f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
barbie

Fathimah Az-Zahra, Sosok Barbie Islam yang Harus Dikenalkan

Akhir-akhir ini, film barbie mengagetkan penggemar dengan tampil gaya baru. Barbie bukan lagi tampil sebagai boneka perempuan yang berkulit putih, rambut pirang, hidung mancung, kaki jenjang dan mata bulat. Dalam film barunya tersebut, barbie menyadari bahwa dunia luar sangat patriarki. Bertahun-tahun anak-anak dituntut untuk menjadi sempurna seperti dirinya.

Dalam seri baru ini, barbie dimunculkan dengan problem sterotipe yang mengakar pada masyarakat. Tentang tidak adanya tukang bangunan perempuan, pemimpin yang ke semuanya diisi oleh laki-laki, dan bagaimana lelucon seksisme selalu terlontar padanya. Barbie baru menyadari bagaimana perempuan dalam kehidupan nyata. Bagaimana perempuan menghadapi realitas sosial yang justru membuat mereka terpenjara dalam diri mereka sendiri.

Problem tersebut tumbuh subur di tengah masyarakat yang skeptis terhadap karir perempuan, perempuan selamanya hidup dalam jeruji stigma masyarakat. Mulai dari standar kecantikan, bagaimana seseorang wanita diwajibkan untuk bisa masak, mengurus rumah, anak, dan suami, serta bagaimana perempuan dikurung dalam budak seks laki-laki. Sampai akhirnya timbul sikap merendahkan sebagai bentuk kekuasaan laki-laki atas perempuan.

Sebenarnya, problem-problem yang hadir dalam serial baru barbie ini sudah ada semenjak zaman jahiliyah. Banyak sekali perlakuan yang tak pantas terhadap perempuan-perempuan jahiliyah. Sampai memiliki bayi perempuan saja merupakan suatu aib yang harus ditutup rapat. Kehidupan perempuan dirampas oleh ayahnya dengan dibunuh hidup-hidup dan menjadikan mereka sebagai seorang budak.

Fatimah sebagai Perempuan Pembaharu

Masa-masa kelam tersebut perlahan Nabi Muhammad Saw. perbaiki, mulai dari zaman istrinya Sayidah Khadijah sampai pada putri beliau Sayidah Fathimah R.a. Hal itu Nabi buktikan selama menikah dengan Khadijah, Nabi tidak pernah poligami. Padahal adat masyarakat Arab pada saat itu adalah poligami tanpa batas bilangan. Tidak cukup sampai itu, Nabi menjadikan memuliakan Khadijah dengan penuh kasih sayang tanpa merendahkan. Khadijah merupakan saudagar yang kaya dan mampu mengimbangi proses pewahyuan Nabi, menjadi tanda bahwa perempuan harus tetap berjaya bukan hanya terbatas sebagai pengurus rumah tangga seperti skeptis yang berkembang.

Baca Juga  Semua Perempuan Bisa Menjadi Kartini

Sifat kehebatan Khadijah, ia wariskan pada putrinya Fatimah Az-Zahra yang memiliki paras cantik nan anggun luar dalam. Fatimah Nabi juluki sebagai Haura Al-Insiyyah (Perwujudan Bidadari di Bumi). Kehadiran Fatimah juga ditujukan sebagai role mode bagaimana Allah memuliakan perempuan. Banyak di antara ayat Al-Qur’an yang turun menjelaskan bagaimana seharusnya perempuan bersikap dan bagaimana cara bersikap terhadap perempuan. Allah mengingatkan betapa berharganya perempuan serta bagaimana menjadi perempuan yang berharga.

Sosok Fatimah Az-Zahra hadir sebagai revolusi pembaharuan Islam terhadap patriarki yang sudah mengakar sejak abad-abad dahulu. Fatimah hadir sebagai sosok yang cerdas dan pembelajar, hal ini ia buktikan dengan caranya yang kritis dalam menghadapi persoalan, berani dan tangguh terhadap kehidupan juga tetap menjaga kesucian dan kehormatannya sebagai putri Rasulullah.

Bukti kecerdasannya, Fatimah Az-Zahra mewarisi ilmu dan ketakwaan nabi Muhammad. Ia berhasil mendidik ke empat anaknya, Hasan, Husein, Ummi Kultsum dan Zainab, serta menjadi tokoh perempuan Islam yang membimbing perempuan lain, baik terkait masalah-masalah perempuan, juga terkait masalah agama. Fatimah selalu mengajarkan kepada setiap perempuan untuk menjadi perempuan yang mandiri dan berdaya. Pelajaran-pelajaran penting tersebut ia tinggalkan untuk perempuan sekarang dan perempuan masa depan, dengan membaca dan mempelajari sejarah kehidupannya.

Fatimah sebagai Role Mode Barbie Islam

Selama 28 tahun kehidupannya, Fatimah menjadi simbol perlawanan terhadap sistem jahiliah yang zalim dan semena-mena terhadap wanita khususnya. Pengaruh yang ia suarakan tak henti-hentinya untuk kesejahteraan perempuan. Pemikirannya yang menonjol dan berbeda dari umumnya, membuat fatimah terlihat cerdas dan berkarisma.

Sebagai role mode perempuan, Fatimah Az-Zahra bukan hanya piawai dalam mengurus perekonomian keluarga. Fatimah mampu mengelola sumber dana bagi kepentingan Islam. Fatimah menjadi komisaris juga manajer yang mampu mengelola ladang besar dan subur bernama Fadak sebagai hadiah Rasulullah. Kesabaran dan ketelatenannya bukan hanya sebatas urusan rumah tangga semata, melainkan pada kepentingan umat yang nyata.

Baca Juga  Fatimah Suri Teladan bagi Keluarga dan Perempuan

Sebagai role mode barbie Islam, bukan hanya kecantikan saja yang Fatimah miliki. Etos kerjanya membuktikan bahwa perempuan berhak dipandang bukan hanya sebagai pembantu rumah tangga semata. Fatimah memperjuangkan bagaimana perempuan menjadi instrumen penting dalam sebuah negara (Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghofur). Dengan pembaharuan pola pikir dan kesalehan hati, Fatimah mengubah konstruksi patriarki jahiliah menjadi negara yang ramah.

Sayangnya, mode patriarki yang dahulu Fatimah ubah kembali muncul dalam masyarakat. Optimisme kemajuan bangsa turun seiring penurunan terhadap perempuan. Masih banyak kasus skeptis yang bahkan terlontar dari sesama perempuan. Hal ini menjadi indikasi bahwa perempuan masih harus terus berjuang untuk kemajuan peradaban.

Untuk itu, sebagai modeling barbie Islam, seyogyanya perlu kita kenalkan kembali siapa sosok Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah Saw. Agar darinya kita semua mampu mengambil pelajaran, meneladani dan menjadikannya idola bagi perempuan zaman sekarang dan masa yang akan datang. Dengan demikian budaya ramah perempuan akan terwujudkan.

Bagikan
Post a Comment