f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
perempuan

Perempuan, Perundungan, dan Pengarusutamaan Gender dalam Komunitas

Beberapa hari ini linimasa media sosial saya diwarnai kehebohan pemberitaan dan video dari ajang Oscar 2022, saat aktor senior, Will Smith, menampar Chris Rock akibat ucapannya bernada guyon kepada istrinya. “Jada aku mencintaimu, ‘G.I. Jane 2,’ tidak sabar untuk melihatnya.,” canda Rock kepada Jada Pinkett. Candaannya itu merujuk pada film G.I. Jane (1997), saat Demi Moore tampil botak.

Keriuhan warganet pun ramai mengomentari adegan tanpa naskah di ajang tahunan yang bergengsi itu. Sebagaimana diketahui publik, aktris sekaligus istri Will Smith, kebotakan yang dialami Jada Pinkett disebabkan penyakit alopecia areata. Disarikan dari situs Halodoc, penyakit itu adalah penyakit autoimun yang terjadi karena sistem kekebalan menyerang sel sehat secara keliru dan menyebabkan kerontokan rambut.

Sebagian besar publik menilai dua hal yang dilakukan Chris Rock maupun Will Smith sama-sama tidak dibenarkan. Guyon yang kebablasan dan tindak kekerasan yang tidak patut dipertontonkan di hadapan orang banyak serta disiarkan secara langsung.

Support System Melawan Perundungan kepada Para Perempuan

Namun, di balik pro-kontra persoalan Rock dan Smith itu, tak sedikit para perempuan bertepuk tangan memuji tindakan Smith yang melindungi harga diri istrinya dari perundungan tidak langsung oleh Rock. Penyakit bukanlah bahan candaan.

Para penderita/penyintas suatu penyakit, mereka mempertaruhkan nyawa dan berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Pengalaman pribadi berteman dengan perempuan-perempuan hebat para penyintas kanker, autoimun, HIV/AIDS, dll, mereka itu bukanlah orang-orang lemah yang bisa diremehkan.

Penyakit yang dideritanya justru menjadi penyemangat hidup untuk berkinerja baik dan selalu produktif. Seharusnya orang-orang di sekelilingnya, keluarga, kerabat, teman/kolega, tetangga menjadi support system di dalam upaya pengobatan dan perawatan, bukan malah semakin mengecilkan semangat sehatnya.

Baca Juga  Mengupas Diskriminasi Pada Perempuan

Kata-kata positif, komunikasi asertif, hingga dukungan finansial menjadi pendorong harapan untuk hidup lebih berkualitas dari para penyintas penyakit. Ibarat kata, kalau memang tidak bisa membantu, ya jangan menyusahkan, apalagi menjatuhkan.

Ini baru yang terkait olok-olok terhadap perempuan penyintas penyakit, persoalan terbesar lainnya yang seringkali dialami perempuan; bahkan ledekan sesama perempuan yang terjadi di dunia nyata maupun maya, seperti body shamingmom shaming. “Ih, kamu gendutan. Kebanyakan WFH ya,” atau “Kusam banget wajah kamu. Gak pernah perawatan ya,” kalimat-kalimat seperti itu pasti banyak dialami banyak perempuan, termasuk saya sendiri.

Mom shaming, kontradiksi di kalangan para perempuan yang sudah menjadi ibu yang tidak pernah berhenti diperdebatkan. Ibu bekerja vs ibu RT tidak bekerja, pemberian ASI vs Susu Formula, mempekerjakan ART vs tanpa ART, menggunakan alat KB vs KB alamiah, dll.

Mungkin bagi yang menanggapi santai, bisa juga menjadi masukan yang positif. Mereka menjadikan ledekan-ledekan itu sebagai penyemangat untuk hidup lebih sehat, olahraga teratur, membuat pos pengeluaran untuk perawatan muka dan tubuh, menelaah, dan memikirkan keputusan-keputusan yang terbaik bagi diri serta keluarganya. Namun, bagi yang merespon negatif, para perempuan itu bisa berakibat mengalami masalah/gangguan kejiwaan, stress, depresi, cemas berlebihan, bahkan percobaan bunuh diri.

Kehadiran orang-orang terdekat kita harapannya menjadi support system yang baik dan responsif untuk menghadapi segala perundungan. Suami, anak-anak, orang tua, sahabat, tetangga dekat, saling berbagi kisah, menyemangati, memberikan dukungan moril dan materiil agar bisa kuat menjalani segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan.

Pemberdayaan Komunitas di dalam Pengarusutamaan Gender

Hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, kesulitan dan problematika hidup tidak bisa diselesaikan sendirian begitu saja, tetapi juga butuh bantuan orang lain. Zoon Politicon, istilah yang digunakan oleh Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosial. Ia menerangkan bahwa manusia dikodratkan sebagai hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama pautan, suatu hal yang membedakan manusia dengan hewan.

Baca Juga  Jangan Lupakan Duniamu

Di dalam pembangunan nasional, kerangka interaksi sesama manusia harapannya dapat menumbuhkan kesadaran yang luas tentang perlunya peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses dan program pembangunan. Pemberdayaan muncul sebagai kata yang banyak diungkapkan ketika berbicara tentang pembangunan. Pemberdayaan masyarakat merupakan posisi strategis untuk menentukan keberhasilan program-program pembangunan di suatu negara.

Di tataran pembangunan kesehatan, posisi perempuan memegang peran kunci sebagai problem solver permasalahan kesehatan. Sebut saja program 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK), tumbuh-kembang anak, hingga program keluarga berencana (KB). Contohnya persoalan KB di Indonesia nyatanya perempuan lebih mendominasi penggunaan alat kontrasepsi. Berdasar data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2017 menunjukkan rendahnya partisipasi laki-laki di dalam program KB; karena jumlah laki-laki menggunakan alat kontrasepsi berupa kondom hanya sebesar 2,5% dan vasektomi sebesar 0,2%.

Di lingkup masyarakat, pemberdayaan perempuan dilakukan melalui tim penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK); yang bertujuan memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera lahir dan batin. Kehadiran PKK juga turut mendukung pelaksanaan kegiatan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kader Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), kader Keluarga Berencana (KB).

Ada pula komunitas perempuan di dunia maya yang berkumpul saling berbagi cerita, kisah, pengetahuan terkait parenting, travelling, life style, dll seperti Urban Mama, Kumpulan Emak Blogger (KEB), dsb. Dengan demikian, para perempuan yang berkumpul juga turut berandil di dalam menyelesaikan segala problematika yang menghambat pembangunan di negara kita.

Akhir kata, begitu indahnya Islam telah mengatur kedudukan yang sama antara perempuan dan laki-laki. Sama-sama makhluk Allah, sama-sama menyembah Allah, dan pahala mereka sesuai dengan ujian dan perbuatan mereka. Allah berfirman: “Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan (berbuat) apa yang benar dan melarang apa yang salah dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan mendapatkan rahmat Allah. Sungguh, Allah Ta’ala Maha Perkasa dan Maha Bijaksana,” (QS. At-Taubah ayat 71).

Bagikan
Post a Comment