f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
merdeka dari utang

Berdikari Tanpa Utang

Perjuangan rakyat Indonesia pada tahun 1945-1949 lazim disebut dengan istilah revolusi. Pada rentang tersebut, Indonesia berusaha menghapuskan kolonialisme dan mewujudkan kemerdekaan. Revolusi kemerdekaan ini diawali dengan kedatangan Jepang yang dalam waktu singkat dapat meruntuhkan kolonialisme Belanda. Semangat revolusi semakin berapi-api tatkala terdengar kekalahan Jepang terhadap sekutu dalam perang Asia Pasifik Raya yang otomatis menyebabkan Jepang harus menyerahkan seluruh daerah jajahannya di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Indonesia sendiri kemudian mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power) setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945, diproklamasikanlah kemerdekaan Indonesia di rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sekarang Jalan Proklamasi, Gedung Perintis Kemerdekaan) Jakarta, pada pukul 11.30 (waktu Jawa pada zaman Jepang) atau pukul 10.00 WIB sekarang oleh Soekarno dan Hatta.

Makna Kemerdekaan

Kemerdekaan atau freedom merupakan suatu keadaan yang istimewa dan berharga bagi setiap manusia. Atas nama kemerdekaan, manusia rela melakukan apa saja demi mendapatkan kebebasan. Salah satunya, Merdeka! Merdeka! Merdeka!, adalah sebuah ungkapan sarat makna dalam jiwa setiap manusia. Ungkapan penuh semangat ini selalu digaungkan warga Indonesia pada momen perayaan 17 Agustus di setiap tahunnya.

Fenomena perayaan kemerdekaan seringkali warga Indonesia melaksankannya dengan menggelar pesta rakyat. Mulai dari mengenakan beragam pakaian adat, mengarak properti-properti perjuangan dalam sebuah pawai, mengadakan berbagai lomba dan perayaan lain sejenisnya. Hal ini merupakan bukti bahwa warga Indonesia benar-benar menghayati kemerdekaan yang telah diperjuangkan pahlawan bangsa sejak 77 tahun yang lalu.

Kemerdekaan atau freedom merupakan suatu nilai yang amat tinggi dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis sendiri bangga terlahir di tanah ini, menjadi pewaris negeri dan harapan bangsa, menjadi kebanggaan ibu pertiwi serta menjadi tunas muda penggenggam dunia. 750 tahun negeri ini dijajah, namun baru 77 tahun negeri ini dinyatakan merdeka.

Benar-benar tidak sepadan dengan kegigihan dan tetesan darah para pahlawan bangsa. Tombak bambu runcing berusaha mengalahkan dentuman meriam penjajah yang menggelegar saat itu, maka mulai timbul sebuah pertanyaan di tanah merdeka ini, di manakah kemerdekaan sejati? Orang bilang Indonesia adalah tanah surga nan ajaib, sebab tongkat, kayu dan batu bisa berubah menjadi tanaman. Orang bilang Indonesia merupakan alam raya yang subur dan menakjubkan, sebab negeri ini menghasilkan beragam rempah-rempah.

Baca Juga  Pendewasaan Diri Melalui Organisasi
Fakta Mencengangkan

Fakta bergeser seratus delapan puluh derajad berkaitan dengan makna kemerdekaan di atas. Kenyataan menunjukkan fenomena yang berbeda, dibandingkan Jepang, Amerika dan Cina hari ini, Indonesia belumlah apa-apa. Indonesia hari ini hanya sebatas Negara dengan sistem pemerintahan yang terseok-seok utang, terutama dalam lini pembangunan infrastruktur negara. Indonesia belum mampu mencipta teknologi layaknya Jepang apalagi menjadi rujukan perekonomian dunia seperti Amerika dan Cina, melainkan hanya suatu negeri yang mampu memakai tanpa mencipta.

Perkara utang merupakan permasalahan Negara yang amat serius. Indonesia tidak pernah mengalami penurunan dalam hal utang, melainkan terus mengalami kenaikan secara signifikan di setiap tahunnya. Perkara ini otomatis menjadi tanggungan setiap individu warga Indonesia, bahkan kepada janin yang masih berkembang dalam perut ibunya pun harus menanggung beban utang sedemikian besarnya.

Dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1998 pinjaman luar negeri pemerintah rata-rata menyumbang 19,25% pada sektor penerimaan APBN RI. Bahkan pada tahun anggaran 1999/1998, dari total realisasi penerimaan APBN RI yang sebesar Rp 215.130 milyar, 28,97%-nya dibiayai oleh pinjaman luar negeri. Dan untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir jumlah utang luar negeri untuk bantuan program melebihi bantuan proyek.

