f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
berhaji

Berhaji, Arti Sebuah Panggilan

Dua tahun pemerintah tidak memberangkatkan calon jamah haji ke tanah suci karena pandemi Covid 19 yang melanda seluruh dunia. Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang dilarang untuk melaksanakan haji. Dan Tahun 2022 ini pemerintah Saudi telah memberi ijin untuk melaksanakan haji kepada internasional. Indonesia tentunya menyambut kesempatan ini dengan tangan terbuka dan semangat menggelora.  

Berdasarkan laporan Saudi Expatriates, jumlah kuota haji internasional yang diberikan ke Indonesia  untuk Tahun 2022 adalah 100.051 jemaah, paling besar dibanding negara-negara asal jemaah internasional lainnya. Pemberian kuota besar ini terkait dengan kondisi bahwa Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia.  

Selain itu, bagi muslim Indonesia, berhaji adalah sebuah pencapaian pribadi dalam bentuk ibadah langsung.  Berhaji bukan hanya sebuah panggilan seperti yang selama ini di pahami.  Jika kita memahami bahwa Allah Swt. hanya memanggil kita tiga kali, dan berhaji adalah salah satu dari panggilannya, maka bagi seorang muslim pergi berhaji adalah sebuah pencapaian tertinggi.

Mind Muhammad dalam bukunya “Magnet Umrah” mengatakan, Allah memanggil hamba-hamba-Nya untuk haji dan umroh dengan panggilan yang lembut dan sifatnya bergiliran. Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain. Jalannya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merencanakan ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan terkabul. Berhaji juga berkaitan erat dengan orang-orang yang ditinggalkannya.

Saya mempunyai pengalaman mengantar calon jemaah haji. Saat itu saya masih kecil sekitar kelas 1 atau 2 sekolah dasar. Kami mengantar om yang akan berangkat haji ke bandara di provinsi tetangga, karena  keberangkatannya melalui embarkasi Polonia. Yang saya rasakan saat itu hanya euforia perjalanan panjang yang kami tempuh selama 12 jam kemudian melihat pemandangan bandara yang luas. Padahal calon jamaah dari keluarga hanyalah si Om seorang tetapi yang mengantarnya mencapai dua puluh orang lebih. Tentunya bagi usia anak-anak seperti saya  momen-momen seperti itu artinya berlibur. Tidak ada filosofi khusus tentang berhaji dan mengantar calon jamaah haji. Dan  pengalaman mengantar haji beramai-ramai ini memunculkan  sebuah lelucon bahwa jika ada kegiatan mengantar seseorang  dengan orang banyak selalu dikatakan “seperti mengantar orang naik haji”. Karena mengantar calon jamaah haji adalah sebuah keistimewaan besar bagi mereka.

Baca Juga  Fenomena Pendakwah, Antara Kepentingan Dakwah dan Publik

Hadirnya  euforia dan semangat mengantar calon jamaah haji ini bisa karena merasa ikut berbahagia dengan keberangkatan sanak saudara; tetapi akan ada juga munculnya kekhawatiran bahwa ini adalah kesempatan terakhir berjumpa dengan kerabat tersebut. Kemungkinan-kemungkinan mereka tidak kembali ke tanah air karena telah meninggal dunia di tanah suci.

Memahami panggilan Allah kepada muslim untuk berhaji membutuhkan pengalaman untuk menghayati bagaimana peristiwa-peristiwa yang bermunculan akan bercerita tentang arti sebuah panggilan. Bahwa ada syarat dan ketentuan yang berlaku untuk memenuhi panggilan berhaji ini. Jika dua panggilan lainnya akan hanya berlaku satu persyaratan; seperti panggilan shalat hanya bagi muslim dan panggilan kematian akan berlaku bagi semua manusia.

Tetapi syarat dan ketentuan yang berlaku untuk berhaji ini berkaitan dengan persiapan-persiapan pribadi manusia itu sendiri; dan turut sertanya negara dalam melakukan pengaturan kepada rakyat yang akan melakukan perjalanan religi ini.

