f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
bebal

Menua Itu Keniscayaan, Bebal Jangan!!

Ada suatu ungkapan yang mengatakan, setiap orang ada masanya dan setiap masa pasti ada orangnya.Namun kadang kala ada saja sebagian manusia yang sudah  berumur, gemar dalam memperbandingkan diri dan zamannya pada situasi yang sama sekali berbeda. Dan ironisnya, merasa bangga akan menjadi bebal itu.

Satu Cerita Bebal

Kebebalan tersebut pernah saya temui ketika tengah menghabiskan makanan di warung yang kecil dan sempit. Tiba-tiba datang seorang pria dengan wajah sangar yang penuh bulu berwarna putih. Kemudian Ia duduk di sebelah saya sambil menghidupkan tembakau yang ada di tangan kirinya.

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi pria paruh baya tersebut menemukan momentum. Ketika seorang pemuda di belakang saya menyinggung salah satu aksi demonstrasi dengan nada yang terlihat mendukung, pria paruh baya ini sontak angkat suara. Hingga keluarlah petuah-petuah membosankan yang penuh dengan romantisme masa lalu, lengkap dengan ekspresi sinis terhadap pergerakan mahasiswa zaman sekarang.

“Itu yang namanya demo? Berapa orang yang ikut aksi tadi? Cuma lima puluh? Zaman saya bisa mobilisasi 400 orang bahkan lebih! Ucapnya dengan rasa yang penuh kebanggaan meskipun tak ada seorangpun yang bertanya.

Aksi zaman sekarang gak ada hasilnya. Percuma kalian bahas-bahas demonstrasi yang lembek begini. Katanya sembari menyalahkan setiap orang yang ada di dalam warung.

Lelaki itu tidak tahu bahwa demo tersebut hanya menghasilkan pertimbangan dari pemerintah untuk mengubah peraturan yang justru merugikan rakyatnya. Mungkin yang lelaki tersebut tahu, hanyalah perasaan lebih dari segala-galanya dari generasi saat ini, dan merasa kisah-kisah yang penuh kesombongannya keberaniannya patut untuk diteladani.

Tentu menemukan orang dengan pemikiran yang bebal tersebut bukan kali pertamanya bagi saya. Nyaris di setiap tempat selalu nyangkut tipe orang yang entah mengapa hobi sekali dalam menggurui. Mungkin ungkapan ‘negeri ini kekurangan guru namun kelebihan orang yang menggurui’ benar relevan pada sikon saat ini.

Baca Juga  Mahasiswa Jangan Mati Gaya
Hindari boleh, Tinggalkan Jangan

Saya lebih memilih menghindari ketika bertemu dengan orang-orang yang maaf, tua plus bebal. Saya tidak menyalahkan umurnya yang tua, yang saya koreksi hanyalah pemikiran bebalnya yang menjadikan sebuah perbincangan berjalan hambar dan tak berkesan. Sebab obrolan sering berjalan satu arah, sehingga menghilangkan hak suatu kebenaran. Sialnya, ketika berada di antara orang-orang tersebut ibarat terjerat di dalam perangkap dan tidak bisa melakukan apa apa. Baiknya duduk dan mentawakkalkan telinga mendengar menjadi sebuah adab.

Berdasarkan dari apa yang sering kita amati bahwa kaum yang tua itu lebih mudah menyalahkan generasi yang lebih muda. Darwin pernah mengatakan bahwa manusia selalu berupaya untuk merefleksikan hal-hal yang pernah dilakukan, kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya.

Seolah-olah kita menghadapi pada stigma bahwa kaum yang lebih tua itu merupakan spesies yang paling berhasil. Jadi, ketika kaum tua melihat anak muda mengambil jalan yang berbeda, ia mendiskriminasi berdasarkan usia. Seperti istilah Ageisme, dimana kaum muda dianggap tidak bisa bijak dalam memilih serta menilai suatu hal. Seolah-olah kaum muda tidak memiliki otoritas dan pemikirannya sendiri.

Entah itu di kampus maupun di lingkungan sekitar, kita sangat mungkin bertemu dengan manusia bebal yang setipe dengan orang-orang tadi. Jika sebuah perbincangan memakan waktu dua jam, maka orang semacam ini akan mengisi satu setengah jam dengan ceramah tentang masa lalunya, tentang kesuksesannya dan semua kebanggaannya.

Saya sering bertemu dengan manusia seperti itu, yang ketika berbincang ia akan menceritakan bagaimana ia di masa lalu menjadi mahasiswa teladan, serta banyaknya masalah dan lika-liku dalam hidup kemudian bisa berhasil. Alih-alih menginspirasi, cerita itu justru membosankan.

Baca Juga  Kiat Menghadapi Kaum yang Suka Termakan Isu Hoaks
Ambil Cerdasnya

Seperti ini teorinya: apapun yang dilakukan oleh anak muda, dianggap salah bagi generasi yang lebih tua. Sebab dalilnya seperti ini: saya lebih dahulu merasakan dunia, maka apapun penilaian saya tentang kalian (generasi muda) itu sudah pasti valid. Apa? Dunia berubah? Persetan dengan itu. Kalau kalian membantah berarti kalian pembangkang. Owh shiit.

Dengan pemikiran bebal semacam itu, jangan tepuk jidad jika ada orang tua yang memaki anaknya karena seharian hanya didepan layar laptop. “Bukannya usaha buat cari kerja biar gak pengangguran, malah main laptop saja dari tadi!” kata si orangtua. Sementara anaknya, sembari mengelus dada, dan tetap menulis untuk ngejar orderan yang bernilai jutaan rupiah yang terpampang di layar laptop tersebut. Bukannya usaha buat cari kerja biar gak pengangguran, malah main laptop saja dari tadi!” kata si orangtua. Sementara anaknya, sembari mengelus dada, dan tetap menulis untuk ngejar orderan yang bernilai jutaan rupiah yang terpampang di layar laptop tersebut.

Karena sudah semestinya esksitensi kaum muda harus diperhatikan. Bukankah banyak CEO perusahaan start-up adalah mereka yang muda? Sebut saja Mark Zuckerberg, saat muda bisa menciptakan Facebook. Iya Facebook, aplikasi yang sering digunakan untuk mengetik kata “Aamiin” di kolom komentar, dengan harapan bisa masuk surga jalur itu. Upss. Menua itu keniscayaan, Bebal jangaaan!!!.

Editor : Iefone Shiflana Habiba

Bagikan
Comments
  • Ardi

    Aku paling benci dengan Baby Boomers semacam ini. Tanpa ia sadari, korupsi dan intoleransi sebenarnya berakar dari mereka juga

    Oktober 29, 2021
Post a Comment