f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ibu rumah tangga

Ibu Rumah Tangga; Pemegang Kunci Literasi Digital

Pekerjaan paling berat dan penuh tekanan bagi saya adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan ini mengharuskan saya tinggal di rumah 24 jam setiap hari, tidak bertemu orang baru, pekerjaan yang tak jauh dari anak dan urusan rumah. Belum lagi masalah pencapaian diri yang jelas tidak ada upgrading apalagi apresiasi. Sementara terkadang melihat karier suami melejit, sedang saya semakin menciut.

Terkadang saya memang ingin lari dari kehidupan saya sendiri. Menjadi ibu rumah tangga itu lelahnya luar biasa, tapi seakan tak ada hasilnya. Ditambah kejenuhan yang setiap hari hanya berputar pada hal yang sama. Meski merasa jenuh, menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan sadar saya sendiri.

Saya ingin mengasuh anak saya sendiri sehingga memilih untuk tetap di rumah. Namun tak bisa dipungkiri bahwa hal ini membuat saya sendiri frustasi. Saya mencari banyak kegiatan yang bisa dikerjakan di rumah, namun tentu saja tidak bisa leluasa karena harus mengawasi dan memenuhi kebutuhan anak.     

Ketika anak saya mulai bisa diajak kerjasama saya akhirnya membuka tahsin gratis untuk muslimah. Hal yang sudah saya lakukan sejak dahulu namun berhenti karena hamil. Baru baru dimulai beberapa kali tak disangka pandemi datang. Kegiatan pun harus dihentikan. Saya sampai pada titik bahwa saya sangat jenuh, saya ingin belajar berbagai hal juga memiliki kesibukan lain.

Akhirnya saya membuka tahsin online, mencari berbagai kegiatan menggunakan media digital. Setelah itu saya ikut kelas menulis online. Pandemi membuat semua orang berpikir bagaimana caranya tetap menjalankan aktivitas meski tak bertatap muka.

Rasa frustasi dan tertekan karena tak pernah bisa mengaktualisasikan diri mulai terobati. Saya mulai menulis di media berkat kelas menulis. Selanjutnya saya ikut kelas tentang perempuan dan membuat diskusi kecil secara online. Saya tetap bisa belajar sambil mengasuh anak. Saya bisa menuliskan seluruh pemikiran saya dan dibaca banyak orang, saya juga bisa membagikan pemikiran saya melalui diskusi kecil.

Baca Juga  Media Baru dan Suburnya Budaya Latah

Meski demikian terkadang menjadi ibu rumah tangga dan istri membuat saya mengalami banyak tekanan. Saya juga merantau ke kota suami, hal ini membuat saya benar-benar kesepian.

Dalam hal ini saya benar-benar merasa kebingungan hingga terkadang putus asa. Akhirnya saya dipertemukan dengan berbagai kelas self healing dan kelas terapi. Meski online saya bisa belajar EFT (Emotional Freedom Technique), hypnotherapy, dan belajar beradamai dengan diri sendiri.

Hal ini yang kemudian membuat saya kembali bersemangat menjalani hidup. Satu per satu luka batin mulai terobati. Saya kemudian mendapat kesempatan untuk menuliskan luka batin saya hingga bisa diterbitkan menjadi buku. Hal ini juga yang membuat saya semakin tenang dan bahagia.

Saya belajar parenting, keadilan gender, dan berbagai kelas pemikiran lewat kelas-kelas online. Bagi saya ibu rumah tangga justru memegang peranan penting dalam perkembangan literasi digital. Ibu rumah tangga adalah kelompok yang bisa menjadi konsumen sekaligus produsen dalam edukasi melalui portal digital.

Misalnya dalam hal parenting, banyak orang belum paham tentang pola pendidikan anak yang baik. Dan ibu rumah tangga adalah orang-orang yang memiliki banyak perhatian dalam pendidikan anak. Jika ibu rumah tangga sudah teredukasi tentang parenting, maka umumnya suaminya juga ikut teredukasi. Dan ibu rumah tangga yang sudah teredukasi memiliki potensi untuk mengedukasi orang tua yang lain.

Ibu rumah tangga juga memegang peranan penting dalam kesadaran akan  keadilan gender. Ibu rumah tangga adalah pihak yang seringkali menjadi korban budaya patriarki. Mereka dianggap tidak bekerja, tidak menghasilkan uang, serta memiliki kewajiban mengurus rumah, mengasuh anak, serta melayani suami.

