Site icon Inspirasi Muslimah

Tantangan Ibu Pekerja dengan Anak Berkebutuhan Khusus

ibu pekerja anak berkebutuhan

Ada cerita menarik di tahun 2007, saat itu saya sedang melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa Dawar Blandong, Mojokerto. Di sana saya dan kelompok kerja saya tinggal di rumah seorang ibu bidan. Bidan yang baik hati sekali. Segala kebutuhan kami tercukupi. Benar-benar seperti rumah sendiri. Beliau juga tidak segan membantu kami dalam menjalankan tugas—tugas kami.

Suatu sore saat asik duduk-duduk di teras depan, aku melihat ada dua anak bu bidan yang sedang bermain di teras juga. Ada satu pengasuh perempuan ikut menemani. Satu perempuan usianya sekitar 4 atau 5 tahun, sedangkan kakaknya lelaki usianya sekitar 7 atau 8 tahun.

Tapi ada yang berbeda di sini, kakak laki-laki ini selalu meneteskan air liur. Di tangannya sudah tersedia tisu. Sesekali aku mendengar adik dan ibu pengasuh menyuruh kakak untuk mengusap air liurnya. Kakak dengan senang hati melakukannya, kakak tampak senang dengan perhatian adik dan pengasuhnya. Aku ikut bermain dengan mereka, adik memainkan bola bekel. Dan kakak juga melihat kami bermain.

Tak lama kemudian ibu bidan keluar dan ikut bersantai dengan kami. Bu bidan berkata begini seingatku, “ Yah beginilah mbak, ini anak saya berkebutuhan khusus, dia anak special mbak,”. Aku hanya mengangguk dan mendengarkan cerita bu bidan dengan seksama. Aku bisa melihat ketegaran dan kesabaran bu bidan dalam merawat anak specialnya, tanpa membeda-bedakan dengan anaknya yang lain. Mereka mendapatkan kasih sayang yang sama.

Dukungan yang Baik dari Lingkungan Sekitar

Mengasuh anak memiliki tantangan tersendiri bagi setiap orang tua, termasuk orang tua dengan anak yang berkebutuhan khusus. Anak special hadiah terindah dari Tuhan, memiliki gejolak batin tersendiri. Banyak emosi negatif yang akan muncul, dan bisa datang bersamaan. Marah, sedih, kecewa, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain atau bahkan  menyalahkan lingkungan. Orang tua harus bisa berdamai dengan semua perasaan yang muncul. Harus dilakukan dengan cepat agar si anak tidak merasa diabaikan terlalu lama.

Membutuhkan dukungan yang tinggi dari orang sekitar. Baik dari pasangan, orang tua, mertua, keluarga juga dari lingkungan sekitar.an mendekat. Ketika kakak sudah bisa merasa nyaman dengan kehadiran ibunya, ibu bidan kemudian mengelus kepala kemudian memeluknya. Dan menanyakan apa yang kakak inginkan. Situasi bisa kembali tenang, dan kakak bisa melakukan aktifitasnya lagi.

Perawatan anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang istimewa. Seorang ibu pekerja harus bisa mengatur waktunya, mempersiapkan menu makanan, sampai menyiapkan mainan. Juga harus menyiapkan mainan yang bisa membantu meningkatkan sensori dan motorik anak. Menu makanan dan jenis mainan lebih baik setelah mencari informasi yang terkait dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Bisa mencari di google atau konsultasi dengan ahlinya.

Pentingnya peran orang di sekitar termasuk dari rekan sejawat di lingkungan kerja. Karena kadang kala ibu pekerja ini mempunyai jadwal khusus untuk anaknya. Perhatikan jadwal kontrol dokter dan terapi. Sangat disayangkan jika tidak mendapat dukungan dan pengertian dari lingkungan kerja. Karena akan mempengaruhi tahapan perkembangan seorang anak special need.

Kesulitan yang Harus Dihadapi

Sebuah tantangan bagi seorang ibu yang memutuskan masih bekerja di tengah kondisi memiliki anak yang berkebutuhan khusus. Pertama, kesulitan berbagi. Kesulitan membagi waktu, membagi kasih sayang juga membagi jadwal rumah dan kantor. Namun itu akan sangat mudah dilakukan jika ibu pekerja memiliki lingkungan yang bisa memahami keberadaan special need kid ini. Terciptanya lingkungan yang ramah ABK akan membuat si anak tidak merasa bahwa ia sedang dikucilkan. Atau bagi sang ibu, ia bisa beraktifitas seperti yang lain.

Membagi jadwal kerja dan di rumah sangat membutuhkan perhatian khusus. Seorang ibu pekerja harus bisa mencatat semua hal yang harus dilakukan ketika meninggalkan si anak. Jadwal makan dan menu sangat harus diperhatikan. Karena asupan gizi harus bisa disesuaikan, kalau bisa diusahakan jadwal dan menu makan merupakan hasil konseling dari gizi. Di rumah, ketika ibu sedang bekerja, harus bisa memantau apa semua kegiatan anak. Permainan apa, jam tidur apakah terpenuhi atau tidak. Dari sini kita bisa melihat peran semua lapisan sangat penting.

Kedua, memilih pendidikan anak. Ada sekolah khusus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan si anak. Tenaga pengajar juga khusus, meski sekarang sudah banyak sekolah negeri yang mewajibkan untuk menerima anak berkebutuhan khusus (sekolah inklusi). Ibu pekerja juga harus memperhatikan perkembangan anak dan apakah sekolah bisa membuat lebih baik. Jika memang memerlukan homeschooling, itu bisa jadi pilihan.

Ketiga, saat ingin mengajak anak jalan-jalan, meskipun hanya menikmati pasar malam. Kalau ini tidak hanya untuk ibu pekerja, hal ini akan terjadi pada semua ibu atau orang tua yang memiliki special need kid. Membawa ABK untuk sekdar jalan-jalan, ada banyak hal yang harus dilakukan, mulai dari kondisi jalan, cuaca, lokasi serta menu makanannya. Tidak jarang menemui beberapa kesulitan, karena masih banyak rumah makan atau tempat wisata yang tidak ramah dengan kondisi ABK. Jika seorang ibu pekerjam dia harus benar-benar bisa membagi waktu luang untuk bisa menemani anak jalan-jalan.

Karena peran dari semua pihak sangat penting, maka perlu kesadaran akan keberadaan special need kid di sekitar kita. Membuat nyaman seorang ibu yang memiliki ABK, ketika dia bekerja maka mudahkan dia dalam mengatur jadwal. Memberinya waktu luang hanya untuk sekedar beristirahat. Karena percayalah, mereka lebih capek daripada yang terlihat. Semoga dengan ini semakin banyak yang bisa membuka mata akan keberadaan ABK di sekitar, dan jika bertemu dengan salah satunya. Berikanlah pelukan pada ibunya, dia benar-benar membutuhkan.

Bagikan
Exit mobile version