Site icon Inspirasi Muslimah

Perundungan Sesama Anak Kecil yang Dianggap Masalah Sepele, Kenapa?

perundungan

Semua berawal dari video kejadian seorang siswa di SMP daerah cilacap  yang menjadi korban perundungan oleh temannya, hanya karena korban tersebut bergabung dengan kelompok lain atau circle lain.

Korban disiksa, dipukul, diseret, ditampar, dan juga ditertawakan, namun korban tidak melawan dan pasrah. Setelah video tersebut viral, pelaku diamankan oleh Polres Cilacap. Mengingatkan kondisi saya yang juga pernah menjadi korban perundungan di saat umur masih kecil dan hanya tahu bermain.

Masa kecil adalah masa untuk mencoba hal baru yang seharusnya dipenuhi dengan canda dan tawa. Masa yang masih memerlukan cinta kasih dari orang tua dan orang lain serta perlu perhatian lebih dari orang tua.

Lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Apabila anak tumbuh di lingkungan yang sehat tentu akan mendukung untuk tumbuh menjadi orang yang baik dan juga apabila anak tumbuh di lingkungan yang buruk akan menjadi pengganggu tumbuh kembang anak.

Kebahagiaan pasti menjadi keinginan semua orang di saat mencoba hal baru, namun hal itu tidak terjadi pada diri saya. Kondisi saya cukup berbeda dengan orang lain. Saat saya berusia 5 tahun yaitu saat yang seharusnya bersenang-senang namun saya malah mendapatkan kenyataan pahit. Begitu pahitnya hingga terlihat jelas bayangan kejadian saat itu di pikiran saya.

Menjadi yang paling muda adalah sebuah mangsa empuk untuk dijadikan bahan perundungan oleh teman-teman saya. Setiap hari tidak pernah lepas dari gangguan mereka, Hingga sekolah seperti tempat siksaan bagi saya. Kejadian yang paling kejam saat mereka memojokkan saya di sela-sela lemari dengan tembok yang membuat saya sangat kesulitan bernafas dan dengan kondisi tubuh yang kecil serta sakit-sakitan.

Saya menangis dengan sangat kencang untuk mendapatkan perhatian dari guru. Mereka selalu mengancam saya saat ingin melaporkan perilaku mereka ke guru, namun saat saya melaporkan mereka memutar balikan fakta. Dan yang membuat saya terkejut guru mempercayai perkataan bohong mereka.

Perundungan tidak berhenti di situ saja, terjadi pemalakan jika saya membawa sesuatu ke sekolah. Saat itu saya membawa sebuah jam tangan dan mereka menyadari ada sesuatu yang baru. Di situlah terjadi perebutan barang yang jelas-jelas milik saya. Barang itu terjatuh dan rusak.

Ketika sampai rumah kedua orang tua saya menanyakan kenapa jam yang baru itu sudah rusak. Namun saya tidak jujur karena saya takut jika kedua orang tuaku takut jam itu rusak karena saya dan karena itu saya pasti akan dimarahi.

Setiap pelajaran pasti guru akan menjelaskan materi di depan kelas dan menulisnya di papan tulis tetapi salah satu di antara mereka menyuruh saya untuk menuliskan. Jika saya menolak maka saat itu juga saya akan tidak dianggap teman.

Kejadian itu terus berlanjut hingga saya menginjak kelas 2 MI. Saat itu saya sudah lelah untuk melaporkan hal tersebut ke guru dan orang tua karena reaksi mereka mengira jika itu semua hanyalah lelucon yang saya karang sendiri.

Sedih rasanya ketika seorang guru dan orang tua yang saya andalkan tidak mempercayai perkataan saya. Kenapa mereka menganggap sepele masalah itu? Padahal jelas-jelas perundungan itu sangat mengganggu kondisi saya.

Anak kecil yang memiliki pikiran untuk membully temannya. Apakah masih pantas dianggap sebagai anak kecil yang masih polos dan lugu? Karakter seorang anak kecil dibangun dengan mereka mencontoh sikap yang mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri.

Bertahun-tahun saya mengalami trauma, sehingga saya tidak lagi bersosialisasi dengan orang lain. Saya tidak pernah bermain dengan teman jangankan bermain berbicara saja tidak pernah, karena saya takut jika saya melakukan hal yang salah akan dipermalukan oleh teman-teman saya.

Sedalam itulah rasa takut saya, memedulikan pandangan orang lain ke saya adalah sebuah penyakit yang mengakar di pikiran saya. Tahun-tahun berlalu dan akhirnya saya berusaha melawan mereka, menjadi sedikit lebih agresif supaya tidak dianggap lemah adalah salah satu cara saya untuk bertahan.

Akhirnya mereka sudah tidak lagi membully saya tetapi mereka beralih untuk mengucilkan saya. Lalu apa bedanya dengan kondisi sebelumnya? di kondisi ini saya lebih nyaman karena saya tidak lagi diganggu oleh mereka.

Kenangan pahit di masa lalu yang sangat jelas tersebut telah mengganggu kesehatan mental saya, mengganggu perkembangan otak saya, dan mengacaukan perkembangan saya yang seharusnya bisa menjadi berprestasi namun hanya menjadi seorang anak kecil yang pesimis.

Kejadian itu membentuk karakter pribadi saya yang tidak suka bergaul dengan orang lain, tidak suka bermain saat muda, menjadi seorang yang egois dalam artian keras kepala, dan menjadi orang yang pendendam.

Memang benar hal ini tidaklah hal yang bagus. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seseorang yang manipulatif dan menutup kenangan pahit yang sudah terjadi di masa lalu. Manipulatif bukan berarti untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan saya sendiri, namun untuk menutupi kelemahan yang ada di diri saya.

Semua sudah berlalu hingga pada akhirnya saya bangkit untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi, saya berusaha semaksimal mungkin hingga akhirnya saya berhasil untuk berkuliah di Universitas Sebelas Maret pada program studi Pendidikan Kimia.

Dalam hati kecil saya berusaha untuk berdamai dengan masa lalu dan menjadikan kenangan pahit itu sebagai motivasi hidup. Karena hidup tidak akan berhenti tetapi akan terus berputar sesuai dengan hukum alam.

Saya berharap orang tua sekarang lebih memperhatikan bagaimana pergaulan anak-anak mereka, karena pergaulan itu sangat berpengaruh terhadap kondisi mental seorang anak sebelum semuanya sudah terlanjur.

Bagikan
Exit mobile version