f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
fatherless

Fatherless : Ketiadaan Peran Ayah dalam Kehidupan Seorang Anak

Keluarga adalah tempat bagi seorang anak untuk bertumbuh dan berkembang. Keluarga juga bisa menjadi faktor pendorong bagi seorang anak menuju kesuksesannya. Lalu bagaimana dengan anak fatherless? Apakah anak fatherless dapat mencapai kesuksesannya? Apakah peran ayah yang hilang tidak akan menghambat perkembangannya menuju sebuah kesuksesan?

Kekuatan kepribadian anak merupakan hasil pengasuhan dan penanganan yang baik dari kedua orang tuanya, yaitu ayah dan ibunya. Lalu apa yang akan terjadi ketika salah satu peran dari kedua orangtuanya tidak hadir? Hal ini pasti akan berdampak pada ketimpangan dalam perkembangan psikologis seorang anak.

Salah satu contoh dari hilangnya peran orang tua adalah fatherless. Kalau teman-teman mencari pengertiannya di google, maka akan banyak sekali laman jurnal yang memunculkan arti fatherless adalah ketiadaan peran dan figure ayah dalam kehidupan seorang anak. Fatherless dapat dialami pada anak-anak yatim atau anak-anak yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya.

Dibandingkan dengan single mother atau broken home, isu fatherless mungkin masih belum familiar di telinga kita. Padahal sebenarnya fenomena ini cukup banyak terjadi di Indonesia. Bahkan fenomena fatherless ini sukses menjadikan Indonesia sebagai negara fatherless ketiga di dunia. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020 jumlah anak yang mengalami fatherless adalah sebanyak 517,199 persen.

Dilahirkan dan dibesarkan sebagai seorang anak yang tidak memiliki ayah bukanlah pilihan dalam hidup. Pada akhirnya status seperti ini bisa menimpa siapa saja dengan masalah yang berbeda-beda. Setiap anak tentunya mempunyai harapan untuk memiliki keluarga yang utuh. Namun harapan belum tentu terwujud karena dihadapkan dengan situasi keluarga seperti kurangnya faktor ekonomi, kematian seorang ayah dan permasalahan orang tua yang berakibat pada perceraian.

Baca Juga  Dunia yang Merindukan Ayah

Seperti yang kita ketahui, peran ayah seharusnya dapat menjadi pelindung, penyokong materi dan model keteladanan bagi seorang anak. Idealnya ayah dapat memberikan kenyamanan tempat tinggal dan keamanan dari bahaya yang mengancam baik secara fisik maupun psikologis. Peran ayah terhadap anak di dalam keluarga juga sebagai motivator yaitu memberikan motivasi atau dorongan terhadap anaknya untuk selalu membuat dirinya berharga dalam kehidupannya. Selain itu peran ayah juga sebagai mediator yaitu saat anak mengalami permasalahan dalam aktivitas  atau hidupnya. Seorang ayah harus mampu menjadi penengah dan pemberi solusi terbaik bagi anaknya.

Peran ayah yang ikut terlibat dan hadir dalam pengasuhan anak akan mampu memberikan keteladanan yang positif bagi perkembangan anak dimasa dewasanya kelak. Sosok ayah juga mampu memberikan contoh kepemimpinan, membuat anak menjadi disiplin dan mandiri, mengajarkan anak bersosialisasi dilingkungan dan mengajarkan anak berfikir rasional serta logis.

Lalu apa yang akan terjadi pada anak-anak yang mengalami fatherless? Dampak yang akan terjadi pada anak-anak yang mengalami fatherless terjadi tidak hanya dimasa kanak-kanak, namun terjadi hingga dia dewasa. Ketiadaan peran penting ayah akan berdampak pada rendahnya harga diri (self esteem) seorang anak. Hal inilah yang akan mengakibatkan anak cenderung minder dan sulit beradaptasi dengan dunia luar. Sebab keterlibatan ayah dalam mengasuh mempengaruhi cara pandang anak terhadap dunia luar yang membuatnya cenderung lebih kokoh dan berani.

Bermula dari rasa rendah diri, anak akan memunculkan adanya perasaan marah (anger) dan rasa malu (shame). Hal ini muncul karena anak merasa berbeda dengan anak-anak lainnya dan anak merasa tidak dapat mengalami pengalaman kebersamaan dengan seorang ayah seperti yang dirasakan oleh anak-anak lainnya.

