f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
negeri

Keberhasilan Diplomasi dan Ironi Negeri

Sedang ramai dan menjadi perbincangan berbagai kalangan tentang fenomena yang memecah keheningan pemikiran. Pemikiran yang terkungkung akibat berita pandemi Covid-19 yang memasuki babak baru. Pada babak baru ini, Covid-19 kembali menggeliat dengan kemunculan varian terbaru yang berasal dari negeri Mahatma Gandhi atau India.

Ya, fenomena ini adalah hadirnya paket meal dari salah satu produsen makanan cepat saji ternama dari negeri paman sam (Amerika) dengan mengusung tema boyband kenamaan negeri gingseng (Korea) yaitu BTS.

Tulisan ini merupakan tanggapan atas tulisan dari Subhan Setowara dalam rubrik opini Jawa Pos edisi Senin 14 Juni 2021 dengan judul BTS Meal dan Diplomasi Budaya Korea. Penggunaan bahasa yang ringan memudahkan pembaca dalam memahami maksud dalam tulisan tersebut.

Membedah fenomena populer dari sudut pandang politik sebagai bahan edukasi dan muhasabah adalah hal yang sangat menarik. Apresiasi yang tinggi patut untuk diberikan kepada beliau yang juga berprofesi sebagai seorang dosen hubungan internasional (HI) di Universitas Muhammadiyah Malang.

Mengawali tulisan dengan cerita keberhasilan negara Korea menjadi bagian penting dalam politik dan ekonomi global melalui budaya korean pop atau k-pop nya serta menutup tulisanya dengan bagaimana kondisi ideal dari generasi masa kini menjawab tantangan tersebut seharusnya mampu untuk membuat suatu keresahan.

Mengapa harus demikian? Sebab jika ditilisik lebih dalam mengenai keberhasilan diplomasi dari negara Korea melalui budaya pop dan segala kebijakan yang diterapkan terhadapnya ada hal yang harus digaris bawahi.

***

Hal yang dimaksudkan adalah arah daripada diplomasi tersebut. Sebatas hubungan bilateral antar negara atau ada misi yang lainnya? Karena dari arah inilah akan melahirkan efek domino yang luar biasa hebat.

Baca Juga  Cantik Itu Luka?

Tidak dapat dipungkiri memang bahwa penikmat makanan saji yang sangat ikonic tersebut hampir tersebar diseluruh belahan dunia. Disisi lain, BTS Army (sebutan bagi penggemar boyband BTS) dan fanbase boyband atau girlband lain yang berasal negeri Korea pun memiliki jumlah yang sangat banyak; dan tentu saja tak jauh beda dengan penikmat McDonald. Dua hal yang membuat mereka menyandang gelar raja budaya populer, representasi dari belahan bumi barat dan belahan bumi timur.

Kekuatan basis massa yang memiliki potensi melahirkan suatu gerakan baru dalam peradaban dunia. Gerakan ini yang nantinya menjadi global culture. Dengan kekuatan basis massa yang luar biasa, bukan tidak mungkin global culture akan dapat dicapai dengan sangat mudah.

Meskipun global culture ini sering dianggap sebegai sebuah keniscayaan layaknya penggunaan internet dalam kehidupan, alarm peringatan terkait global culture tetap harus dinyalakan. Kenapa demikian? Dampak dari adanya global culture ini adalah penyeragaman terhadap budaya yang berkembang dalam peradaban dunia.

Penghapusan terhadap identitas budaya suatu golongan tertentu menjadi konsekuensi yang harus dibayar berikutnya. Sebab, seperti yang kita ketahui bersama, bahwasanya salah satu fungsi dari budaya adalah identitas dari suatu golongan. Di mana identitas inilah yang menjadi representasi nilai dari suatu bangsa. Ketika semuanya telah seragam maka hilang juga sejarah dan representasi nilai dari golongan tersebut.

Hampir mirip dengan penjajahan, namun dalam kondisi yang demikian ini media dan budaya menjadi pilar penting menggantikan militer dalam melakukan agresi pemikiran.

***

Ada ketakutan, ada juga pengaharapan. Pengharpan akan muncul jika global culture yang terjadi mengarah kepada hal yang positif. Sebagai contoh adalah kampanye melawan rasisme yang terus digaungkan hingga saat ini.

Baca Juga  Bias Gender dalam Algoritma AI

Munculnya tagline black lives matter di berbagai platform media sosial adalah simbol budaya positif dan penghormatan atas suatu golongan. Terlepas dari sebuah penghormatan, toleransi yang dikampanyekan dapat melebihi nilai jual dari dunia industri. Meskipun memiliki nilai yang positif, pengawalan terhadap jalan dari kebudayaan ini tetap harus dilakukan seiring dengan tekanan industrialisasi dan politisasi ekonomi.

Kita Punya Apa?

Keberhasilan negara Korea dalam pembuatan kebijakan tentang budaya sehingga mampu meningkatkan perekonomian negaranya sekaligus menjadi sarana hubungan diplomasi patut kita acungi jempol. Bukan tanpa sebab, hal ini seharusnya sangat susah untuk dicapai.

Mengapa demikian? Pertama, dalam membuat sebuah kebijakan jelas harus dengan berbagai macam pertimbangan. Kedua, berkaitan dengan rekonstruksi pola pikir masyarakat yang harus diselaraskan. Seperti hal nya politik, agitasi dan pencerdasan harus dengan intens dilakukan agar mampu untuk menyatukan pandangan dalam misi yang sama yaitu budaya.

Ketiga, promosi budaya yang dilakukan secara masif. Keberhasilan manusia dalam membuat teknologi komunikasi berhasil di ekplorasi dengan baik oleh pelaku budaya di Korea. Melahirkan konten media dengan sarana membangun paradigma budaya baru dan mendunia.

Tiga hal inilah yang belum kita temui di negeri ini. Kritik tersendiri jika melirik lebih dalam tentang kondisi bangsa kita. Larut dalam polemik penanganan pandemi hingga fanatisme yang mematikan nalar inovasi dan menjadikan generasi muda hanya sebatas konsumen dari budaya lain yang dijual di pasar global.

Lebih daripada itu, sumberdaya budaya yang melimpah di negeri ini gagal di ekplorasi oleh generasi muda kita. Dari Sabang sampai Merauke terdapat ratusan atau bahkan ribuan seni budaya yang tersebar di masing masing daerah. Tari-tarian, kerajinan tangan, lagu dan kesenian daerah, kuliner, sastra dan destinasi yang sarat akan nilai filosofi dan tradisi mengalami penurunan eksistensi.

Baca Juga  Terobosan Baru Milenial di Masa Pandemi

Jikalau boleh berekspektasi, bangsa kita akan jauh meninggalkan bangsa Korea ataupun Amerika sebagai kiblat negara berbudaya. Namun bagaimana yang terjadi? Memilukan memang, tapi itu realitas yang memang ada saat ini. Sudah saatnya peran dari generasi muda ini lebih dioptimalkan lagi.

Ditunjang dengan sumberdaya teknologi yang telah tersedia, pembentukan ruang maya budaya akan sangat mudah untuk dibangun. Ruang dimana seni, budaya dan tradisi terpatri dalam pikiran pemuda bangsa. Membawa peradaban bangsa pada era baru poros budaya dunia. Niscaya bangsa ini akan kembali dipandang sebagai sesuatu yang seksi dimata dunia.

Bagikan
Post a Comment