Pinjaman luar negeri pemerintah yang sedemikian banyak pada tahun anggaran tersebut penggunaannya untuk menutup defisit anggaran yang besar. Penyumbang terbesar kenaikan pengeluaran pemerintah yang sedemikian besar tersebut adalah kenaikan pada pos pembayaran cicilan utang luar negeri dan bunganya yang jatuh tempo menjadi sebesar Rp 55,578 trilyun atau meningkat 88,55% dari pos yang sama pada anggaran tahun sebelumnya, sebagai akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Indonesia mengalami peningkatan utang terhadap negara lain setiap tahunnya. Mirisnya, pemimpin negara yang sedang menjabat di negeri ini, bukannya menyelesaikan persoalan namun justru memperparah permasalahan utang dengan dalih kelengkapan sarana dan pra sarana umum. Fenomena yang menjadi bukti nyata dan sempat menjadi perbincangan publik beberapa waktu lalu adalah mengenai pembangunan jalan tol di Lampung oleh Presiden Joko Widodo, di mana dalam pembangunannya menimbulkan pro dan kontra.

Baca Juga  Wujudkan “Rumahku Surgaku” di Dalam Keluarga
Kemerdekaan Hakiki

Pemerintah sebagai motor penggerak utama yang bertugas menyelamatkan perekonomian nasional pada akhirnya akan mengalami kebangkrutan dan kemerosotan; sehingga butuh dana tambahan dalam rangka membiayai peningkatan pengeluaran negara. Sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia memiliki dasar negara yakni lima butir pancasila. Adapun sila pertama dengan jelas berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila ini mengandung makna bahwa beragam suku, ras, adat, budaya bahkan agama di negeri ini semuanya mengaku memiliki Tuhan, tidak menafikan adanya agama lain dengan lebih dari satu Tuhan. Namun demikian, narasi ini berbicara sebagai mayoritas umat beragama Islam dengan Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah swt.

Dalam kitab suci Al-Qur’an yang seyogyanya menjadi pedoman bagi umat Muslim dalam segala tindak tanduk langkahnya, termasuk Muslim yang mendapat kesempatan menjabat dalam pemerintahan negeri ini. Namun fakta membuktikan bahwa mayoritas pejabat negeri ini layaknya tikus berdasi yang rakus akan uang dan jabatan hingga melupakan iman. Padahal segala permasalahan akan menjadi ringan dengan berpedomankan Firman-Nya, bukan demi jabatan semata melainkan karena iman. Demikianlah, merupakan perkara penting sebagai pejabat Muslim harus berkomitmen pada ajaran Allah swt dan Rasul-Nya.

Masalah utang merupakan salah satu masalah klasik negeri ini. Bebas dari utang adalah merdeka yang sesungguhnya, merdeka dunia dan akhirat. Rasulullah saw bersabda:

مَنْ فَارَقَ الرُّوْحُ الجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاثٍ دَخَلَ الجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالغُلُولِ والدَّيْنِ

Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: kesombongan, ghulul (harta khianat) dan utang, maka dia akan masuk surga. (HR. Ibnu Majah No. 1971).

Dalil lainnya adalah sabda Rasulullah saw dari Abu Hurairah ra. berikut ini.

Baca Juga  Masyarakat yang Lelah

نَفْسُ المُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ

Ruh seorang mukmin (yang sudah meninggal) terkatung-katung karena utangnya sampai utangnya dilunasi. (HR. Imam At-Tirmidzi No. 1079).

Kedua dalil di atas merupakan bukti betapa sulitnya hidup seseorang yang masih memiliki tanggungan utang. Utang bukan perkara gurauan atau permainan belaka, melainkan perkara serius yang mestinya diselesaikan dengan segera. Merdeka daripada utang adalah perkara yang justru diinginkan setiap manusia dan inilah kemerdekaan sejati. Ikatan, jeratan dan tanggungjawab seseorang yang terikat hutang tidak hanya terjadi di dunia, melainkan sampai kepada akhirat. Oleh sebab itu, apabila tidak ada perkara yang mengharuskan seseorang berhutang, maka usahakan untuk tidak berhutang.

Analoginya sebagaimana dua mata pisau, di satu sisi utang dapat membebaskan seseorang dari kesulitan. Namun pada sisi yang lain utang dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam dosa hingga menyusahkan diri sendiri, maka penting bagi seorang Muslim untuk dapat mengelola hutang sebaik dan sebijak mungkin. Penting pula bagi Muslim yang menjabat dalam pemerintahan negeri ini untuk mampu mengelola keuangan dan hutang negara dengan baik dan bijak sehingga lambat laun harapannya perekonomian nasional negeri ini akan membaik juga terbebas dari hutang. Merdeka tidak hanya tentang terbebas dari penjajahan di dunia saja, namun merdeka hakiki adalah berdikari tanpa hutang sehingga dampaknya adalah kebebasan sejati di dunia dan di akhirat.

Daftar Pustaka

Limah dkk. (2018). Poster dan Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta Tahun 1945-1946. Journal Unnes/ Journal of Indonesian History, 7 (1), 36.
Admadja, Adwin Surya. (2000). Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan Dampaknya. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 2 (1), 88.
Cahyadi, Ady. (2014). Mengelola Hutang dalam Perspektif Islam. Jurnal Bisnis dan Manajemen,4 (1), 68.

Bagikan
Post a Comment