f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
dakwah solutif

Dakwah yang Solutif, Bukan Menghakimi

Apa yang Rahmania lakukan ketika mengetahui berita mengenai seorang artis menjadi korban KDRT tapi malah mencabut gugatannya? Apakah Rahmania ikut menghakiminya sebagai orang bucin, susah move on, atau bahkan menuduhnya nge-prank skala nasional?

Bagaimana sikap Rahmania jika ada muslimah tapi masih enggan berjilbab atau bolak-balik lepas-pakai jilbab? Apakah Rahmania akan menganggap mereka sebagai perempuan yang tidak taat agama, plin-plan, atau kebanyakan alasan?

Itu hanyalah segelintir contoh orang-orang yang dihakimi masyarakat karena tindakannya tidak tepat atau tidak rasional. Barangkali kita juga turut melakukan judgement itu dengan dalih untuk menasehati mereka.

Tapi, mengambil keputusan yang rasional atau menjalankan perintah agama kadangkala bukan perkara mudah. Apalagi jika terdapat dilema maupun tekanan dari sana-sini. Sejumlah aktivis perempuan angkat bicara menjelaskan alasan banyaknya korban KDRT mencabut gugatannya. Para korban itu tidak bisa melepaskan diri begitu saja dari pelaku yang seringkali adalah suaminya. Ketika mereka melaporkan, justru mendapat ancaman dan tidak didukung keluarga besarnya, dicap mengumbar aib keluarga, menganggap perceraian adalah tabu, ada yang bergantung nafkahnya dari pelaku, atau mengkawatirkan masa depan anaknya jika bercerai.

Begitu juga dengan perempuan muslim yang masih belum mau berjilbab. Banyak dijumpai mengalami masalah ketika memutuskan berjilbab. Jika mereka masih bergantung finansial dan perlindungan kepada orang tuanya, sedangkan orang tuanya tidak mengijinkan, tentu hal ini akan menimbulkan dilemma tersendiri. Atau, jika mereka kesulitan mendapat pekerjaan, namun tempat bekerja yang ada malah melarang karyawannya berjilbab, pasti keputusan berjilbab itu akan membawa masalah besar bagi mereka. Ada juga yang merasa masih belum pantas mengenakannya karena persoalan akhlak. Serta masih banyak lagi masalah kompleks yang mendorong mereka mengambil pilihan sikap keliru.

Baca Juga  Metamorfosa Mahkluk yang Lalai

Penghakiman tidak serta mengubah sikap mereka menjadi lebih tepat. Artis korban KDRT tadi malah semakin menutup diri dari omongan public yang menghakiminya. Bahkan ia meminta publik tidak perlu ikut campur masalah rumah tangganya. Meski publik bermaksud untuk mencegahnya menjadi korban KDRT lagi, tapi hal baik itu tidak tertangkap oleh sang artis.

Allah menyinggung melalui firman-Nya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu….”(QS Ali Imran ayat 159).

Menghakimi bukanlah penyikapan yang tepat untuk mengarahkan orang pada kebaikan. Mengingat dinamika yang dihadapi manusia juga kompleks. Lebih dalam lagi, itu juga bukanlah akhlak yang mulia bagi umat Islam yang memiliki kesadaran untuk berdakwah.

Jika anda memang peduli pada seseorang karena belum berhijab, maka bimbing mereka dengan serius, dekati, dan selesaikan masalahnya…” kurang lebih demikian yang disampaikan oleh da’i milenial Habib Husein Jafar Al Hadar dalam podcastnya bersama Ashanty. Habib Jafar, begitu sapaan akrabnya, hendak merespon orang-orang yang kebanyakan hanya berhenti menghakimi saja, tapi tidak benar-benar memberi solusi kepada orang lain agar mengambil sikap yang tepat.

Maka, sebagai umat Islam, kita seharusnya bagaimana?

Dakwah yang persuasif

Dakwah itu prinsipnya memang mengajak pada ajaran Islam. Ini akan mengingatkan kita pada yang namanya komunikasi persuasi. Sederhananya, komunikasi persuasi merupakan seni merayu atau membujuk orang agar mengikuti keinginan kita. Tentu di sini akan digunakan untuk membujuk orang agar mau menjalankan syariat Islam.

