Site icon Inspirasi Muslimah

Kemajuan Teknologi Membuat Orang Tua Ibarat Kebo Nusu Gudel

teknologi

Wurry-Srie-1

Pada suatu sore, setelah beberapa kali belajar mengetik di sebuah laptop putranya, seorang ibu tiba-tiba ingin membuat semacam surat undangan, seperti yang biasa ia terima sebulan sekali dari kelompok pengajian ibu-ibu di sebuah kecamatan. Ia merasa tertantang, meskipun usia tak lagi muda, semangat belajarnya tak pernah surut dalam hal mengenal macam-macam perangkat teknologi canggih. “Aku harus bisa membuat surat undangan seperti ini dan bila perlu lebih bagus lagi,” bisik hatinya.

Kepada Fajar, putranya, ia ingin belajar bagaimana membuat surat undangan yang apik dan menarik.

“Nang, tolong ibu diajari membuat surat undangan seperti ini, ya. Untuk latihan saja,” sambil menyerahkan selembar contoh surat undangan yang ingin ia buat. Nang adalah panggilan kesayangan untuk anak lanang atau anak lelaki.

“Ibu tak usah repot-repot membuat surat seperti ini, sudah ada WA kan?” Fajar mengatakan itu sambil berharap ibunya tidak perlu bersusah payah mengetik surat undangan seperti yang ibunya inginkan. “Kalau Ibu butuh surat undangan, biar Fajar saja yang membuatnya untuk Ibu,” lanjut Fajar enteng.

Jawaban Fajar telah membuat hati ibunya sedikit kecewa. Itulah Fajar, dia tak menyadari bahwa ibunya sedang menikmati bagaimana asyiknya menulis di laptop, menulis apa saja. Karena memang sedari kecil gemar menulis; apakah itu puisi, pantun, cerita-cerita ringan atau kisah nyata diri sendiri maupun kisah nyata orang lain yang ia ketahui. Semuanya ia tulis.

***

Lain Fajar lain pula Cahaya, adik si Fajar. Cahaya, hampir selalu tahu persis apa mau ibunya. Mungkin sesama perempuan dan kebetulan dia punya karakter yang tidak jauh berbeda dengan ibunya. Yakni keingintahuan yang sangat besar tentang banyak hal. Dia juga tahu ibunya gemar membaca buku, karena itulah bila si ibu menginginkan buku tertentu, selalu ia usahakan untuk mencari khusus buat ibu.

Sebagai anak yang mendapatkan karunia otak cemerlang dan tumbuh di lingkungan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Cahaya tahu puncak bakti kepada orang tua adalah kepada ibunya tanpa bermaksud merendahkan sosok seorang bapak. Dia juga tahu kegiatan apa yang kira-kira bisa menjadi hiburan bagi ibu di usianya yang menuju senja.

Apapun yang ibu mau selama ia mampu dan tidak menyimpang dari koridor yang seharusnya, ia akan berusaha memenuhinya. Termasuk keinginan ibunya yang menggebu untuk belajar mengenal laptop; perangkat yang semasa ibu sekolah belum ada, ia penuhi meski dengan laptop yang sederhana.

Ada rasa haru, bahagia dan rasa syukur di dada Cahaya setiap kali memandang wajah ibunya yang berseri-seri ketika menekan tombol-tombol, keyboard di laptop sambil menanyakan ini itu kepadanya. Cahaya tidak pernah lelah untuk selalu menjawab dengan sabar dan tersenyum ramah agar si ibu merasa senang dan gembira. Bahkan bila ada hal-hal baru yang patut untuk diketahui, tak segan-segan Cahaya membagikannya pada ibu tercinta.

***

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, anak-anak yang dilahirkan dari orang tua generasi X (1965-1980), tak bisa dipungkiri kecerdasannya ikut berkembang dengan pesat pula. Sementara banyak orang tua yang tak mau kalah dengan kesadaran tinggi, belajar terus demi mengejar lajunya jaman; di sisi lain tetap ada beberapa yang masih santai apa adanya.

Untuk yang terakhir itu tidak bisa disalahkan, karena dengan mengikuti perkembangan teknologi diperlukan sejumlah sarana dan prasarana. Salah satunya harus ada perangkat penunjang yang perangkat tersebut tidak bisa diperoleh secara cuma-cuma.

Tetapi, tunggu dulu! Ada kok yang bisa dimiliki secara cuma-cuma oleh orang tua yang masuk kategori generasi X awal, yakni ilmu dari anak-anak cerdas dan brilian yang siap ditransfer ke orang tua. Dengan ilmu tersebut, orang tua tidak akan merasa terbelakang dan mendapatkan tambahan wawasan baru yang sebelumnya tak mereka miliki.

Bak peribahasa Jawa, Kebo Nusu Gudel yang menggambarkan kemauan orang tua menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari anak. Alangkah mulianya ketika menyadari keterbatasan ilmu yang orang tua miliki, lalu dengan rela dan sepenuh hati, si anak bersedia membagi ilmu dengan mereka. Melalui cara itu, anak merasa yakin telah menunaikan salah satu wujud birrul walidain yaitu berbakti pada orang tua yang ia bisa.

Secerdas dan sejenius apapun seorang anak tidak akan ada artinya bila sengaja membiarkan orang tua dalam kebodohan dan tidak tahu apa-apa. Walau tingkat kecerdasan orang tua tak akan sama dengan anak, namun orang tua akan bangga dan bahagia bila anaknya mau berbagi ilmu dengan mereka, sebatas yang mampu mereka tampung di ruang pikirannya.

***

Kebo Nusu Gudel atau gudel yang dengan ikhlas menyusui kerbau, emaknya, menurut sependek yang penulis tahu adalah perlu. Bukan karena gara-gara hadirnya pandemi terus apa-apa serba daring, sedangkan orang tua tidak terlalu paham soal daring, bukan itu. Tapi karena ilmu pengetahuan semakin maju, kalau bukan dari anak-anak, siapa lagi? Sebab yang paling tahu dan memahami orang tua adalah anak. Dalam hal ini perlu adanya kesabaran dan ketelatenan ketika mentransfer ilmu karena tidak semua orang tua memiliki daya tangkap yang sama.

Bagi orang tua, menimba ilmu kepada anaknya itu penting. Meliputi ilmu apa saja, tentang teknologi kekinian, tentang cara menyikapi berita-berita yang sedang viral dan tentang kemajuan teknologi lainnya yang gencar dipromosikan hingga melimpah ruah saat ini. Dengan demikian orang tua tak terlalu ketinggalan informasi dan berpikiran lebih maju dibanding hari-hari yang lalu.

Bagi si anak, berbagi ilmu yang bermanfaat dengan orang tua itu keharusan, kendati informasi tentang keilmuan bisa orang tua peroleh dari berbagai sumber misalnya media online, cetak maupun elektronik. Jangan sampai mereka tidak tahu apa-apa, lalu tidak bisa nyambung saat diajak ngobrol tentang jaman sekarang hanya karena kurang wawasan. Kasihan kan?

Usia tak menghalangi langkah tegap dalam belajar dan menuntut ilmu yang bermanfaat di dunia dan kelak di akhirat. Seharusnya bersyukur jika memiliki orang tua yang senantiasa bersemangat menimba ilmu dari sumber mana saja termasuk dari anak-anaknya. Sabda Rasulullah: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat.

Bagikan
Exit mobile version