Baca Juga  Guru, Ujung Tombak Suksesnya Pembelajaran di Masa Pandemi

Kehilangan peran ayah juga menyebabkan seorang anak akan merasakan kesepian (loneliness), kecemburuan (envy) dan kedukaan (grief). Kehilangan yang amat sangat dalam dirasakan oleh seorang anak akan berdampak pada rendahnya kontrol diri (self control) yang akan mengakibatkan anak cenderung lari dari masalah dan cenderung emosional dalam menghadapi suatu masalah.

Selain itu anak-anak yang mengalami fatherless juga memiliki kematangan psikologis yang lambat dan cenderung kekanak-kanakan, serta kurang bisa mengambil keputusan dan ragu-ragu dalam banyak situasi yang membutuhkan keputusan cepat dan tegas. Apabila anak tidak mendapatkan kesempatan untuk menyayangi dan disayangi oleh ayahnya. Maka mereka tidak memiliki panduan mengenai cara membangun hubungan yang sehat dengan lawan jenis. Pada anak perempuan yang mengalami fatherless, dampak lainnya yang muncul adalah ketidakmampuan anak perempuan untuk percaya dan berhubungan dengan laki-laki pada umumnya. Anak perempuan yang mengalami fatherless sering kali cenderung kesulitan untuk berinteraksi dengan laki-laki secara nyaman.

Anak perempuan yang mengalami fatherless kemungkinan akan menghindar dari laki-laki secara penuh. Mereka merasa tidak jelas bagaimana cara berhubungan dan berinteraksi dengan lawan jenis. Namun disisi lain terdapat juga anak perempuan yang tumbuh dewasa tanpa kehadiran ayahnya justru menjadi sangat mendambakan perhatian dari lawan jenisnya. Kondisi tersebut muncul karena anak perempuan tersebut belum pernah merasakan penerimaan oleh ayahnya.

Fatherless tidak hanya berdampak pada anak perempuan saja, tetapi anak laki-laki juga ikut merasakan dampak dari fatherless. Dampak yang dirasakan oleh anak laki-laki yang tidak memiliki ayah yaitu terdapat kebingungan identitas gender. Hal ini terjadi karena anak laki-laki yang tumbuh tanpa sosok ayah akan cenderung lebih feminim karena identifikasi gender yang paling kuat dia dapatkan dari sosok ibu selama masa kanak-kanaknya.

Baca Juga  Utopia Mengenai Aturan Protokol Kesehatan

Kondisi fatherless pernah dialami oleh salah satu sahabat perempuan saya. Di mana dia merasa bahwa kehilangan sosok ayah menjadikannya takut untuk memulai suatu hubungan baru bersama lawan jenis. Sahabat saya juga cenderung menghindar dan merasa tidak percaya ketika ada seorang laki-laki yang mendekatinya. Hal inilah yang akhirnya menjadikan sahabat saya beranggapan bahwa dia tidak mungkin merasa nyaman dengan orang lain selain dirinya sendiri.

Lantas apa solusi bagi anak-anak yang mengalami fatherless? Terlepas dari semua efek negatif ketidakhadiran seorang ayah, tumbuh tanpa ayah tidak berarti bahwa seorang anak ditakdirkan untuk gagal. Hilangnya peran ayah akan menyebabkan hilangnya juga sebagian kasih sayang yang seorang anak rasakan. Tetapi kita juga tidak bisa melupakan peran ibu. Ibu memang bukan pemeran utama dari pemberian kasih sayang terhadap anak, namun ibu adalah sosok cinta yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan kasih sayang bagi anaknya.

Dengan keterampilan yang dimiliki oleh seorang ibu, ia akan mendongkrak kepercayaan diri dan juga keyakinan bahwa ia dapat mengatasi permasalahan apapun yang terjadi dalam pengasuhan anak dan kemampuan dasar dalam mengelola diri secara penuh.

Selain itu dukungan keluarga besar yang proporsinya dapat memenuhi kekosongan peran ayah, misalnya sosok kakek atau paman juga dapat membantu anak mengatasi fatherless. Tujuannya adalah untuk pemenuhan peran gender, melengkapi kebutuhan cinta dan kasih sayang pada diri anak. Sehingga dampak fatherless pada diri anak akan dapat diminimalisir.

Bagikan
Post a Comment