f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
meminta pertolongan

Mengapa Tidak Meminta Pertolongan?

Seorang anak laki-laki dengan wajah pucat berusia sekitar sembilan tahun dengan tergopoh-gopoh menggendong adik perempuannya yang diperkirakan berusia lima tahun. Saat ini ia sedang berlari menuju klinik kecil yang berada di ujung gang sebuah pemukiman kumuh di pinggiran kota Dallas. Kecemasan tergambar jelas di wajah mungilnya. Ia terus berlari tanpa mengenakan alas kaki, seolah tidak peduli akan kemungkinan banyaknya pecahan kaca yang berserakan di sepanjang jalan.

Kecepatan lari Tom perlahan berkurang seketikanya ia sampai di gerbang klinik yang bercat putih. Dengan segala daya yang masih dimilikinya, Tom berseru sekencang mungkin memanggil Suster Anne. Harapannya ialah Suster Anne belum jauh terlelap dalam tidur, sehingga suara kecilnya akan terdengar.

“Suster Anne,“ Tom berseru.

“Tolong kami Suster,” Tom tak bisa lagi menahan kecemasannya terhadap Lila, sang adik yang tengah meringkuk dalam gendongannya.

“Tom, Lila… Astaga, apa yang terjadi? Tunggu sebentar,“ Suster Anne segera membuka gembok gerbang klinik. Maklum saja, jarum jam sudah mengarah ke angka sebelas dan ini malam hari. Jam buka klinik hanya sampai jam delapan malam.

***

Dengan sigap Suster Anne mengambil alih menggendong Lila dan memindahkannya ke tempat tidur. Tom masih berdiri lemah di pintu masuk, tubuh kecilnya telah melewati perjalanan yang tidak bisa dibilang singkat untuk sampai ke klinik ini.

“Tom. Segera cuci tangan, kaki serta wajahmu, dan ambilkan selimut di lemari dekat kamarku. Lila kedinginan. Ia pasti diterpa angin dingin malam ini saat kau berlari membawanya ke sini,“ Suster Anne mengompres Lila dengan penuh kelembutan.

“Baik Suster Anne,“ Tom segera melakukan permintaan Suster Anne.

Lirih terdengar, Tom juga menggigil kedinginan. Ia berlari tanpa sempat mengenakan mantel lusuhnya karena terlalu panik mengetahui Lila demam tinggi.

Baca Juga  Perempuan Merdeka, Sebuah Pilihan atau Tuntutan

Tom tahu bahwa klinik ini adalah tempat paling aman untuk Lila saat ini. Suster Anne akan merawatnya, sama seperti yang pernah ia terima dulu. Tom tahu hanya Suster Anne yang tidak akan menolak mereka berdua meski kini telah larut malam.

“Minumlah susu cokelat hangat ini Tom. Lila sudah mulai membaik. Demamnya juga telah turun. Tadi ia sempat terbangun mencarimu,“

Sesekali Tom melihat Lila yang terbaring dengan nyaman di kamar rawat klinik.

“Setelah ini giliranmu untuk beristirahat. Tidurlah di kamarku seperti biasa, aku akan tidur bersama Lila malam ini,“ katanya sembari memastikan Tom menghabiskan susu cokelatnya.

“Terima kasih Suster. Kami berhutang budi padamu,“ air mata Tom mulai tak tertahan. Ia mengucapkannya dengan sesekali sesunggukan.

Suster Anne tak menjawab. Ia hanya tersenyum kecil. Hatinya menghangat dan merasa damai. Tom dan Lila adalah perjumpaan yang tak akan pernah disesalinya.

*****

Manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri meski ia mengikrarkan suatu janji bahwa mengemis, memohon pertolongan orang lain tidak akan pernah ditemukan dalam kamus kehidupannya. Oh man, ini bukan tentang bagaimana terlihat rendah atau memalukannya dirimu ketika membutuhkan bantuan dari orang lain.

Bahkan seorang kurir pengantar paket yang terkenal handal dalam mencari alamat sampai ke lubang semut pun, akan membutuhkan bantuan informasi dari orang lain jika ia menemui kesulitan dalam proses pencarian lokasi.

Dan benar, setiap orang pasti membutuhkan orang lain, karenanya menjaga diri dengan orang lain agar hubungan tetap baik adalah tanggung jawab masing-masing orang.

