Site icon Inspirasi Muslimah

Bahagia Belajar dan Mengajar di Era Virtual

bahagia belajar

Saat ini eranya serba virtual . Mengapa? Karena semenjak kedatangan Covid-19, semua aktifitas di luar rumah ditiadakan dan dialihkan di rumah. Rumah menjadi basecamp dan internet menjadi pemutus jarak dan penghubung untuk semua kegiatan. Termasuk proses belajar mengajar. Mulai dari PSBB dan menjaga jarak , Kemendikbud pun mengarahkan untuk tidak memberlakukan proses belajar mengajar secara langsung.

Sekolah maupun perguruan tinggi melaksanakan pembelajaran jarak jauh Sehingga, agar proses pendidikan tetap berjalan digunakanlah metode e-learning atau sering disebut dengan pembelajaran daring (dalam jaringan).  Metode e-learning yang dulunya hanya sebagai metode tambahan, kini menjadi metode utama.

PSBB, jaga jarak, dan pembelajaran daring merupakan hal baru bagi kita semua. Sehingga tak heran jika ada di antara kita yang stres, merasa tertekan, sedih dan berbagai emosi negatif lainnya. Dan tak bisa disalahkan pula, karena merupakan hal yang normal. Tetapi yang perlu kita ingat kembali bahwa semua ini adalah untuk kebaikan dan keselamatan bersama.

Demi terhindar dari serangan Covid-19, imunitas tubuh perlu dijaga. Tidak hanya fisik tapi juga psikis/psikologis. Menjaga kesehatan psikis/psikologis seringkali terabaikan, terpinggirkan dan terlupakan. Padahal memiliki peran yang sangat penting. Dokter Debryna menyatakan bahwa “imunitas yang baik itu akan tercipta dari suasana hati”. Menjaga suasana hati agar tetap bahagia menjadi salah satu kunci dalam menghadapi masa sulit selama pandemi Covid-19.

Konsep Bahagia

Berbicara tentang bahagia, sama halnya berbicara tentang tujuan hidup. Bahagia menjadi tujuan utama dalam mengarungi kehidupan ini. Setiap manusia yang tinggal di belahan dunia manapun memiliki keinginan yang sama yaitu ingin hidup bahagia. Sayangnya, tidak semua manusia memahami hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.

Kebahagiaan bersifat abstrak. Definisinya pun sangat subjektif dan beragam. Terkadang pula, ada beberapa di antara kita yang berdiri pada standarisasi kebahagiaan orang lain. Dan akhirnya menjadi pemicu munculnya penyakit-penyakit mental jika kenyataan tak selaras dengan harapan.

Konsep kebahagiaan menurut Seligman sebagai tokoh psikologi positif, dapat dilihat dari dua arah yaitu definisi moral laden dan morally neutral. Definisi moral laden menghendaki bahwa tolak ukur kebahagiaan adalah nilai-nilai moral, intinya berpusat pada pelaksanaan kebaikan. Sedangkan definisi kebahagiaan secara netral lebih menekankan pada kesejahteraan subjektif dalam bentuk kepuasan penuh terhadap hidup. Ketika individu memiliki kepuasan hidup dan selalu ingin melakukan kebaikan terhadap orang lain, indivudu tersebut telah bahagia.

Islam dan Kebahagiaan

Jauh sebelum dunia psikologi membahas mengenai konsep kebahagiaan, Islam pun telah membahasnya. Makna kebahagiaan dalam Islam adalah ketenangan hati yang dihasilkan dari istiqamahnya melakukan kebaikan yang didorong oleh kekuatan iman. Artinya bahwa Islam lebih melihat kebahagiaan secara menyeluruh, tidak hanya kebahagiaan di dunia tetapi juga menghubungkan dengan kebahagiaan akhirat sebagai tempat berlabuh yang abadi setelah kehidupan dunia. Itulah alasan mengapa kita selalu diperintahkan untuk berdoa, yang artinya; “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat  dan lindungilah kami dari azab neraka” (QS Al-Baqarah :201).

