatasnya ruang eksplorasi bagi perempuan mengakibatkan ia cenderung belum memiliki pengalaman dan jam terbang yang banyak. Ditambah lagi, ada pemikiran untuk menghindari hal yang baru dan tampak sulit. Sehingga masih ada perempuan yang membatasi diri di tengah ruang-ruang yang memang juga terbatas. Oleh karenanya penting bagi perempuan untuk mengubah pikiran menjadi lebih positif dan adaptif.

Dalam pengalaman penulis, pikiran negatif berhasil berkurang dengan signifikan dengan mengubah cara berpikir untuk lebih fokus terhadap kelebihan diri. Dweck, salah satu profesor di bidang psikologi, menyebut bahwa cara berpikir yang sebelumnya dimiliki penulis disebut dengan fixed mindset. Di mana individu memiliki penilaian bahwa semua hal dalam diri kurang dan tidak dapat diubah lagi. Namun setelah konsultasi, penulis diarahkan untuk bisa berpikir lebih positif, mencari potensi diri dan mengambil perspektif bahwa momen penuh tantangan dan sulit ini adalah momen untuk belajar sesuatu. Cara berpikir ini disebut dengan growth mindset.

Mengubah cara berpikir fixed mindset dengan growth mindset juga berdampak terhadap pertumbuhan otak. Secara biologis, jika kita punya growth mindset, aliran sinapsis pada otak yang berfungsi untuk menyebarkan informasi antar sinapsis menjadi terstimulasi. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja otak ini sama halnya seperti otot. Saat ia sering dilatih maka kita akan mengarahkan otak untuk berkembang. Artinya, jika menemui kesulitan dan kita ingin mencari cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, secara tidak langsung kita mengizinkan otak untuk berkembang. Sebaliknya, jika kita membiarkan diri kita merasa tidak percaya diri, penuh overthinking, dan langsung memberikan “label” bahwa kita nggak mampu. Kita akan membuat otak kita jadi kurang terstimulasi dan kurang berkembang. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa fixed mindset dan rasa tidak percaya diri jika tidak diatasi dapat menghambat kita dalam mengoptimalkan potensi yang kita miliki.

Baca Juga  Mahalnya Sebuah Karya

Selanjutnya, pada faktor kedua yakni mengamati tindakan orang lain yang dibandingkan dengan diri sendiri akan menyebabkan perempuan merasa tidak mampu karena keberhasilan dan kelebihan orang lain yang terlihat tidak sesuai dengan dirinya. Padahal bisa jadi hal tersebut hanya didasari oleh jam terbang yang kurang saja. Di samping itu, perempuan juga akan rentan dengan rasa tidak aman dan nyaman. Terlebih jika situasi dan ruang gerak yang ada belum menunjukkan kesetaraan gender secara kuantitas. Hal ini juga dialami oleh penulis yang pernah mengalami menjadi perempuan satu-satunya di dalam tim yang didominasi oleh laki-laki. Di mana penulis cenderung mengamati “kelebihan” para laki-laki ini dan membandingkan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karenanya penting mewujudkan dan mendorong terciptanya forum yang setara secara jumlah dari laki-laki dan perempuan. Sehingga dapat memunculkan rasa aman dan nyaman serta meningkatkan kepercayaan diri bagi perempuan.

Terakhir, keadaan fisik dan emosi di mana jika perempuan berada dalam keadaan fisik dan emosi yang membuat tidak nyaman. Hal ini dapat berpengaruh terhadap penilaian terhadap dirinya. Untuk itu, hal yang bisa dilakukan untuk mempertimbangkan keadaan fisik dan emosi agar lebih adaptif adalah menciptakan ruang yang women and family-friendly. Contohnya seperti penentuan waktu penyelenggaraan diskusi atau rapat yang tidak larut malam. Selain itu penyediaan daycare guna mendukung aktualisasi perempuan yang sudah memiliki anak. Sehingga ia tetap memiliki ruang gerak untuk berperan di ranah publik.

Bagikan
Post a Comment