f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nafsu

Iduladha: Bukan Hanya Kambing, Hawa Nafsu juga Perlu Disembelih

Manusia dan nafsu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut merupakan salah satu sifat yang manusiawi. Namun, nafsu tidak boleh menjadi alat pembenaran. Justru sebaliknya, harus kita kenali dan tempatkan sesuai porsinya. Sejatinya, hawa nafsu bisa manusia kelola ketika ia mempunyai landasan ilmu dan keinginan kuat untuk melawannya.

Berbicara tentang nafsu, momen peringatan hari raya Iduladha yang sudah di depan mata juga dapat menjadi salah satu pembangkit hawa nafsu. Kita asumsikan, di momen hari raya kedua dalam kalender hijriyah tersebut; akan ada banyak orang yang berlomba-lomba menyajikan hidangan virtual foto dan video hasil olahan daging sapi dan daging kambing lezat di media sosial. Namun, akankah kita merefleksikan peringatan Iduladha yang agung dengan sebatas berpesta menikmati legitnya daging Kambing?

Menyembelih Hawa Nafsu

Kecintaan manusia terhadap dunia memang tidak akan pernah ada habisnya. Untungnya, selain hawa nafsu, manusia pun memiliki akal dan hati untuk berpikir dan meluruskan tindakan. Nafsu akan takluk jika dilatih secara disiplin. Ada banyak cara yang bisa kita upayakan untuk mendisiplinkannya. Salah satunya dengan belajar membaca apa yang disukai nafsu dan apa yang disukai Allah.

Barangkali, perayaan Iduladha tahun ini adalah momentum yang tepat untuk mendisiplinkan diri dengan berupaya mengurbankan perasaan cinta kita pada hal-hal duniawi. Menahan diri, menyisihkan sedikit rezeki dan berkurban demi mendahulukan kepentingan umat.

Seperti yang kita ketahui, Qurban adalah ibadah sunnah mu’akkadah. Artinya, ibadah ini merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Khususnya, bagi yang memiliki kelapangan harta. Seperti pesan dalam Surat Al-Kautsar ayat dua yang berbunyi, “Salatlah untuk Rabb-mu dan berkurbanlah”. Melalui ayat tersebut, Allah memerintahkan umatnya untuk sholat dan berkurban sebagai ibadah dalam rangka mendekatkan diri pada-Nya.

Baca Juga  Hadist Ini Perbandingan Akal Laki-laki dan Perempuan ?

Menjadikan kurban sebagai prioritas di atas segala kebutuhan memang gampang-gampang susah. Namun bukan berarti tidak bisa terupayakan. Mungkin sudah saatnya kita sebagai seorang muslim berupaya untuk menyembelih hasrat berfoya-foya di atas dalih self reward dan menukarnya dengan kerelaan hati untuk berkurban.

Berkurban sebagai Wujud Syukur Seorang Muslim

Islam sudah jelas memerintahkan untuk berkasih sayang dan cinta kepada sesama umat manusia; dengan cara memberikan sebagian harta yang kita miliki sebagai pelaksanaan ibadah di ranah sosial. Pun kita yakini, bahwa rezeki dan harta yang dimiliki saat ini merupakan titipan Allah yang diberikan kepadanya dan bukan semata-mata keberhasilan usaha dirinya sendiri.

 “Setiap Kita adalah Ibrahim. Setiap Ibrahim punya Ismail. Ismailmu mungkin adalah hartamu, jabatanmu, bahkan egomu. Ismailmu adalah sesuatu yang kamu sayangi dan kamu pertahankan di dunia ini. Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk membunuh Ismail, tetapi Allah memerintahkan Ibrahim untuk membunuh rasa kepemilikannya terhadap Ismail. Karena pada hakekatnya, semua adalah milik Allah dan akan kembali hanya pada-Nya.”

Kutipan tersebut adalah saya temukan beberapa tahun lalu di status BBM salah satu teman SMA. Persis di detik-detik perayaan Iduladha. Jika kita bertolak kembali ke zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Saat itu, keimanan keduanya tengah diuji oleh Allah Swt untuk menghapuskan rasa kepemilikannya terhadap sesuatu yang disebut “titipan”.

Perpaduan keimanan Nabi Ibrahim dan kerelaan hati Nabi Ismail telah mengajarkan kita bahwa  ikhlas adalah setinggi-tingginya derajat keimanan, sedangkan rasa syukur adalah pendamping setianya. Berkurban merupakan perwujudan bahwa seorang muslim bersyukur dan senantiasa bersabar atas musibah yang menimpa atau kesenangan atas limpahan rezeki yang titipannya selama ini.

Baca Juga  Lakukan Ini untuk Atasi Rasa Insecure pada Perempuan

Jika kita percaya bahwa segala yang ada di muka bumi ini hanyalah titipan; maka saat pemiliknya meminta untuk memulangkan atau membagi titipannya pada umat lain. Tugas kita adalah menyerahkan kembali titipan itu dengan ikhlas, tanpa merasa kehilangan.

***

Sama halnya dengan berkurban. Allah menitipkan harta yang kerap disebut dengan rezeki. Lalu ketika sang pemilik harta menyeru untuk berkurban, maka sebagai tanda syukur dan keimanan pada Allah; sudah sepantasnya umat muslim menunaikan seruan-Nya dengan kelapangan hati.

Terlebih, saat ini pandemi masih mengguncang seluruh negeri. Tidak sedikit dari para tulang punggung keluarga yang terpaksa berhenti bekerja. Menjadikan momen ini sebagai salah satu wujud kepedulian terhadap sesama makhluk Allah adalah cara yang patut kita pertimbangkan. Alangkah bahagianya jika seluruh umat dapat merasakan keberkahan dari perayaan Iduladha ini karena campur tangan umat muslim yang semakin giat berbagi.

Selamat merayakan Iduladha! Tentu sembari berdoa, semoga tahun ini kita kita mendapat kenikmatan untuk berkurban; senantiasa dilapangkan hatinya untuk terus merasa mampu, dan rasa syukur yang tidak pernah terputus. Semoga kita bisa saling memantapkan hati untuk berkurban dengan hati yang ikhlas. Sehingga, kebahagiaan dan kebermanfaatan dari perayaan Iduladha dapat mengalir deras bagi segenap umat di seluruh penjuru dunia.

Bagikan
Post a Comment