Dari berbagai karakteristik kebahagiaan tersebut, para ulama sering menyebut kebahagiaan dalam Islam dengan istilah al-Sa’adah. Seperti Imam al-Ghazali, menjelaskan tentang kebahagiaan (al-Sa’adah) adalah ketika mengenal dirinya. Mengenal diri secara batiniyyah, mengenal siapa dirinya, dari mana asalnya, dan ke mana akan kembali. Al-Ghazali mengatakan, “maka wajib bagimu mengetahui hal ini/ma’rifah al-Nafs dan dari setiap pengetahuan tentang jiwa akan melahirkan kenikmatan dan kebahagiaan”. Hal ini mengisyaratkan bahwa kebahagiaan bukan berdasar pada materi belaka, melainkan bersifat ruhiyyah atau batiniyyah.

Bahagia Mengajar

Mengingat bahwa kebahagiaan memberikan pengaruh yang sangat besar, oleh karena itu kebahagiaan harus selalu menyertai di tengah kondisi apapun, termasuk saat proses pembelajaran virtual/ daring saat ini. Bukan hanya peserta didik yang harus bahagia, tetapi pendidik/guru juga harus bahagia. Mengapa peserta didik harus bahagia dalam belajar?

Karena dengan bahagia, peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan kesiapan diri yang full, siap secara fisik dan psikis. Siap secara fisik, artinya peserta didik sudah siap menerima materi, menyiapkan diri (tubuh) dalam keadaan sehat dan menyiapkan segala peralatan yang menunjang. Sedangkan siap secara psikis, peserta didik dengan senang hati, tidak tertekan dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Usia peserta didik yang cenderung masih belum matang, seringkali akan merasa bosan jika melakukan hal yang monoton secara terus menerus. Maka dari itu, orang tua bisa mensiasati semua itu dengan mengikutsertakan ia dalam pekerjaan rumah, mengajak ia membersihkan rumah, mengajak bercocok tanam dan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mengajarkan dan meningkatkan life skill-nya. Selain orangtua, guru pun harus memiliki strategi tersendiri, misalnya menyiapkan materi dengan tampilan yang berbeda, menggunakan power point, berupa video dan lainnya.

Mengapa guru/pendidik harus bahagia dalam mengajar? Guru yang bahagia berarti memiliki kesadaran bahwa setiap kegiatan yang ingin dilakukan harus dengan keadaan hati yang baik, ikhlas, good mood, apalagi dalam mengajar. Mengajar adalah proses transfer ilmu, proses mendidik, proses membersamai, proses mendengarkan dan proses yang harus berhadapan dengan orang banyak. Sehingga harus dengan suasana hati yang bahagia agar informasinya benar-benar tersampaikan dengan baik. Seperti sebuah pepatah, “yang disampaikan dengan hati, akan sampai pula ke hati”.

***

Jika menginginkan hasil belajar yang maksimal, perhatikanlah sisi kebahagiaan dari peserta didik dan juga pendidiknya. Peserta didik yang bahagia, akan menyerap materi pelajaran dengan baik. Begitupun dengan pendidik, jika bahagia dalam menjalankan amanahnya sebagai pengajar akan benar-benar terlaksana dengan baik. Pada intinya, kedua pihak tersebut akan merasakan kepuasan tersendiri dalam hidupnya jika melakukan amanah dengan hati yang bahagia.

Pendidik, peserta didik dan orang tua peserta didik bisa melakukan tips ini nih, agar hati tetap bahagia walau dalam keadaan yang sulit seperti saat Coivd-19 ini, di antaranya :

  1. Cobalah sejenak merenungkan bahwa wabah Covid-19 ini tidak hanya menimpa sebagian saja, tetapi semua manusia di muka bumi. Kami semua sedang merasakan hal yang sama dan harus  berjuang bersama.
  2. Sebagai Muslim/Muslimah, marilah kita melihat setiap musibah secara positif. Artinya setiap kejadian yang menimpa ada hikmah yang luar biasa di baliknya. Seperti memiliki waktu yang luang dengan keluarga, bisa membantu orangtua dan yang terpenting bisa membuat kita sadar bahwa kita hanya makhluk biasa yang tidak bisa apa-apa, ada yang mengendalikan kita, sehingga sudah sepatutnya kita terus mengingat dan mendekatkan diri pada-Nya.
  3. Mari saling menyemangati, merangkul dan menguatkan doa. Harus yakin bahwa semua badai pasti berlalu. Tak perlu meratapi tetapi harus dilewati. Kita tak bisa mengubah keadaan tetapi kita bisa mengubah strategi dalam menghadapi setiap keadaan.

Percayalah dengan bahagia Rahmania, kita akan bisa melewati semua ini!

Bagikan
Exit mobile version