f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
diar

Tangisan Bayi Membujuk Tuhan (1)

“Hiks…hiks…ugh…hiks…hiks!!”

Di tengah malam yang damai, terdengar suara batita menangis di sebuah rumah minimalis namun elegan. Di sana seorang pria berstatuskan Ayah sudah membuka mata terlebih dahulu untuk kemudian melihat salah satu putranya yang menangis entah karena apa.

Dia menggendong putranya dengan pelan dan segera menenangkannya agar tak membangunkan kedua saudaranya yang lain. Ya, dia memiliki putra kembar tiga. Panggil saja yang satu ini dengan sebutan Alkana, yang sudah dicap sebagai kakak sulung untuk kedua kembar yang lain.

“Cup..cup, Nak. Ada apa? Kau bermimpi buruk hmm?” tanyanya sambil menepuk-nepuk pelan punggung putranya, berharap dia segera tenang dan kembali tidur. Beberapa menit kemudian setelah melihat Alka yang sudah kembali tenang.

Ayah segera mengembalikannya ke tempatnya semula di samping adik pertamanya, Alkena. Wajah yang menyiratkan lelah itu tersenyum tipis kala melihat ketiga anaknya tertidur dengan damai. Dalam diam dia mengingat bagaimana perjuangannya dan harapannya bersama dengan sang istri untuk mendapat momongan.

Ayah lalu kembali ke tempatnya dan bersandar pada sandaran Kasur. Tanpa dia sadari ia sudah melamun mengingat sekeping memori masa-masa sulitnya bersama sang belahan jiwa.

***

8 Tahun yang lalu…

“Sayang, kamu mau masak apa buat sarapan hari ini?”

Seorang pria berusia sekitas 30 tahunan turun dari tangga dengan setelan jas kantornya yang sudah rapi. Panggil saja Tuan Rion. Berjalan menghampiri istrinya yang sudah siap duduk di meja makan dan menantinya untuk sarapan, Diar namanya.

“Hmm? Saya yakin penglihatan Tuan benar-benar masih sehat. Jadi tak perlu saya jelaskan apa yang sudah saya masak, ya kan?” jawab Diar santai dengan senyum manis yang menyambut sang suami duduk di sebelahnya.

Baca Juga  Tentang Kehilangan

Lagi-lagi Rion hanya bisa bersabar menghadapi istrinya yang sama sekali tak bisa berbasa-basi sekedar untuk bersikap romantis di pagi hari. Diar yang melihat suaminya menghela napas akhirnya mendekatkan diri pada Rion yang sudah siap dengan garpunya.

Merasa tak mendapat respon darinya membuat Diar semakin mendekatkan tubuhnya hanya untuk mendapat wajah masam dari Rion, dan berakhirlah acaranya menjahili sang suami.

“Haisssh! Berapa sih umur suamiku ini? Masih suka ngambek kayak anak kecil aja. Ya deh ya, Tuan Rion sayangku. Hari ini kamu pulang jam berapa? Nanti malam akan ada pasar malam lo. Mau ke sana?!”

Mendengar tanya dari Diar dengan suara antusiasnya, mau tak mau membuat Rion harus menolehkan kepala yang langsung disuguhi wajah berbinar penuh harap dari Diar yang secara tak langsung membuat seulas senyum di wajah Rion.

***

“Ehmmm kayaknya….aku bakal pulang larut banget deh, jadi kemungkinan gak bisa liat pasar malem, gimana dong Di?” jawab Rion sambil melirik wajah Diar yang langsung berubah murung membangkitkan sisi jailnya. Namun, belum sempat dia menjaili Diar, sebuah kalimat sudah mendahuluinya.

“Yah…padahal pasar malam yang lalu kita udah nggak liat, masa yang sekarang juga enggak. Kan kesempatan, bisa liat anak kecil lari-lari di sana. Maksudku…liat anak-anak main di pasar malam tuh lebih-” ucapan Diar terpotong karena Rion yang tiba-tiba memeluknya dan mengelus punggungnya pelan, “Mas…?”