Komunikasi persuasi bersifat mengajak, menarik minat, menumbuhkan kemauan orang agar bertindak dengan sukarela mengikuti keinginan pembicara. Seringkali, sasarannya merasa bahwa pilihan sikapnya adalah keinginannya sendiri dan tidak merasa terpaksa atau dipaksa. Itulah kekuatan persuasi yang banyak memainkan psikologi orang untuk memunculkan kemauan tertentu.

Baca Juga  Kita Adalah Dai sebelum Menjadi Apa pun

Biasanya, penggunaan komunikasi persuasi diiringi dengan pujian dan perhatian, menunjukkan imbalan atau dampak positif jika mau melakukan, memenuhi kebutuhan sasaran, menyamakan kondisi subyek dengan sasaran, pilihan kata yang menarik tanpa menghakimi, serta mempertimbangkan hal-hal lain yang bisa membuat sasaran merasa nyaman dengan subyek. Itulah kenapa sasaran cenderung sukarela mengikuti kemauan subyek. Mereka merasa nyaman, tenang, dan percaya kepada subyek.

Bayangkan jika itu diterapkan saat berdakwah dan menasehati orang agar menjalankan perintah Allah atau sekedar melakukan kebaikan lainnya. Muslimah yang belum atau masih ragu-ragu berjilbab lebih tepat jika terus ditunjukkan manfaat yang akan dia peroleh dan kelebihan dibandingkan tidak berjilbab. Tentunya manfaat yang memang secara personal dibutuhkannya. Mereka tidak akan tersudut. Sebaliknya, merasa nyaman dengan nasehat yang disampaikan subyek. Psikologisnya menjadi tenang, sehingga bisa berpikir jernih untuk mengambil keputusan yang rasional.

Pada case lain, misalnya untuk mengarahkan korban KDRT agar melanjutkan gugatannya untuk memperoleh keadilan. Mereka harus diyakinkan berkali-kali untuk melepaskan diri dari jeratan pelaku. Tidak jarang sampai bolak-balik 6-7 kali berniat pisah tapi kembali lagi ke pelaku. Sampai akhirnya benar-benar yakin memutuskan berpisah atau melaporkan pelaku. Memang tidak mudah. Penuh tekanan dan dilema. Itu sebabnya, perlu orang lain yang tidak bosan membujuk mereka agar segera mengakhiri penderitaannya bersama pelaku.

Menjadi support system

Dakwah juga tidak melulu berbentuk nasehat. Apalagi, jika mad’u mengalami kesulitan atau masalah ketika disuruh menjalankan perintah Allah. Maka, harus diberi solusi.

Kita perlu mendukung agar mereka berani mengambil keputusan rasional dan konsisten menjalankannya, meski menghadapi berbagai cobaan. Bentuknya berupa perhatian, menumbuhkan kepercayaan diri, motivasi pada kebaikan, pemberian bantuan materi dan jasa jika diperlukan, serta pemberian pengetahuan/ informasi yang diperlukan. Istilah kerennya adalah support system atau dukungan sosial (Merida, Buletin KPIN Januari 2020). Keluarga, teman, dan lingkungan sosial seharusnya yang memberikan dukungan sosial untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritual individu.

Baca Juga  Siti Hajar: Yang Terlupakan dalam Sejarah Pengorbanan

Women crisis centre (WCC) seringkali menjadi support system bagi korban KDRT, ketika keluarga mereka justru tidak memihak korban. LSM ini yang menyediakan layanan konseling, memberi bantuan hukum, memberi informasi yang diperlukan para korban KDRT, dan meyakinkan korban agar memperjuangkan keadilannya.

Itu juga bisa diterapkan dalam dunia dakwah. Daripada menghakimi, lebih baik membantu memecahkan persoalan para muslimah yang menghalangi mereka berhijab. Jika mengkawatirkan penampilannya bakal atau menganggap akhlaknya membuatnya tidak pantas berjilbab, maka kita perlu meluruskan paradigmanya. Jika mereka kawatir ditolak lingkungan terdekatnya ketika berjilbab, maka kita bantu meminta ijin pada walinya atau bahkan menyediakan circle baru yang lebih menerimanya ketika berjilbab. Dan jika takut tidak mendapat pekerjaan, maka kita harus bantu menyediakan tempatnya mencari nafkah. Serta masih banyak lagi bentuk dukungan sosial yang bisa mensukseskan tujuan dakwah.

Dakwah yang solutif, harus dilakukan dengan bijaksana dan memberikan pemecahan masalah. Dengan begini Islam akan benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin.

Bagikan
Post a Comment