f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
iwel-iwel

Iwel-Iwel, Tradisi Mensyukuri Karunia Buah Hari

Setiap orang tua pasti mendambakan seorang anak yang saleh-salehah, memiliki budi pekerti yang baik, serta sopan santun terhadap orang tuanya. Banyak cara yang dapat para orang tua lakukan dalam mewujudkan hal tersebut. Mulai dari memasukkan anak ke dalam lembaga pendidikan, pesantren, senantiasa mendoakan anak agar diberi petunjuk dan hidayah, bahkan sampai dengan melakukan ritual atau upacara-upacara tertentu.

Di beberapa daerah yang masih memegang erat tradisi nenek moyang tak jarang mereka masih melakukan tradisi tersebut. Mereka meyakini melalui perantara sebuah kegiatan ataupun makanan, harapan baik serta doa-doa mereka dapat terkabulkan. Mereka percaya bahwa bukan hanya doa dari mulut orang-orang yang mempunyai tingkat ketakwaan yang dinilai lebih tinggi saja yang dapat terkabulkan, bisa saja doa itu terkabul dari tumbuhan, binatang, atau bahkan makanan sekalipun.

Di daerah Jawa contohnya, ada banyak tradisi yang hingga saat ini masih mereka lestarikan, salah satunya tradisi iwel-iwel. Iwel-iwel sendiri merupakan sebuah jajanan tradisional yang terbuat dari campuran tepung ketan dan parutan kelapa yang dikukus dengan isian gula merah di tengahnya. Tradisi iwel-iwel sendiri di Jawa Timur utamanya di daerah tempat saya tinggal ini masih sangat dilestarikan. Bahkan iwel-iwel menjadi jajanan yang wajib ada dalam acara selamatan bayi atau anak. Entah 3 bulanan, 7 bulanan dan syukuran-syukuran lain yang berhubungan dengan sang anak.

***

Bukan tanpa arti, meskipun iwel-iwel hanyalah dipandang sebagai jajan tradisional. Namun ternyata iwel-iwel memiliki segudang makna bagi para orang tua untuk anaknya. Itulah mengapa iwel-iwel dijadikan sebagai simbol upacara atau selamatan atau syukuran terhadap anak. Dari namanya sendiri yaitu iwel-iwel diambil dari kata bahasa arab yaitu liwaliwalidayya ini merupakan potongan dari doa Rabbighfirlii waliwalidayya. Karena lidah orang jawa kala itu masih sangat kesulitan dalam melafalkan kata berbahasa arab tersebut, maka jadilah namanya iwel-iwel.

Baca Juga  Perempuan dan Gerakan Sosial dari Tradisi Rewang

Kata liwaliwalidayya sendiri memiliki arti doa untuk orang tua. Jika didefinisikan lebih luas lagi liwaliwalidayya dalam iwel-iwel merupakan sebuah harapan dan doa orang tua agar kelak anaknya menjadi pribadi yang senantiasa berbakti dan selalu mendoakan orang tuanya serta menjadi anak yang saleh salehah.

Selain itu, iwel-iwel yang dibungkus dengan daun pisang ini memiliki bentuk seperti limas yang memiliki 5 sudut. Hal ini memberikan makna yang sangat dalam di mana bentuk limas tersebut menggambarkan ke-5 rukun Islam. Hal ini merupakan harapan tersendiri bagi para orang tua agar anaknya selalu diberi keistiqomahan serta kekuatan untuk tetap berpegang teguh pada agama Islam.

Bahan dasar utama dalam jajanan tradisional ini adalah tepung ketan dan parutan kelapa yang mana ketika kedua bahan ini dikukus akan memberikan tekstur yang sangat lengket. Kelengketan dari iwel-iwel sendiri memberi filosofi harapan para orang tua agar anaknya selalu sayang dan mengingat mereka ketika mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing. Kedekatan hubungan antara orang tua dan anak menjadi hal yang sangat penting. Di mana ketika anak dan orang tua memiliki hubungan yang sangat erat layaknya seorang sahabat maka sang anak pun akan senantiasa mau mendengarkan dan mematuhi segala perintah dan nasehat baik orang tuanya.

***

Isian gula jawa atau gula merah didalam iwel-iwel juga merupakan bagian dari doa dan pengharapan orang tua. Gula jawa yang memiliki rasa manis ini merupakan wujud dari harapan para orang tua agar anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang manis dalam bertutur kata maupun bertingkah laku. Baik kepada kedua orang tuanya sendiri maupun kepada orang lain termasuk teman sebayanya.

Baca Juga  Kesetaraan Gender dalam Tradisi Kebudayaan Jawa

Begitu dalamnya makna filosofis yang terkandung dalam iwel-iwel ini menjadi alasan mengapa jajanan tradisional satu ini tidak boleh ditinggalkan saat selamatan atau syukuran untuk sang buah hati. Tanpa kita sadari ternyata jajanan yang dipandang sepele ini memiliki segudang doa dan harapan para orang tua.

Mungkin kebanyakan dari kita terutama kaum generasi milenial sudah tidak tahu lagi makna filosofis keberadaan iwel-iwel dalam acara selamatan bayi. Kebanyakan dari masyarakat hanya melestarikan budaya leluhur tanpa mengetahui apa sebenarnya maksud dari budaya atau tradisi tersebut. Setelah membaca tulisan di atas sudah sepatutnya menjadikan kita lebih bersemangat lagi dalam melestarikan budaya atau tradisi nenek moyang ini.

Selain harapan dan doa orang tua kepada anaknya, dengan iwel-iwel juga dapat mempererat hubungan antar sesama manusia. Sebab biasanya selain untuk dimakan sendiri iwel-iwel juga dibagikan kepada tetangga sekitar bersamaan dengan nasi berkat atau acara gendurinan. Dengan demikian, bukan hanya orang tua saja yang mendoakan agar anaknya menjadi pribadi yang saleh salehah. Akan tetapi juga mendapat doa dari saudara maupun tetangga sekitarnya. Sehingga semakin banyak orang yang mendoakan, maka bukan tidak mungkin harapan tersebut akan dapat terkabul dengan cepat. Kita tidak akan pernah tahu, dari mulut hamba-Nya yang mana doa dan harapan itu akan terkabul. Entah dari manusia, tumbuhan, hewan, atau bahkan makanan sekalipun jika Allah sudah berkehendak, maka kun faya kun maka terjadilah ia.

Bagikan
Post a Comment