“Ya sayang. Kita nanti pergi ya, aku pulang awal deh. Aku tadi tuh cuma bercanda,” ucapnya lirih di samping telinga Diar yang tertutupi jilbab. Mendengar itu membuat Diar mau tak mau ikut membalas pelukan Rion dan menenggelamkan wajahnya di dada Rion.

Baca Juga  Bu Ela, si Pengajar Surat Al-Fatihah

”Mas…maaf ya, aku belum bisa berikan mas…”

“Shhhh…udah nggak usah dilanjutin ok? Ini bukan salahmu, kita kan selalu bareng, jadi nggak ada yang salah untuk hal ini, cuma Allah emang belum kasih kepercayaan aja, ok?”

Diar hanya bisa diam dan mengangguk dalam dekapan Rion. Ya, masalah keluarga yang hampir selalu menjadi perbincangan untuk setiap keluarga apabila belum juga memilikinya, yaitu momongan. Sudah genap 6 tahun sejak pernikahan Rion di usia 24. Sampai sekarang mereka belum dikaruniai momongan.

Pergi ke pasar malam adalah salah satu cara Diar untuk melihat anak-anak bermain selain di panti asuhan yang biasa dikunjungi, juga sebagai pengalihan dari rasa sakit ketika dengan tidak tahu perasaan tetangganya mengatakan bahwa dia takkan bisa memiliki momongan.

Mengatakan bahwa lebih baik Rion mencari wanita lain. Sakit, sudah pasti, memangnya siapa yang mau seperti ini. Keluarga yang normal pasti selalu ingin segera memiliki momongan. Melupakan apapun itu yang menyakitkan, Diar melepaskan diri dari pelukan Rion dan mulai memakan sarapan mereka.

***

Malam pun tiba. Sekarang Diar dan Rion sudah berada di pasar malam yang mereka bicarakan, membeli berbagai makanan dan minuman, melakukan apaun yang bisa dilakukan seperti anak-anak muda yang sedang pacaran.

Sampai pada akhirnya mereka hanya duduk di bangku yang ada dan menikmati malam dengan melihat anak-anak yang berlarian tertawa dan bahkan menangis meminta sesuatu pada orang tuanya agar dipenuhi keinginannya.

Senyum tipis sendu muncul di wajah Diar yang tak luput dari penglihatan Rion. Spontan Rion memeluk istrinya itu yang kemudian terdengar isakan lirih dari Diar. Bohong jika dia bilang tidak iri melihat keluarga kecil berkeliaran di depannya, selain itu ada alas an lain kenapa dia menangis.

Baca Juga  Doa untuk Papa

Mungkin seperti saat dia tak sengaja bertemu tetangga bermulut bisa yang lagi-lagi menghinanya saat Rion tak ada .Malam semakin larut, kembang api sebagai puncak acara sudah selesai, dan sekarang Rion dan Diar sudah berada di kamar mereka.

Saling diam utuk beberapa saat, sampai Rion berbalik menghadap Diar dan mengajaknya untuk segera tidur, di mana keesokan harinya mereka diberi kejutan dengan kabar kehamilan Diar yang ternyata usianya sudah 2 minggu, bayi kembar tiga.

***

Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, sekarang usia kandungan Diar sudah 5 bulan tinggal menunggu 4 bulan untuk kelahiran sang buah hati. Saat pemeriksaan rutinnya Diar, seperti biasa mereka akan berangkat bersama masih dengan perasaan bahagia.

Namun semua berubah saat dokter mengatakan bahwa kandungan Diar membahayakan sang ibu. Rion harus memilih antara istri dan anaknya. Karena hampir mustahil untuk selamat ibu dan anaknya saat proses melahirkan, namun sekali lagi, itu hampir. Masih ada kesempatan meski itu hanya 0,1% kemungkinan.

Bersambung

Bagikan
Post a Comment