f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
tauhid sosial

Pendidikan Berkarakter Pancasila dan Generasi Masa Depan

Pendidikan adalah alat untuk mermpertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan dan memperhalus perasaan. Sejatinya seperti itulah tujuan pendidikan yang diungkapkan tokoh revolusi fenomenal Tan Malaka. Sejalan dengan itu, sang fajar dari Afrika Selatan Nelson Mandela pun dengan tegas mengatakan “education is the most powerfull can you use to change the world”.

Begitu dahsyatnya makna pendidikan bagi segenap manusia di dunia ini. Sebab dengan pendidikan kita dibekali dengan pengetahuan, mencapai puncak kemuliaan sebagai insan yang utuh.

Pendidikan pulalah yang telah mendombrak gerbang kejumudan, menjernihkan keruhnya alam pikiran, menyinari kegelapan ilmu pengetahuan dan mengantarkan pada jalan kemuliaan. Dengan pendidikan manusia akan mencapai derajat yang tinggi, pendidikan merupakan jembatan kebenaran. Manusia tidak akan pernah sampai pada puncak kejayaan apabila pada dirinya tidak melekat cahaya pengetahuan.

Merupakan suatu penghinaan terhadap pengetahuan apabila manusia tidak menempuh pendidikan, sebagai metode memperoleh pengetahuan. Sesungguhnya, manusia berpengetahuan adalah mereka yang menghormati serta memuliakan pengetahuan.

Perihal urgensi pendidikan dan pengetahuan, Rene Descartes (filsuf dan matematikawan asal Prancis) sampai meragukan keberadaan dirinya apabila tidak berpikir (berpengetahuan). Kredo kharismatiknya “cogito ergo sum”, sebenarnya ingin menunjukan pentingnya berpengetahuan. Sebagaimana tujuan pendidikan sebagai jembatan memperoleh pengetahuan, pikiran dasar Descartes tentang “cogito ergo sum” mengajak kembali pada fungsi pendidikan yakni berpikir (berpengetahuan). 

Pendidikan yang maju ialah ketika mampu mendidik manusia menjadi manusia seutuhnya. Bermanfaat bagi manusia lain, mengoptimalkan potensi akal serta menumpas segala kemungkaran merupakan potret manusia yang sempurna (utuh). Kemudian mengantarkan manusia pada sifat kemanusiaan adalah tanggung jawab penting pendidikan.

Pendidikan Berkarakter Pancasila

Pancasila sebagai way of life bermakna falsafah, sandaran, pegangan, rumusan dan cita-cita hidup. Hal ini bermaksud untuk menunjukan universalitas Pancasila. Di samping itu, sifat tersebut ingin menegaskan bahwa segala aktivitas dalam kehidupan diatur oleh Pancasila. Kehidupan yang begitu kompleks dan pluralisme berbangsa dan bernegara dijawab oleh Pancasila agar berserah diri pada ketuhanan serta seruan merawat persatuan.

Baca Juga  Tadarus Emansipasi Wanita: Dalam Ranah Kampus, Apa yang Harus Perempuan Suarakan?

Mencita-citakan pendidikan Indonesia yang menanamkan/menjiwai kandungan nilai-nilai Pancasila merupakan tujuan mulia. Pancasila juga telah mengajarkan arti hidup, baik itu perihal keyakinan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan permusyawaratan, serta keadilan. Hal-hal tersebut sudah cukup beralasan kenapa kita hidup berkiblat pada Pancasila.

Tidak ketinggalan, pendidikan pun harus mencerminkan keluhuran ruh Pancasila. Ini bermaksud mentransformasikan nilai/kandungan Pancasila dalam proses belajar mengajar, termasuk didalamnya perancangan kurikulum pendidikan. Dunia pendidikan sudah saatnya berkiblat langsung pada apa yang diajarkan dalam Pancasila itu sendiri. Bila perlu para pengajar dan peserta didik melakukan serangkaian aktivitas kritis guna berkontemplasi secara mendalam. menjiwai ruh Pancasila.

Sebagaimana penulis sebutkan di atas, mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Maka hal ini juga berkonsekuensi logis dengan keharusan membentuk suatu pola pendidikan berbasiskan Pancasila.

