f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
Anak

Dilema Anak Dalam Merawat Orang Tua dan Tips Mengatasinya

Banyak orang tua yang enggan untuk tinggal di rumah anaknya. Meskipun berbagai cara dilakukan anak-anak untuk membujuk orang tuanya agar bersedia tinggal di rumah mereka, para orang tua lebih memilih untuk tetap tinggal di rumahnya, yang biasanya sudah mulai rusak seiring usia penghuninya.

Tentu para orang tua sepuh ini mempunyai banyak alasan kenapa tetap kekeh tinggal di rumahnya. Selain ada rasa sungkan tinggal di rumah anaknya, juga alasan sejarah rumah itu, kenangan masa lalu, juga sangat memengaruhi keteguhan sikap untuk tetap tinggal di rumahnya. Bahkan tidak sedikit, lansia yang nekat hidup sendiri di rumahnya.

Menyikapi situasi itu, biasanya ada anaknya yang mengalah untuk tinggal di rumah orang tuanya. Biasanya anak bungsu yang memiliki kemungkinan lebih banyak untuk tinggal di rumah orang tuanya, apalagi kalau anak bungsunya adalah seorang perempuan.

*

Seperti Indri, teman saya yang karena situasi itu, akhirnya tidak ada pilihan lain, dia harus tinggal di rumah orang tuanya, menemani Ibunya yang sudah berusia 77 tahun. Umur di mana gangguan kesehatan mulai sering muncul. Ia adalah anak nomor tiga dari lima bersaudara. Ke empat saudaranya, semua merantau di Jakarta, sementara ia sendiri yang tinggal di Bandung bersama Ibunya.

Banyak suka duka yang Indri lalui ketika tinggal bersama Ibunya. Semua urusan Ibunya selalu dia tanggung sendiri. Apalagi kalau Ibunya sakit. Dia harus pontang panting ke rumah sakit, menjaga siang dan malam. Belum lagi dia harus menanggung semua kebutuhan rumah, mulai dari kebutuhan makan; pakaian; perawatan rumah; bayar pembantu; listrik; air; dan sebagainya. Indri juga masih harus bekerja, dan mengurus dua anaknya yang masih usia sekolah.

Baca Juga  Ibu Karlina dan Masyarakat Akal Sehat

Indri sering mengeluhkan sikap saudara-saudaranya yang sedikit sekali perhatian kepada Ibunya, Kakaknya yang perempuan, meskipun hidup berkecukupan, tetapi, untuk sekedar mengirim uang untuk kebutuhan Ibunya saja, sangat jarang. Paling hanya memberi Ibu, dan anak-anak Indri sangu saat ia pulang mudik.

*

Adiknya, Budi, yang hidup berkecukupan di Jakarta; punya rumah mewah; mobil mewah; juga jarang sekali pulang untuk sekedar menjenguk Ibunya. Ia memang rutin mengirimi Ibu uang, tetapi Indri tidak pernah tahu karena Budi transfer langsung ke Ibunya. Akhirnya, semua beban kebutuhan tetap menjadi urusan Indri.

Setiap kali Ibunya sakit, Indri berusaha menelpon saudara-saudaranya, memberitahu kondisi Ibunya, berharap ada kepedulian dari saudara-saudaranya untuk membantu mengurus Ibunya. Tapi, alih-alih dapat bantuan, saudara-saudaranya malah pediren, saling lempar tanggung jawab. Masing-masing anak berusaha untuk memberi alasan mengapa mereka tidak mungkin bisa merawat Ibunya. Mereka saling lempar, menganggap anak yang lain yang lebih mungkin merawat Ibunya. Akhinya tak ada pilihan lain bagi Indri untuk menerima penuh tanggungjawab merawat Ibunya.

Apa yang di alami Indri adalah potret dari banyak keluarga yang sebagian besar anak-anaknya merantau, dan Ibunya sudah mulai masuk usia senja. Ada beberapa sikap yang perlu diperhatikan agar tanggung jawab merawat orang tua bisa dilakukan dengan baik oleh semua anak-anaknya,

1. Anak Laki-Laki yang Seharusnya Paling Berkewajiban Merawat Ibunya

Diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah Saw, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya.” (HR. Muslim)

Tetapi, di masyarakat kita, lebih banyak anak perempuan yang merawat Ibunya. Meskipun, berdasarkan hadist diatas,  seharusnya, anak laki-laki lah yang lebih berkewajiban untuk merawat Ibunya.

Baca Juga  Manula, Stok Sabar yang Tidak Berbatas
2. Mengganggap Diri Kita  adalah Anak Tunggal.

