f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
generasi strawberry

IMMawati dan Generasi Strawberry: Bagaimana Nasib Penerus Nyai Walidah dan R.A Kartini?

Strawberry Generation merupakan generasi lunak yang dianggap rapuh dan mudah hancur seperti buah stroberi. Saat remaja sekarang sudah mampu untuk berpikir kritis dan kreatif hingga mampu menjadi inovator namun hati mereka sering tersakiti. Tidak mampu mengemban tugas yang berlebihan, hingga takut untuk mengambil risiko saat gagal berulang kali. Karakteristik itu sudah mampu memberikan gambaran bagaimana remaja maupun anak muda jaman sekarang bukan? Bagaimana pergerakan, gaya hidup, hingga pola pikir, serta identitas sangat menarik untuk menjadi bahan kajian saat ini maupun dikemudian hari.

Hingga pada akhirnya fenomena generasi strawberry ini juga tidak lepas berdampak bagi IMMawati sendiri, memiliki kesempatan yang sama untuk berada di ruang publik hingga memiliki kesempatan untuk mempelajari ilmu namun lingkungan masih memaksa mereka dalam belenggu patriarki. Rasa tersakiti yang masih dialami IMMawati belum banyak menunjukkan solusi namun lebih banyak memilih lari agar tidak merasakan rasa yang sama. Penulis mampu menyatakan ini karena memang rasa itu masih ada sampai saat ini. Seperti tulisan penulis sebelumnya “Apa Benar IMM Telah Mati?”, “….. Semakin banyaknya krisis hingga pergolakan di dalam maupun di luar ikatan akan memberikan dampak baik terhadap kader-kader IMM dalam kapasitas mereka untuk terus setia terhadap ikatan….”, krisis yang dialami setiap manusia mampu memberikan dan meningkatkan kualitas hidup  yang baik untuk di masa yang akan datang.

Pergerakan Nyai Walidah

Pada tahun 1914, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan Sopo Tresno. Ini adalah perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar Kampung Kauman. Kampung Kauman merupakan pemukiman bagi abdi dalem Keraton Yogyakarta dari kalangan ulama. Pada 19 Mei 1917, perkumpulan Sopo Tresno diubah nama menjadi Aisyiyah. Nama itu terinspirasi dari nama istri Nabi Muhammad, yaitu Aisyah. Aisyah dikenal sebagai wanita cerdas dan mumpuni. Dengan bergantinya nama tersebut, diharapkan anggota perkumpulan dapat meneladani istri Nabi Muhammad.

Baca Juga  Sering Merasa Insecure? Begini Cara Bijak Menyikapinya

Tak hanya diisi dengan pengetahuan tentang agama, pengajian untuk kalangan perempuan ini juga mengajarkan tentang arti pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Nyi Ahmad Dahlan juga dibantu suaminya, terutama dalam hal memberikan pelajaran membaca Alquran dan mendiskusikan maknanya. Dia berfokus pada ayat-ayat Alquran yang membahas isu-isu perempuan. Lewat perkumpulan itu, Nyai Ahmad Dahlan bertekad memperjuangkan hak-hak perempuan.

Melalui Aisyiyah, Nyi Ahmad Dahlan turut mendirikan sekolah-sekolah putri dan asrama. Selain itu, dia turut mendirikan tempat keaksaraan dan program pendidikan Islam bagi perempuan. Nyai Ahmad Dahlan juga getol menentang kawin paksa yang saat itu umum terjadi di masyarakat Jawa yang patriarki. Patriarki adalah sistem sosial di mana laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi. Kendati apa yang dilakukannya ini mendapat tentangan dari masyarakat pada awalnya. Namun, belakangan pemikiran Nyai Ahmad sedikit demi sedikit dapat diterima. Nyai Ahmad Dahlan berpendapat, perempuan dinikahi dengan maksud untuk menjadi mitra suami.

Pergerakan R.A Kartini

“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” – RA Kartini

Tepat tanggal 21 April, lebih tepatnya sudah 142 tahun sejak tahun 1879, Raden Adjeng Kartini atau lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah. RA Kartini sang Pahlawan Nasional Indonesia serta sosok figur emansipatoris. Pahlawan perempuan yang berjuang keras untuk kesetaraan bagi para wanita di Indonesia.

RA Kartini memperjuangkan kesetaraan wanita karena saat itu keberadaan kaum hawa seringkali tidak dihargai. Wanita hanya boleh mengerjakan urusan dapur dan mengurus anak, para wanita pun tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. RA Kartini dengan segenap hati dan jiwanya, berjuang agar para wanita Indonesia yang merasa tertindas mendapatkan derajat yang sama dengan pria. Perjuangan dari RA Kartini ini benar-benar berpengaruh besar bagi para wanita Indonesia.

Baca Juga  Hukuman Kebiri Kimia Menuai Kontroversi, Benarkah Mencederai Eksistensi HAM?

Lalu apa sih yang jadi masalah dari generasi strawberry ini hingga mampu mempengaruhi pergerakan IMMawati? Apakah mereka enggak bisa survive? Eitss, wait walaupun generasi ini memiliki arti dengan konotasi yang negatif namun sebenarnya generasi ini sangat penuh akan gagasan kreativitas. Menurut Prof. Renald Kasali dalam bukunya “Strawberry Generation” menyebutkan bahwa sebenarnya mereka mampu memiliki kemampuan kreativitas yang tinggi, berani berargumen, hingga mampu memberikan efek kritis atas suatu keadaan, namun karena beberapa faktor dari orang tua yang memiliki pola asuh salah, orang tua yang over protektif juga memiliki pengaruh mereka tidak bisa dikritik, menghindari hal yang dianggap sulit, dan tidak mau mengambil risiko.

Walaupun generasi ini juga dianggap sebagai generasi pemalas yang inginkan kesuksesan namun tetap santai dalam mencapainya mereka mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungannya dengan ide kreatif yang mampu mereka bangun untuk mengembangkan kualitas mereka dengan lingkungan sebagai pendukungnya. Bagaimana kualitas pendidikan harus ditingkatkan mampu mempengaruhi proses dari generasi strawberry. Seperti dalam perjalanan Nyai Walidah dengan membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dari usia dini karena Nyai Walidah mengetahui bagaimana pentingnya peningkatan sekolah sejak dini dan memperbaiki kualitas pengajar mampu membangun anak-anak survive dari yang namanya generasi strawberry, menumbuhkan agama, kemandirian, soft skill, dan pengetahuan. Ketiga hal tersebut mampu menjadi alat tempur bagi kita IMMawati untuk menghadapi budaya generasi strawberry ini.

Bagikan
Post a Comment