Site icon Inspirasi Muslimah

Allah Tidak Akan Mengecewakanku

Allah

Allah Maha Baik. Maha Pengasih. Allah Maha Penyayang. Begitu baiknya Allah sampai ada ungkapan 1000 keburukan akan Allah maafkan dengan satu kebaikan, taubat. Agak berbeda dengan sebagian manusia, 1000 kebaikan akan musnah tak tersisa, hanya karena satu keburukan.

Tulisan ini terinspirasi dari kisah dakwah manusia paling mulia, yaitu Nabi Muhammad saw pada masa awal beliau diangkat menjadi Rasulullah. Mari kita kembali menyegarkan ingatan kita dengan kehidupan junjungan kita tersebut.

“Aku ini hamba Allah, dan Allah tidak akan mengecewakanku”

Nabi saw adalah manusia yang hidup dengan kepercayaan penuh kepada Tuhannya. Dalam keyakinan Nabi saw, tidaklah Allah menetapkan suatu kepadanya melainkan dengan seadil-adilnya. Saat Allah swt memerintahkan beliau untuk berdakwah agama Islam, betapa lika-liku kenyataan yang beliau hadapi.

Coba kita perhatikan junjungan kita itu setelah mendapat amanah dari Tuhannya, bagaimana kehidupannya yang dibenci oleh banyak orang, dihina, dimaki, sampai suatu hari, beliau harus terpaksa bersembunyi karena ingin dihabisi.

Coba kita perhatikan junjungan kita itu setelah mendapat amanah dari Tuhannya. Bersimbah darah pada terompahnya, bercucur darah di kepalanya, dilempari dengan kotoran unta badannya, dianggap orang pendusta karena perkataan suci yang dibawanya. Nabi terima semua itu dengan diam, sabar, dan tenang.

“Aku ini hamba Allah, dan Allah tidak akan mengecewakanku.”

Ketika Nabi Berdakwah di Thaif

Coba kita perhatikan junjungan kita itu setelah mendapat amanah dari Tuhannya. Saat Nabi saw hendak mendakwahkan Islam ke Thaif, yang pada akhirnya mengancam nyawanya. Karena para penduduk setempat telah mendapatkan kabar miring tentang Nabi saw, yaitu “bahaya” pengajaran yang dibawanya, sehingga akhirnya Nabi saw dipukuli orang.

Ketika dalam perjalanan pulang dari dakwah tersebut, Nabi berjumpa dengan malaikat yang pada intinya meminta kepada Nabi, jika beliau sudi para malaikat itu ingin membalikkan gunung ke Thaif, membinasakan umat yang menolak pengajarannya itu.

Akan tetapi jawaban yang keluar dari bibir yang di belakangnya ada pikiran, yang di belakangnya ada hati, yang di belakangnya ada iman, yang di belakangnya ada Allah swt itu dengan lembut mengatakan “tidak, sesungguhnya mereka kaum yang belum mengetahui”.

Ya Allah.

Dengan lemah lembut beliau Saw. tolak permintaan malaikat yang cemburu itu, karena kekasih Allah dizhalimi, Nabi saw menolak permintaan dengan keyakinan bahwa orang-orang yang masih hidup dan sudah menyakitinya di Thaif tadi sudah tidak beliau harapkan. Akan tetapi semoga saja anak cucu keturunan mereka kelak akan menerima ajaran ini dan menjadi pejuang tangguh agama Islam.

Lambat laun akhirnya terbuktilah, sebab pada nyatanya berdasarkan pemaparan Buya Hamka, banyak panglima-panglima dan pahlawan revolusi Islam yang sesuai dengan harapan Nabi saw.

“Aku ini hamba Allah, dan Allah tidak akan mengecewakanku”

Begitu sulit jalan yang dilalui oleh Rasulullah Muhammad saw. Tidak berhasil di Thaif, pergi lagi berdakwah ke tempat lain, Masjidil Haram, bukit Shafa, Marwa, Mina, dan sekitarnya. Beliau pergi berdakwah dengan keyakinan yang tetap, bahwa Allah tidak akan mengecewakan beliau. Nabi saw yakin kelak akan ada orang-orang yang akan menerima dan melanjutkan dakwahnya.

Jika saja boleh pergi, mungkin saja Nabi saw ingin pergi. Andai saja boleh marah, mungkin saja Nabi saw ingin marah. Jika saja boleh bersembunyi, mungkin saja Nabi saw ingin bersembunyi. Akan tetapi Nabi tidak lakukan itu semua. Allah swt tahu bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang kuat fisik dan hatinya. Nabi saw sendiri pun tahu, bahwa ia adalah pribadi yang kuat dalam menjalankan amanah Tuhannya.

“Aku ini hamba Allah, dan Allah tidak akan mengecewakanku”

Biarkan Waktu yang Menjawab

Berdasarkan kisah di atas, bolehlah rasanya kita ambil hikmah-hikmah yang ada. Misalnya saja, “Janganlah kita benci sesuatu yang buruk yang datang kepada kita, karena nyatanya sesuatu yang buruk itupun kelak suatu saat akan membawa kebaikan kepada kita”. Hanya saja terkadang hawa nafsu kita sudah mendominasi dalam jiwa, sehingga sulit bagi akal untuk mencari hikmahnya.

“Jangan pula kita mudah mengeluh dalam menghadapi kenyataan yang tidak sesuai rencana kita.” Biarkan Allah yang merencanakan, kita yang menjalankan. Karena kadang rencana-rencana kita itu sejatinya berantakan. Lagi-lagi biarlah Allah yang merencakan. Allah-lah sebaik-baik perencana.

Jangan pula kita mudah meluapkan amarah kita”, karena mudah meluapkan amarah hanya akan berakhir pada penyesalan selanjutnya. Dengan maaf dan mendoakan, InsyaAllah, akan lebih mengarahkan kita kepada kebaikan. Jika saja Nabi saw kala itu marah pada penduduk Thaif, belum tentu Islam bisa seperti sekarang.

“Sabar dalam menghadapi cobaan” Manusia memang diciptakan oleh Allah untuk diuji keimanannya, diuji ilmunya, diuji hidupnya. Jangankan kita, sebagaimana cerita di atas, para Nabi pun tidak lepas dari ujian Allah swt. Tetapi mereka tetap sabar dan berusaha mencari jalan keluar dengan cara yang baik dan benar. Jika dapat masalah, segera minta tolong kepada Allah swt. Sabar itu seperti Kulon Progo, kata seseorang, tidak ada Watesnya, melainkan kematian. Hehehe.

Biarkan waktu yang menjawab segala permasalahan kita, segala rencana Allah. Bukankah waktu begitu jujur? Menjawab tanya dengan sesuatu yang nyata. Bukan dengan kata, bukan dengan banyak bicara. Saat ada yang berpura-pura ataupun tidak suka, waktu yang akan membuatnya menyerah. Saat ada yang datang dengan cinta waktu jualah yang akan menjawab dengan indah.

***

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ…

“…boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

(QS Al-Baqarah: 216)

“Aku ini hamba Allah, dan Allah tidak akan mengecewakanku”

Wallahu a’lam bisshawab.

Bagikan
Exit mobile version