Alhasil mereka adalah orang-orang yang mendapat beban berlipat ganda, bahkan tidak pernah sempat mengurus dirinya sendiri. Ibu-ibu yang sudah teredukasi akan menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Memahami bahwa pekerjaan rumah tangga serta mendidik anak adalah tugas bersama antara suami istri.

Baca Juga  Janda dan Keberanian Melawan Stigmanya

Tidak ada relasi lebih tinggi atau rendah, yang ada kesalingan. Saling bekerja sama, saling membantu, dan saling menghormati. Dan ini semua bisa dipelajari dari kelas-kelas online.

Banyak sekali ibu rumah tangga yang tidak bahagia karena tidak mampu dan memiliki kesempatan untuk membahagiakan diri sendiri. Mereka seringkali tidak memiliki support system, disakiti, dan dijustifikasi bahkan oleh sesama perempuan.

Misalnya rumah berantakan, anak yang kurus, suami yang tidak dilayani dengan baik, juga tentang dirinya sendiri. Belum lagi persaingan harta seperti kepemilikan rumah dan mobil serta gaya hidup.

Banyak sekali yang mengomentari kehidupan ibu rumah tangga, sialnya hal ini dilakukan oleh para perempuan juga. Banyak perseteruan antar ibu di lingkungan tetangga. Dunia pergosipan seringkali dilakukan oleh para tetangga karena mereka cenderung kurang aktivitas di rumah.

Ada pula yang tertekan seperti kasus Kanti Utami baru-baru ini, atau ibu yang melempar anaknya ke sumur karena dikomentari tetangga akibat memberi susu formula. Kasus seperti ini sudah banyak terjadi. Dan sayangnya hal ini tidak disadari penyebabnya. Seringkali penyebab utama dari depresinya seorang ibu adalah orang-orang terdekatnya.

Seringkali mereka tak mampu berbuat apa pun, sudah mengupayakan segala hal namun tetap tak kuasa mengubah keadaan. Ibu rumah tangga juga rentan mengalami KDRT dan ketidaktahuan serta ketidakmampuan mereka dalam membela diri.

Banyak yang bertahan demi anak atau bahkan rela dihajar karena menurut mereka suami adalah wakil Tuhan. Jika mereka tunduk maka mereka dijanjikan surga. Ibu rumah tangga adalah kelompok yang paling rentan mendapat perlakuan yang tidak baik oleh keluarga terdekatnya.

Ibu rumah tangga yang teredukasi dan memahami teknologi bisa mengikuti kelas terapi serta bisa melakukan konseling secara online. Mereka bisa mendapatkan penanganan dengan baik dan bantuan dari pihak yang berwenang.

Baca Juga  Budaya Literasi dan Tantangan Menghadapi MEA

Ibu rumah tangga juga penting mendapatkan support system, lingkungan yang baik, serta teman yang memahami kesehatan mental. Sehingga tidak akan ada perdebatan serta komentar yang menyakitkan bagi para ibu.

Dengan mamanfaatkan literasi digital, ibu rumah tangga lebih banyak mendapat akses untuk bertemu support system yang memahami kesehatan mental. Maka ibu rumah tangga adalah orang-orang yang bisa menjadi support system bagi sesama serta memberi edukasi terkait parenting, kesehatan mental, dan keadilan gender.

Ibu rumah tangga yang teredukasi dengan baik bisa memberikan pendidikan yang baik pula bagi anak-anaknya. Mereka akan mengajarkan keadilan gender bagi anak laki-laki serta anak perempuannya.

Dengan demikian anak-anak sudah teredukasi sejak dini melalui peran ibu rumah tangga. Maka ibu rumah tangga yang sudah teredukasi kesehatan mental dan parenting memiliki potensi untuk mendidik anak tanpa menorehkan luka. Dampaknya anak-anak akan tumbuh dalam keluarga yang sehat dan berkembang tanpa memiliki luka batin dan inner child.

Ibu rumah tangga masa kini banyak yang sudah melek teknologi, komunitas orang tua juga sudah sangat banyak, maka literasi digital bisa berkembang luas berkat ibu rumah tangga. Edukasi bisa tersebar luas berkat ibu rumah tangga yang selalu semangat untuk belajar serta komunitas yang positif.

Bagikan
Post a Comment