f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
Immawati Muktamar

IMMawati Bak Hilang Ditelan Bumi pada Muktamar IMM ke-XX

Tampaknya drama epik Ramayana tengah dimainkan pada tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Seperti Sinta yang rela ditelan bumi untuk menjaga kesuciannya atas tuduhan masyarakat Ayodya yang menggoyah keyakinan Rama terhadap Sinta. Mungkinkah tindakan Sinta juga diperlakon oleh IMMawati untuk menjaga singgasana IMMawan agar tak bergoyang pada Muktamar IMM ke-XX? Bagaimana tidak, 61 calon formatur sesuai SK Panlih Nomor II/Panlih-MuktamarXX/2023 didominasi oleh IMMawan. Sedangkan calon formatur dari IMMawati dapat dihitung jari, bahkan tidak menyentuh angka 50% dari total keseluruhan calon formatur. Tentu dengan melihat jumlahnya, probabilitas IMMawati yang akan masuk sebagai formatur tetap sangatlah tipis dan hampir mustahil apabila tak memiliki kecakapan dalam berkoalisi dan konsolidasi.

Calon Ketua Umum DPP pada Muktamar kali ini juga sama seperti sebelum-sebelumnya, yang tidak memberikan opsi lain selain IMMawan. Meskipun sampai detik ini apabila dilakukan survey, semakin kesini IMM semakin didominasi oleh kader-kader IMMawati. Penulis tidak menjustifikasi bahwa perempuan tidak memiliki jiwa kepemimpinan sampai mendominasi pencalonan formatur hingga ketua umum. Namun yang perlu digarisbawahi, bahwa IMM gagal melakukan kaderisasi IMM Putri karena permasalahan tersebut tidak hanya terjadi pada kontestasi Muktamar saja, musyawarah lain seperti pada tataran Daerah DPD IMM Jawa Tengah ke-XX sama sekali tidak memunculkan nama IMMawati. Baik calon formatur maupun calon ketua umum.

Kebebasan Semu IMMawati

Simon de Beauvoir berpendapat dalam bukunya berjudul Second Sex, menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas dua akibat ketidakadilan dari pemosisian laki-laki sebagai Sang Diri. Sedangkan perempuan sebagai Sang Liyan yang menjadi ancaman bagi laki-laki. Sehingga apabila laki-laki ingin tetap bebas, laki-laki harus menyubordinasi dan memarginalkan perempuan. Mungkinkah hal serupa terjadi pada tubuh IMM? Meskipun hadirnya Bidang IMMawati sebagai upaya penguatan jati diri dan peran aktif kader IMM putri, namun masih langgengnya perempuan yang menjadi objek dari laki-laki dan laki-laki yang menjadi subjek dalam wacana dan peran patriarkal dalam IMM.

Baca Juga  Atas Nama Perjuangan Sad Boy, Mari Menolak Pola Kaderisasi Sugar Daddy

Untuk mengetahui kebenaran hipotesis tersebut, dapat dilihat dari sejauh mana akses dan keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam peran sosial dalam pembangunan wacana gerakan IMM. Penulis pernah melakukan mini riset untuk mengukur tingkat partisipasi peran perempuan dalam membangun wacana dan gerakan IMM Cabang Kota Surakarta tahun 2021, dengan 11 komisariat IMM UMS Cabang Kota Surakarta sebagai objek penelitian. Hasil dari mini riset tersebut mengungkapkan minimnya peran perempuan dalam wacana pembangunan dan gerakan di komisariat. Ini diakibatkan adanya dominasi laki-laki yang merasa superior. Sekalinya perempuan berperan dalam IMM, muncul fenomena Mansplanning sebagai manipulasi laki-laki yang memberikan hadiah kepada perempuan berupa kebebasan semu.

Tampaknya kelahiran IMM memang perlu dipersoalkan mengingat relasi gender tidak benar-benar dibangun dan hanya menjadi kesemuan semata agar tidak dijustifikasi sebagai organisasi yang patrialkal. Hadirnya bidang IMMawati pun seperti sangkar IMM putri yang memenjara kebebasan pola pikir dan wacana kritis perempuan. Bak dipaksa besar dalam sangkar agar tak menjarah porsi lainnya. Jika penulis hadir dan menjadi peserta penuh pada Muktamar IMM kali ini, setidaknya suara lantang yang akan tergaung adalah penghapusan penjara perempuan yang bernama Bidang IMMawati dalam tubuh IMM, hingga tercipta relasi gender yang absolut.

Solusi

Sepakat dengan pembacaan fenomena Matinya IMM dalam buku Amin Aziz yang berjudul IMM Studies. Terlebih melihat banyaknya oknum yang memanfaatkan IMM untuk kepentingan pribadi. Seperti fenomena bobroknya idealitas gerakan mahasiswa yang terjadi pada kepemimpinan Abdul Musawir Yahya juga tergabung dalam suksesi partai politik.

Namanya figur kepemimpinan tertinggi di IMM yang menjadi suri teladan sesuai dengan falsafah perkaderan IMM. Ketua Bidang Media dan Komunikasi Dolly Ichsan pun memiliki andil pada kematian gerakan mahasiswa karena secara terang berafiliasi dengan partai politik. Meskipun sudah diatur jelas dalam AD/ART IMM maupun dalam Ideologi Muhammadiyah tentang afiliasi partai politik kader-kader Muhammadiyah.

Baca Juga  Berdamai dengan New Normal adalah Tergesa-gesa

Dengan segala permasalahan tersebut, tampaknya sangat membuang waktu apabila terlalu berharap untuk menghadirkan solusi. Pasalnya memang Muktamar ke-XX hanyalah menjadi agenda kontestasi kepentingan politik belaka. Solusi yang bisa penulis hadirkan adalah tentang rekonstruksi idealitas dan pemikiran IMM untuk dikembalikan pada ideal state gerakan Ahmad Dahlan. Jika tidak, maka alternatif solusi kedua adalah IMM perlu hengkang dari Muhammadiyah. Sehingga menjadi organisasi independen tanpa induk seperti organisasi gerakan mahasiswa lainnya. Nama Muhammadiyah sepatutnya sudah dikeluarkan dari nama IMM. Hal ini karena, dirasa IMM tak patut menyandang gelar sebagai kader Muhammadiyah melihat realitas yang terjadi dalam tubuh IMM.

Tulisan ini menjadi autokritik IMM terkhususnya pada oknum yang sengaja menghadirkan kebebasan semu terhadap IMM Putri dan oknum-oknum yang melakukan pelecehan terhadap ideologi yang sudah lama terbangun di Muhammadiyah.

Bagikan
Post a Comment