f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
bunuh diri

Laki-laki Lebih Berisiko Tinggi Melakukan Bunuh Diri

Maraknya permasalahan kesehatan mental yang banyak orang alami, khususnya para remaja, menjadi berdampak pada timbulnya perilaku bunuh diri. Pada saat ini sudah banyak berita yang beredar tentang seseorang yang memilih untuk mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri. Faktor penyebabnya pun kebanyakan sama, yakni perihal gangguan kesehatan mental, salah satunya adalah stres. Tanda-tanda dari gangguan tersebut ialah perasaan yang terbebani ketika terdapat suatu permasalahan yang tidak bisa ia tangani. Penyebab dari stres juga tidak sama, terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya, seperti stresor fisikobiologis, steesor psikologis, dan stresor sosial.

Korea Selatan saat ini menjadi negara tertinggi tingkat kasus bunuh diri. Hal ini mungkin sedikit mengejutkan, pasalnya Korea Selatan termasuk negara maju namun dengan kasus bunuh diri tertinggi di dunia. Mengutip Korea Herald, yang dilansir pada artikel CNBC Indonesia, sebuah data terbaru dari Badan Statistik Korea menyebutkan bahwa bunuh diri menjadi penyebab kematian paling umum di antara penduduk berusia di bawah 40 tahun. Rata-rata, 37 orang bunuh diri per hari di Korea Selatan pada tahun lalu. Berkembangnya atau kemajuan suatu negara tidak bisa menjadi sebuah acuan dalam tidak ada timbulnya sebuah kasus bunuh diri. Namun, hal tersebut justru bisa menjadi akar dari sebuah permasalahan itu tumbuh.

Ternyata penyebab Korea Selatan menjadi negara tertinggi dengan kasus bunuh diri adalah karena sistem pendidikan yang terlalu kompetitif, tekanan sosial, dan tekanan ekonomi. Hal ini menjadi faktor utama penduduk Korea mengalami sebuah tekanan yang sangat tinggi dan memilih untuk memendam stres. Berawal dari stres yang tidak teratasi akan berakhir menjadi sebuah kasus bunuh diri. Bunuh diri menjadi salah satu pilihan bagi seseorang yang tidak bisa menyelesaikan permasalahannya.

Baca Juga  Percepatan Vaksinasi di Indonesia Menurunkan Angka Positif Covid-19

Menurut American Foundation for Suicide Prevention (AFSP) yang dilansir IDN TIMES, bahwa laki-laki meninggal karena bunuh diri 3,88 kali lebih banyak daripada perempuan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang melatar belakanginya di antaranya :

1. Cenderung menyimpan emosi

Laki-laki yang dipandang dengan istilah maskulin sering kali dituntut untuk tidak menampakkan kesedihannya kepada semua orang. Sejak kecil laki-laki selalu dididik untuk tidak mudah menangis, karena hal tersebut dianggap sebagaian kelemahannya. Tak hanya itu, laki-laki dituntut untuk selalu menjadi sosok yang tabah, kuat, dan tidak mudah emosi. Padahal menurut jurnal Frontiers in Psychology (2014), dengan menangis seseorang dapat mengaktifkan saraf parasimpatis yang bisa membantu diri menjadi lebih rileks.

2. Cenderung menyelesaikan permasalahannya sendiri

Seringnya seorang laki-laki tertutup tentang permasalahan yang mereka miliki. Mereka lebih memilih untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri daripada meminta solusi pada orang lain. Begitu juga dengan lingkungan sekitar yang sering kali menjadikan laki-laki sebagai panutan yang kuat dan bisa dimintai bantuan. Sebaliknya jika laki-laki yang meminta bantuan kepada orang lain, maka lingkungan sekitar akan menganggapnya menjadi pribadi lemah dan tidak kuat lagi.

3. Kurang mempunyai support system

Menurut Zakiyah (2022) sebagaimana yang ia kutip dari The Antlantic bahwa laki-laki tidak banyak memiliki support system. Padahal, support system sangat penting untuk mencegah adanya bunuh diri. Sedangkan perempuan, mereka lebih pandai dalam membentuk sebuah persahabatan, tidak sungkan untuk meminta bantuan kepada orang lain dan banyak memiliki support system. Dengan adanya support system, baik laki-laki ataupun perempuan dapat dengan mudah untuk berkeluh kesah tentang permasalahan yang sedang ia hadapinya. Hal itu juga dapat meminimalisir mengalami stres ataupun depresi yang akan mengakibatkan terjadinya bunuh diri.