Jika kita menjadi pihak yang sedang merawat orang tua kita, maka anggaplah diri kita adalah anak satu-satunya. Sikap ini akan membuat kita mengabaikan partisipasi anak yang lain. Mengharap bantuan, partisipasi anak yang lain bisa membuat kita kecewa ketika harapan itu tidak terjadi. Sikap menganggap diri sebagai anak satu-satunya akan menghidarkan dari kekecewaan, dan membuat lebih fokus dalam merawat orang tua.

3. Bersikap Terbuka kepada Saudara yang Lain

Kebanyakan anak yang merawat orang tuanya memendam sendiri perasaan ketidak nyamanan saat merawat orang tuanya. Berusaha menghadapi menyelesaikan sendiri semua masalah, meskipun dalam hatinya sangat mengharapkan bantuan saudara-saudaranya. Sebaiknya, sikap seperti ini tidak dipertahankan. Ceritakanlah semua kebutuhan, semua masalah yang dihadapi dalam merawat orang tuanya. Hal ini penting agar anak-anak yang lain bisa memahami situasi dan permasalahan yang dihadapi, sehingga saudara-saudaranya bisa mengambil sikap yang tepat untuk membantu menyelesaikan.

4. Jangan Menasehati Saudara yang Sedang Mengurus Orang Tuanya

Ketika anak yang tidak tinggal bersama orang tua, apalagi yang merantau, saat mudik mengunjungi orang tuanya, biasanya dicurhati oleh Ibu tentang sikap-sikap yang tidak berkenan dari anak yang merawat. Mendengar keluhan Ibunya, biasanya si anak langsung bereaksi untuk memberika saran atau nasehat untuk memperbaiki sikap-sikap kepada Ibunya. Cara itu akan sangat menyakitkan hati si anak yang merawat. Jangan pernah lakukan hal itu. Merawat orang yang sudah lanjut usia bukanlah hal yang mudah.

5. Berikan Perhatian kepada Orang Tua dan yang Merawat.

Bagaimanapun, anak yang merawat orang tuanya, telah membantu meringankan tugas yang seharusnya juga dilakukan oleh anak-anak yang lainnya. Karenanya, bagi anak yang tidak merawat orang tuanya sudah seharusnya juga memberikan perhatian tidak hanya kepada orang tuanya saja, tetapi juga kepada saudaranya yang telah merawat Ibunya.

Baca Juga  Bagaimana Bila Keluarga Bukanlah Rumah Bagi Anak?

Dalam urusan keuangan, misalnya. Jika kita sudah rutin mengirim uang kepada Ibunya, sebaiknya juga menyisihkan sebagian untuk saudara yang merawat. Meskipun mungkin keadaan ekonomi saudara kita yang merawat itu sudah berkecukupan, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab bersama, sangat penting untuk memberikan perhatian juga kepada yang merawat orang tua kita. Sikap itu pasti akan membuat dia tidak merasa sendirian merawat orang tuanya.

6. Menjaga Komunikasi Antar Anak dan Orang Tua

Setiap orang tua yang mulai memasuki usia senja, yang ada di dalam pikirannya, hanyalah anak-anaknya. Karena itu, sering-seringlah menelpon, atau selalu usahakan sesering mungkin pulang untuk menengok orang tua. Itu akan menjadi penyemangat, dan obat sakit yang luar biasa bagi orang tua.

Selain itu juga, komunikasi antar saudara, sesama anak sangat penting untuk membicarakan keadaan orang tuanya, sehingga kondisi kesehatan orang tua akan selalu terpantau. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akan mudah dan cepat diatisipasi.

Buat kalian semua, rawatlah orang tua kalian dengan memberi perhatian kepada orang tua dan saudara yang merawat mereka.

Bagikan
Comments
  • Wurry Srie

    Benar sekali Pak. Selama 15 th sy merawat bapak ibu yg sdh sepuh dg sgla suka dan duka. Kami tujuh bersaudara dan sayalah yg terdekat dg org tua. Alhamdulillah, meski berjauhan semua saudara sangat peduli pd orang tua jg pd saya.
    Tulisan ini sangat menginspirasi saudara2 lain yg kebetulan sedang merawat atau mendampingi orang tua.

    Agustus 18, 2021
    • Banyak temen-temen saya curhat tentang saudara-saudaranya yang kurang perhatian sama Ibunya. Jadi saya tergerak untuk berbagi tulisan ini. Kalau saya, Alhamdulillah Bu. Saya 4 bersaudara sangat kompak mengurus Ibu kami yang sudah 83 tahun.

      Agustus 19, 2021
Post a Comment