Peraturan yang pemerintah terapkan untuk calon jamaah haji tahun ini semakin menunjukkan kepada kita; bahwa kesempatan memenuhi panggilan Allah untuk hadir ke tanah suci-Nya adalah seratus persen kehendak-Nya. Allah memilih orang-orang yang akan memenuhi panggilannya. Bagaimana setelah dua tahun tidak adanya pelaksanaan haji secara internasional dan saat telah dibukanya kesempatan tetapi terhambat dengan peraturan itu sendiri. Peraturannya adalah adanya pembatasan usia di mana calon jamaah yang telah mencapai usia enam puluh lima tahun tidak dapat berangkat haji pada tahun ini.

Saya melihat sendiri bagaimana banyaknya air mata yang jatuh dengan adanya peraturan tersebut.  Abang sepupu dari ayah saya, harus berpisah dengan istrinya karena beliau telah mencapai usia enam puluh lima sedangkan istrinya bisa berangkat haji karena masih berumur enam puluh tiga tahun. Beruntungnya bunda saya, beliau bisa berangkat dengan anak dan menantunya karena saat mendaftar haji bersama-sama. Namun Pakwa saya juga tidak terlalu sedih karena sudah pernah melaksanakan haji sekitar lima belas tahun yang lalu walaupun berangkatnya sendirian. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada keinginan untuk berangkat bersama-sama dengan istri dan anak menantu.

Baca Juga  Senyum yang Mengundang Kebahagiaan

Belum lagi kisah  saudara teman saya, ibu tersebut tidak dapat berangkat haji tetapi suaminya mempunyai kesempatan tersebut. Si ibu telah mencapai usia enam puluh lima tahun. Yang membuat ibu tersebut sedih adalah bagaimana beliau merayu suaminya sejak muda dulu untuk mendaftar haji bersama dan melaksanakan ibadah secara bersama-sama, sang suami belum terbuka hatinya untuk mendaftar sedangkan si ibu tidak mau mendaftar jika tidak bersama-sama dengan suaminya. Namun memang hanya Allah Swt. yang mempunyai kehendak. Sang suami baru mau mendaftar beberapa tahun yang lalu dan tahun ini mendapatkan giliran untuk keberangkatan haji. Sang suami juga menyesal mengapa beliau tidak mendaftar jauh-jauh hari sehingga tidak terbentur dengan peraturan ini.

Masih juga tentang pembatasan usia enam puluh lima tahun. Seorang kenalan ibu saya mendapat panggilan haji pada tahun 2020, pada saat itu usianya masih enam puluh empat tahun. Tahun ini tidak mendapatkan panggilan lagi karena secara database calon jamaah haji usianya telah melewati dari aturan yang telah ditetapkan.

Masih banyak lagi cerita-cerita gagalnya orang berhaji. Tentunya ini tidak terlepas dari pilihan Allah Swt. untuk hamba-hambaNya yang akan melakukan perjalanan suci ini. Cerita ini masih cerita kegagalan berangkat. Belum lagi pengalaman dan cerita perjuangan untuk dapat mendaftar haji. Mengumpulkan rupiah demi rupiah selama puluhan tahun tetapi pada saatnya tiba teryata tidak mempunyai kesempatan tersebut. Atau bagaimana menyatukan pemahaman antara suami dan istri agar dapat memenuhi panggilan secara bersama-sama sedangkan kita ketahui bahwa walaupun berkeinginan bersama tetapi kodrat hidup, mati, pertemuan dan rezeki adalah sebesar-besarnya kehendakNya.

Keinginan berhaji bukan hanya bagi orang kaya saja, tetapi semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjalankan rukun Islam yang kelima ini. Namun memenuhi panggilan ini hanya Tuhan yang menentukan siapa yang dipanggil terlebih dahulu, dengan cara apa dan secepat apa. Saya hanya bisa berdoa bahwa saya akan dapat memenuhi kesempatan panggilan ini pada suatu saat nanti.

Bagikan
Post a Comment