f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
lalat

Lalat

Salah satu nama hewan yang ada dalam Al Qur’an adalah lalat. Hewan ini disebutkan dua kali dalam satu ayat, yaitu di ayat ke-73 Surat Al Hajj. Berikut bunyi ayat tersebut.

يا أيها الناس ضرب مثل فاستمعوا له إن الذين تدعون من دون الله لن يخلقوا ذبابا ولو اجتمعوا له وإن يسلبهم الذباب شيئا لا يستنقذوه منه ضعف الطالب والمطلوب

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”

Tafsiran ayat ini menurut Tafsir Jalalain adalah,

“(Hai manusia,) yakni penduduk Makkah (telah dibuatkan perumpamaan, maka dengarkanlah oleh kalian perumpamaan itu) yaitu, (Sesungguhnya segala yang kalian seru) kalian sembah (selain Allah) yaitu berhala-berhala (sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun) lafal Dzubaaban adalah isim jenis, yang artinya jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah Dzubaabatun; lafal ini dapat dipakai untuk mudzakkar dan muanats (walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya) untuk membuatnya.

(Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka) apa yang ada pada mereka berupa wewangian dan minyak Za’faron yang dilumurkan kepada berhala-berhala mereka itu (tiadalah mereka dapat menyelamatkan sesuatu itu) dapat merampas kembali sesuatu itu (dari lalat itu) karena mereka tidak mampu, mengapa mereka menyembah selain Allah? Yaitu apa-apa yang mereka anggap sebagai sekutu-sekutu Allah. Ini adalah hal yang aneh sekali, diungkapkan oleh peribahasa dengan ungkapan seperti berikut ini, (“Alangkah lemahnya yang menyeru) yakni yang menyembah (dan alangkah lemahnya pula yang diseru) yakni yang disembah.”

Baca Juga  Berhala
***

Allah Swt. menjadikan lalat, makhluk yang panjang tubuhnya tidak lebih dari dua sentimeter, sebagai sindiran untuk orang-orang yang selama ini menuhankan sesuatu selain Allah Swt.

Allah Swt. menyebutkan bahwa siapa (apa) pun yang manusia tuhankan, tidak akan sanggup menciptakan seekor lalat sekalipun. Meski semua yang mereka tuhankan atau yang mereka sembah itu bersatu, bersama-sama menciptakan lalat. Bahkan Allah Swt. menantang, kalaupun tidak bisa menciptakannya, cukup merebut apa-apa yang telah seekor lalat ambil. Terlihat tantangan yang mudah, bukan?

Dahulu saat orang-orang jahiliah menyembah berhala berupa patung, patung-patung itu mereka lumuri dengan wewangian dan minyak zafron (lihat Tafsir Jalalain). Sering lalat-lalat hinggap di patung-patung tersebut dan mengambil (menghisap) wewangian atau minyak zafron tersebut.

Allah Swt. menantang mereka untuk mengambil kembali sesuatu yang lalat ambil, yang tentu sangat sedikit karena mulutnya sangat kecil. Tapi, sanggupkah mereka merebutnya?

Kita bayangkan lalat mengambil wewangian atau minyak zafron tersebut. Ia akan hinggap di patung kemudian mengambil (menghisap) wewangian dengan mulutnya, kemudian ia telan dan langsung mencernanya. Karena tubuhnya kecil sehingga tidak membutuhkan alat pencernaan yang rumit seperti manusia atau binatang yang besar.

***

Jadi, tantangan yang pertama untuk merebut wewangian atau minyak zafron yang sudah lalat makan adalah membuat alat yang bisa menangkapnya hidup-hidup dengan kecepatan melebihi kecepatan ia saat menelan makanan.

Sekarang kita berandai-andai, katakanlah teknologi sudah canggih, telah ada alat semacam pistol dengan peluru serupa jaring laba-laba yang dapat meluncur dengan cepat, yang dapat mengalahkan kecepatan terbang lalat. Ia pun tertangkap.

Kemudian tantangan yang kedua adalah mengambil makanan di dalam mulut lalat. Maka, memerlukan alat berupa pipet yang sangat kecil, lebih kecil dari lubang mulutnya. Karena menurut rentokil.co.id, lalat hanya bisa mencerna makanan dalam bentuk cair. Ia tidak memiliki gigi, melainkan lidah panjang semacam belalai yang ia gunakan untuk menghisap makanan. Pipet ini juga harus terbuat dari material yang lentur atau elastis, supaya tidak merusak makanan yang akan lalat ambil.

Baca Juga  Banyak Ketimpangan dalam Bahasa Indonesia

Katakanlah alat berupa pipet yang lentur itu berhasil manusia ciptakan. Selanjutnya tantangan yang ketiga, harus ada cara atau alat untuk bisa menggunakan pipet ini saat menghisap makanan di dalam mulut lalat, yang sangat cepat sehingga makanan tidak keburu tercerna dalam tubuh lalat.

Sederhana kelihatannya tantangan Allah Swt. ini. Namun, kita ketahui bersama sampai saat ini belum ada tuh alat seperti yang kita andai-andaikan itu. Sampai saat ini belum ada seorang pun atau sekelompok orang pun yang dapat mengalahkan tantangan Allah Swt. di ayat ke-73 Surat Al Hajj di atas.

Allah Swt. pun sudah memastikan bahwa tidak akan ada yang sanggup menerima tantangan-Nya ini. Allah Swt berfirman di ujung ayat, “…tiadalah mereka dapat merebut kembali dari lalat itu.

Hanya sekadar merebut kembali apa yang lalat ambil saja tidak mampu. Apalagi kalau harus menciptakan lalat.

Allahu Akbar. Mahabesar Allah. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengakui keagunganNya.

*) Urip Widodo

Bagikan
Post a Comment