Baca Juga  Boros Berkedok Self Healing
4. Cara bunuh diri laki-laki lebih mematikan dari pada perempuan

Menurut American Journal of Public Health pada tahun 2000, kasus bunuh diri yang menggunakan senjata api meningkat mencapai 82,5%, sedangkan kasus bunuh diri yang menggunakan obat itu hanya 1,5 %. Di Amerika, pelaku bunuh diri yang menggunakan senjata api adalah cenderung kaum laki-laki, sementara perempuan lebih banyak menggunakan pil dalam jumlah yang berlebihan.

5. Jarang mencari pertolongan pada profesional

Hasil dari survei Mental Health Foundation mengungkapkan bahwa laki-laki jarang mencari bantuan profesional, sedangkan perempuan sering kali mengunjungi para ahli profesional untuk membicarakan permasalahan yang mereka alami. Dilansir dari The Guardian, bahwa terdapat 28 persen laki-laki yang mengaku dirinya tidak mencari bantuan pada profesional dan sebanyak 19 persen perempuan mengakui melakukan hal tersebut. Terdapat 2.500 responden yang sedang mengalami masalah kesehatan mental turut serta dalam survei ini. Jika kesehatan mental bermasalah dan tidak segera mendapatkan bantuan dari para profesional, maka akan menyebabkan kondisi lebih memburuk.

Tak lama ini, warga Malang dikagetkan dengan kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh seorang laki-laki berinisial TJS (19) warga Desa Banjarsari Kecamatan Ngajum yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari atas jembatan Suhat ke dasar sungai Brantas. Kasus ini membuat Kepala Pusat Pengembangan IKIP Budi Utomo Malang, Dr. Sakban angkat bicara ketika Tim BacaMalang.com mewawancarainya. Ia mengatakan bahwa terdapat enam kata kunci (6P) yang sangat relevan untuk melakukan pencegahan kasus bunuh diri. Kata kunci tersebut meliputi : ketangguhan pribadi (personal resilience), orang-orang (people), tempat (place), pencegahan (prevention), peningkatan kerja sama (promoting collaboration), dan peningkatan kajian (promoting research).

Baca Juga  Menulis Sebagai Self Healing Therapy

Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa siapa saja perlu berusaha dan perlu mendapatkan bantuan dari orang lain untuk menghadapi berbagai masalah yang seseorang alami, seperti tekanan, trauma, keterpurukkan ataupun yang lainnya. Dengan adanya usaha yang berasal dari diri sendiri dan bantuan dari orang lain, maka dapat menghindarkan diri dari suatu hal yang tidak diinginkan.

Referensi :

Hasibuan, L. ( 2022, Oktober 05 ). Tak Seindah Drama, Bunuh Diri Penyebab No.1 Kematian di Korea. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20221003171739-33-376882/tak-seindah-drama-bunuh-diri-penyebab-no1-kematian-di-korea

Nevid, S. J., Rathus, S.S., & Greene, B. (2014). Psikologi Abnormal/ Kesembilan /Jilid II alih bahasa Abnormal Psychology in a Changing Whorld/Fifth Edition. Jakarta: Penerbit Erlangga

Triswanto, H. ( 2023, Mei 28 ). Viral  Kasus Bunuh Diri, Dr Sakhban Paparkan Pencegahan Jembatan Suhat Sebagai  “Suicide  Hotspot”. BacaMalang.com. https://bacamalang.com/viral-kasus-bunuh-diri-dr-sakban-paparkan-pencegahan-jembatan-suhat-sebagai-suicide-hotspot/

Zakiah, N. ( 2022, Juni 05 ). Mengapa Lebih Banyak Laki-laki yang Bunuh Diri daripada Perempuan?. IDN Times. https://www.idntimes.com/health/medical/nena-zakiah-1/mengapa-lebih-banyak-laki-laki-yang-bunuh-diri-daripada-perempuan?page=all

Bagikan
Post a Comment