f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
Clash of Champions

Kecemasan Orang Tua Muda Setelah Menonton Clash of Champions

Program serial web realitas kompetisi mahasiswa berprestasi besutan Ruang Guru yang sempat menjadi perbincangan hangat, Clash of Champions (COC), sudah selesai ditayangkan. Shakira Amirah dinyatakan sebagai pemenang. Shakira berkuliah di FK UI mampu mengalahkan beberapa mahasiswa dari kampus luar negeri ternama.

Selain Shakira, beberapa nama yang menjadi kontestan di acara ini juga mendadak menjadi perbincangan. Sebut saja Maxwell mahasiswa FK Unair yang viral karena gaya bicaranya yang dinilai lucu. Ada juga Xaviera Putri, mahasiswi yang sedang kuliah di KAIST, salah satu kampus ternama di Korea. Xaviera mencuri perhatian, bukan saja karena kecerdasannya, namun juga karena wajah cantik dan gaya berbusananya yang ditiru remaja putri. Selain itu, ada pula Axel, mahasiswa  NUS yang menjadi lawan tanding Shakira di final COC.

Melihat kemampuan para kontestan yang diperlihatkan di COC, sungguh membuat saya berbangga hati. Anak-anak muda Indonesia tidak kalah kerennya dengan bangsa lain, dan semakin banyak yang mempunyai kesempatan berkuliah di kampus dan jurusan yang dikenal sulit ditembus. Semuanya pintar dan cerdas. Saya jadi optimis terhadap masa depan bangsa.

Namun, bagi ayah dan ibu muda, yang anak-anaknya masih balita, atau katakanlah paling besar di usia SD, melihat mahasiswa/mahasiswi berprestasi di COC itu bisa menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri. Tentunya banyak ibu memiliki pengharapan agar anak-anaknya kelak bisa berprestasi seperti para peserta COC.

Mungkin juga akan ada banyak pertanyaan, bagaimana pola asuh yang baik supaya anak-anak yang masih piyik bisa menjadi sehebat kakak-kakak yang berkompetisi di COC? Bagaimana pola asuh yang harus diterapkan supaya bisa seperti mereka? Apakah saya sebagai ibu bisa mengembangkan bakat anak dengan baik agar anak bisa mencapai karir dengan keahliannya?  Bagaimana kalau sebagai orang tua tidak mampu memberikan rangsangan yang baik agar anak berkembang dengan maksimal? Apakah anak saya akan bisa bersaing nantinya kalau anak saya tidak seperti mereka yang di COC?

Baca Juga  Tidak Berbakti; Anak Fiktif

Bisa jadi masih banyak pertanyaan yang serupa. Tapi tenanglah wahai para ayah dan ibu muda, janganlah membebani diri sendiri dengan pertanyaan dan kekhawatiran seperti yang ditulis di atas. Saya sebagai ibu yang sudah tidak muda lagi sudah mulai memahami gambaran besar bagaimana anak-anak dapat berkembang dengan baik. Belum sempurna, dan mungkin juga tidak akan sempurna. Namun saya selalu berusaha untuk tetap update ilmu menjadi orang tua, yang tiap tahapannya pasti selalu berbeda tantangannya.

Untuk para orang tua muda yang buah hatinya masih belum terlihat jelas akan mau jadi apa nantinya, silakan banyak-banyak mengeksplorasi hal-hal yang menarik perhatian anak-anak. Kenalkan sebanyak mungkin pengalaman, lihat responsnya. Bila mereka tertarik, bisa diulang sekian kali.

Memberikan pengalaman terhadap hal baru tidak terbatas pada kegiatan kognitif seputar dunia akademis seperti yang ditempuh kontestan COC. Mereka itu memang anak-anak yang berbakat di akademis. Dengan sokongan maksimal dari orang tuanya, para kontestan itu dapat berkembang maksimal.

Ingat ya, COC adalah kompetisi hitungan, spasial, logika, pemecahan masalah seputar matematika, dan hafalan. Memang hal-hal seperti pemecahan masalah dan logika baik untuk dikuasai oleh anak-anak kita. Kita upayakan yang terbaik yang anak kita bisa tempuh di bidang itu. Yang terbaik artinya disesuaikan dengan bakat anak-anak, tidak harus juga seperti kakak-kakak kontestan COC apabila memang bakatnya berbeda. Tidak berbakat di hal lain  yang disebutkan di atas, misalnya tidak bakat di matematika atau hafalannya kurang kuat,  bukan berarti anak-anak tidak akan sukses nantinya.

Yang penting saat ini, dukungan kita sebagai orang tua adalah tidak menutup diri terhadap bakat anak apapun itu. Jangan memaksakan agar bisa menjadi seperti anak lain. Terima dengan lapang dada apabila bakat anak kita tidak sama dengan harapan kita. Terima, kembangkan, insya Allah anak akan mencapai kemampuan maksimalnya dengan percaya diri dan rasa bangga.

Baca Juga  Minat dan Bakat Anak, Orang Tua Harus Peka

*Disclaimer Saya bukan orang tua muda. Dua anak saya sudah dewasa, yang satu sudah lulus kuliah, yang satu kelas 12.

Bagikan
Comments
  • Salehan

    👍👍👍

    Oktober 5, 2024
Post a Comment