Ketika sedang merancang sesuatu yang akan kita lakukan, tentu tak pernah lepas dari kepercayaan diri bahwa untuk kemungkinan terburuk pun kita telah mempersiapkan beberapa alternatif untuk berjaga-jaga. Segala bentuk kemungkinan jika pada pertengahan pengerjaan proyek, ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana.

Baca Juga  Dari Opini ke Jurnal: Ganti Gigi Format Kepenulisan

Ketika hal buruk menimpa rancangan yang telah dibuat, kita mulai gelisah. Kita akan mulai mencari pembenaran, kadang lari dari masalah sekadar untuk menenangkan diri dan mulai menggantungkan harapan bahwa masalah yang terjadi akan segera berlalu dalam semalam.

Masalah demi masalah yang tanpa sadar terlalu sering kita ingkari keberadaannya, hingga merasa mereka telah berlalu namun sebenarnya tidak. Mereka tidak selesai, tidak pernah. Tumpukan masalah itu sedang terkubur di dalam sumur dan hanya menunggu waktu sampai tumpukannya penuh, tak lagi dapat tertampung.

Dan ketika ini semua terjadi, kita masih sering kali bertahan pada opini-opini alternatif yang dibangun sendiri. Itulah ego yang salah. Sesungguhnya anggapan bahwa kita mampu menyelesaikannya dengan kemampuan dan sudut pandang yang berasal hanya dari kita. Tak perlu orang lain untuk menolong, karena ini hanyalah masalah biasa.

*****

Siapa bilang kita butuh pertolongan?

Kita adalah orang tersebut.

Kitalah yang harus meminta pertolongan di saat tak ada lagi yang dapat kita perbuat jika masih bersikeras dengan ego bahwa segalanya bisa diselesaikan seorang diri.

Ada suatu masa di mana kita tidak lagi bisa bertahan pada keegoisan diri dengan mengingkari kenyataan dan malu dengan keadaan.

Sulitkah untuk sampai pada pengakuan bahwa diri kita memerlukan pertolongan?

Ya, sesulit itu untuk mengakui bahwa kita perlu pertolongan orang lain. Serumit itu untuk mengatakan “Dapatkah anda menolongku?“, “Aku butuh pertolonganmu,“ .

Terlalu sulit untuk mengaku secara terbuka bahwa kita sudah tidak bisa menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi seorang diri. Tolong dicatat ya, seorang diri. Dengan segala opini dan sudut pandang sendiri.

Harga diri taruhannya. Masa iya orang lain harus tahu bahwa kita tak sehebat apa yang kita umbar di medsos, tentang betapa suksesnya kita menaklukkan segala tantangan dalam berbisnis. Gengsi ahh.

Baca Juga  Kesederhanaan, Jalan Menuju Kebahagiaan

Seperti menyentil kebiasaan ‘Show Off’ kita ya. Hahaha.

Sulit bukan berarti tidak bisa kan?

Tidak ada yang begitu mudah di awal sebuah pengakuan. Sama seperti ketika Tom berlari membawa Lila menuju klinik milik Suster Anne. Kali itu ia berlari tanpa ada lagi perasaan malu dan khawatir ditolak saat meminta pertolongan. Tom juga memiliki keraguan di awal saat ia mencobanya. Ia khawatir pada rasa malunya terhadap penolakan.

Apa yang kita hadapi sebagai orang dewasa mungkin akan berbeda dengan apa yang dihadapi Tom sebagai seorang anak kecil. Namun, keputusan beraninya untuk meminta pertolongan seperti menegur kita yang bertubuh dewasa ini untuk menurunkan sedikit kadar ego dan mau menerima bantuan dari orang lain.

Cobalah untuk membuka diri dan hati terhadap pertolongan orang lain. Tentu saja bukan yang berasal dari sembarang sumber. Pergunakan telinga dan hati untuk memilahnya.

Kenapa harus mengucapkan permintaan tolong?

Karena orang lain bukanlah peramal atau seorang ahli tebak-tebakan yang bisa menduga-duga keadaanmu yang mungkin memang sedang kesulitan dan perlu pertolongan. Mereka tidak akan datang tiba-tiba dan menawarimu sebuah bantuan persis seperti yang kau butuhkan.

Minta tolong bukan berarti kamu lemah kok.

Bagikan
Post a Comment