Pendidikan yang Mencerminkan Keluhuran Pancasila

Pertama, pendidikan yang mengarahkan pada pemurnian keyakinan kepada Tuhan. Artinya, selain bertujuan mentransformasikan pengetahuan, pendidikan juga berfungsi meneguhkan identitas keagamaan serta memperkokoh aqidah. Pancasila mengakomodir keragaman keyakinan dengan mencetus satu argumentasi tunggal guna menyatukan berbagai macam keragaman pahaman keagamaan tersebut. Pendidikan yang berketuhanan berusaha menjembatani para peserta didik agar senantiasa patuh pada keyakinanya masing-masing.

Kedua, pendidikan dengan spirit kemanusiaan. Perhatian Pancasila terhadap humanisme pun tak luput. Kemanusiaan perspektif pancasila mengusahakan terbentuknya generasi tangguh yang berkeadaban. Berkeadaban dalam pengertian generasi yang tidak melupakan nilai luhur, moral serta etika warisan leluhur bangsa sendiri. Pada akhirnya peradaban pun ikut terbentuk.

Ketiga,pendidikan bersimpul persatuan. Pendidikan menjadi titik temu keanekaragaman. Pembentukan generasi tangguh berkarakter Pancasila, disatukan dalam konsep pemikiran yang sama. Generasi tangguh memiliki konstruksi pemikiran yang tidak terpecah belah. Penting untuk menggalakkan kolaborasi guna mewujudkan prestasi generasi tangguh. Pancasila menjadi insiator perdamaian dan persatuan.

Baca Juga  Ketika Perempuan Memilih: S2, Menikah atau Karir Dulu?

Keempat, pendidikan berbasis kerakyatan dan permusyawaratan. Pada poin ini, fungsi pendidikan adalah menjadi pengarah/penunjuk jalan sehingga outputnya nanti mampu menghasilkan generasi penerus yang memiliki sifat merakyat, merumuskan segala keputusan lewat jalan musyawarah. Perihal musyawarah merupakan ruhnya demokrasi. Keberhasilan sebuah negara ketika program yang akan dijalankan dimulai dari keputusan bersama (musyawarah).

Kelima, pendidikan yang menanamkan keadilan. Pada setiap generasi tangguh penerus bangsa harus tertanam perihal keadilan secara kuat. Keadilan menjadi cermin kehidupan yang memiliki peradaban tinggi. Dengan keadilan seseorang mendapat apresiasi tinggi juga tertimpa cercaan. Generasi tangguh adalah mereka yang senantiasa mengkampanyekan keadilan, menolak tegas praktek penindasan, meneguhkan keberpihakan pada yang termaginalkan.

***

Generasi tangguh berkarakter Pancasila akan terwujud apabila nilai-nilai keluhurannya benar-benar ditanamkan secara utuh dalam dunia pendidikan. Tujuan pendidikan untuk membentuk manusia utuh tentunya memiliki kecenderungan sebagai pembeda dengan yang lain. Internalisasi nilai-nilai tersebut bisa dilakukan oleh para pengajar secara disiplin.

Sebagaiman kita ketahui bahwa keluhuran Pancasila sudah idealnya dikenalkan kepada para generasi bangsa sejak dini. Diajarkan sejak kecil, terbiasa kala dewasa dan mengakar kala tua. Ketika sudah menyatu dengan jiwa, apapun takkan bisa memudarkan nilainya dalam kehidupan.

Kehidupan bermasyarakat adalah tempat menempuh pendidikan sesungguhnya. Kompleksitas masalah dan sikap masyarakat yang heterogen menjadi penantang apakah muatan nilainya mampu menjawab itu semua. Dalam hidup bermasyarakat sering ditemui hal-hal yang bertolak belakang dengan cita-cita pancasila. Para generasi tangguh berkarakter Pancasila menjadi tumpuan harapan, menjelma pencerah ditengah kegelapan kehidupan.

Maka generasi tangguh harus mencerminkan kemurnian Pancasila sebagai falsafah hidup. Praktek nyata dalam bertingkah laku sebagaimana ajaran nilai Pancasila, adalah bagian dari membumikan Pancasila.

Bagikan
Post a Comment