f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
JAhulu

Krisis Lingkungan dan Peran Islam sebagai Agama Rahmatan lil alamin

Oleh: Vella Rohmayani

Perkembangan pola hidup manusia saat ini berbanding lurus dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia saat ini sangat bergantung dengan teknologi, mulai dari alat transportasi, alat komunikasi, dst. Hal tersebut membuat manusia cenderung bersifat konsumtif serta eksploitatif. Mereka sering kali tidak merasa bahwa menjaga keberlangsungan alam adalah tugas moral bersama.

Saat ini bumi telah mengalami yang namanya krisis lingkungan, terbukti dengan terjadinya pemanasan global yang menjadikan suhu bumi semakin panas, naiknya permukaan air laut, iklim yang menjadi tidak menentu, dst. Kerusakan lingkungan merupakan masalah klasik yang berkepanjangan. Jika dikaji lebih mendalam sebenarnya faktor yang mendasari terjadinya kerusakan alam saat ini adalah karena rendahnya kesadaran dan perilaku manusia yang ramah lingkungan. Padahal alam telah banyak memberikan manfaat bagi manusia.

Berangkat dari gagasan Rene Descrates “cogito ergosum” aku berfikir maka aku ada. Ke-aku-an inilah yang menyebabkan manusia cenderung eksploitatif, destruktif, dan tidak peduli terhadap alam. Dimana relasi yang dibangun antara manusia dengan alam adalah relasi antara subjek dengan objek, seolah-olah manusia telah menjadi pusat dari alam itu sendiri, padahal alam juga mempunyai paradigma, jika ia terus dieksploitasi dan dirusak maka alam pun akan “marah”, seperti terjadi bencana alam: banjir, tanah longsor dst.

McFague menawarkan pandangan luas tentang alam, menurutnya alam adalah “totalitas proses dan kekuatan yang membentuk alam semesta”. McFague juga menyatakan bahwa hubungan antara manusia dengan alam sebagai hubungan antara subjek dengan subjek, bukan sebagai hubungan antara subjek dengan objek. Ia berpendapat bahwa binatang, tumbuhan, gunung, lautan, dan bahkan bumi secara keseluruhan merupakan subjek, yang memengaruhi manusia dan juga dipengaruhi oleh manusia. Karena alam dan manusia memiliki hubungan yang dinamis, artinya alam dan manusia sama-sama mengatur kondisi di mana mereka tinggal. Secara historis, alam lebih memiliki “keunggulan”, karena pada dasarnya manusia hanya bisa menerima keadaan yang tidak diinginkan sebagai akibat dari terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, badai, kekeringan, banjir, dst.

Alam sebenarnya telah dibekali dengan kemampuan untuk dapat memperbaiki atau menyembuhkan dirinya sendiri, yang biasa dikenal dengan istilah daya dukung lingkungan, namun akibat eksploitasi yang dilakukan secara berlebihan, membuatnya tidak lagi mampu memperbaiki kerusakan yang ada. Dimana alam terus menerus dimanfaatkan atau dieksploitasi tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Eksploitasi memiliki tujuan untuk mendapatkan sumber alam dan akan mendatangkan keuntungan materi yang besar bagi para pelakunya. Oleh karena itu, diskursus etika ekologi menjadi penting untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatasi berbagai masalah krisis ekologi dunia, karena jika dibiarkan terus menerus akan berdampak buruk pada keberlangsungan hidup manusia.

Salah satu cara untuk mengatasi krisis ekologi yaitu dengan penerapan nilai-nilai cinta lingkungan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang sangat menjaga keasrian dan kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar juga dapat dikaitkan sebagai bentuk cerminan keimanan seseorang. Dalam Al- Qur’an dijelaskan bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di darat maupun di laut sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari cara pandang manusia terhadap alam (Q.S Ar-Rumm: 41).

Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini diwajibkan untuk menjaga kelestarian alam. Peran manusia sebagai hamba yang harus senantiasa mengabdi dan mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Allah SWT, sehingga diperlukan harmonisasi hubungan antara manusia dengan Allah (habl ma’a Allah), harmonisasi hubungan manusia dengan dirinya sendiri (habl ma’a nafsih), yang berlanjut dengan hubungan harmonis antarsesama manusia (habl ma’a al-nas) dan harmonisasi manusia dengan lingkungan sekitarnya (habl ma’a al-kawn).

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, sehingga Islam sangat menjunjung nilai cinta kasih antara sesama makhluk. Konsep dan praktik terhadap pelestarian lingkungan sebenarnya sudah diterapkan sejak zaman nabi Muhammad SAW, dimana konsep tersebut dikenal dengan istilah hima, yakni upaya melindungi suatu kawasan sebagai wilayah konservasi agar senantiasa terjaga keasriannya. Mangunjaya (2005) menyebutkan bahkan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengakui bahwa kawasan hima dianggap sebagai wilayah konservasi yang paling lama bertahan di dunia.

Yusuf al-Qaradawy dalam buku Fikih Ramah Lingkungan tentang paradigma fikih berbasis lingkungan yang syarat akan nilai-nilai akhlak, beliau menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan antara manusia dengan alam. Tumbuhan, hewan, dan manusia adalah sama-sama umat yang mempunyai eksistensi, kehormatan, hikma penciptaan dan ciri-ciri tersendiri. Substansi dari pemikiran etika lingkungan tersebut mengarah pada pembentukan pola pikir religius manusia terhadap alam. Dimana dalam melakukan relasi dengan alam manusia harus senantiasa bersifat hormat, kasih sayang, peduli dan bertanggungjawab.

Melihat kondisi lingkungan saat ini yang semakin memprihatinkan, urgen untuk segera diatasi, bukan hanya bagaimana membenahi kerusakan yang telah terjadi, namun lebih pada pengubahan paradigma masyarakat yang antroposentris, yaitu faham yang menempatkan posisi dan kepentingan manusia di atas mahluk lain, menjadi paradigma yang ekosentris, yaitu paradigma cinta alam. Dengan begitu diharapkan manusia menjadi sadar bahwa sebenarnya menjaga kelestarian alam merupakan tugas moral kita bersama.

Bagikan
Baca Juga  Setiap Anak adalah Anugerah
Post a Comment