Site icon Inspirasi Muslimah

Kenapa Perempuan Harus Memilih ?

perempuan

Menjadi perempuan bukanlah sesuatu yang mudah. Apapun yang perempuan lakukan pastinya akan meninmbulkan beberapa pendapat; baik itu setuju dengan apa yang dilakukannya atau bisa saja menentang dengan apa yang dilakukan perempuan itu. Seperti halnya sering kali kita sebagai perempuan ditanya “Setelah menikah mau bekerja atau jadi ibu rumah tangga?“ seolah-olah kita harus memilih sesuatu dan mengorbankan yang lainnya.

Pilihan bekerja nantinya akan dilihat sebagai pilihan yang bisa dikatakan pilihan yang melawan “ Kodrat “ kita sebagai perempuan. Karena nantinya pasti banyak pertanyaan yang timbul baik itu dari keluarga atau lingkungan sekitar kita nanti. “ Jenenge wong wedok kui yo neng omah, resik-resik, ngurus bojo, mbi ngurus anak. ” Itu yang sering kita dengarkan apalagi bagi perempuan Jawa. Sebagai perempuan sekarang, terdengarnya sih lucu karena pemikiran itu adalah pemikiran yang sangat lawas, padahal kita sudah di masa modern seperti ini.

Sementara pilihan sebagai ibu rumah tangga akan membuat kita dinilai mengorbankan bakat yang di punya. Itulah dilema dan kehakiman yang mungkin tidak pernah didapatkan oleh seorang laki- laki. Betul kan?  kapan sih kita menemukan seorang laki-laki ditanya, “Mau jadi Ayah yang baik atau mau berkarier? “ pastinya tidak ada kan.

Pendidikan Tinggi

Saya sendiri sebagai mahasiswa pernah mendapatkan suatu pertanyaan dari seseorang; “ Kenapa sekolah tinggi-tinggi, tetapi pada akhirnya nanti bakal jadi ibu rumah tangga juga? Kadang saya sendiri meresa gemas dengan pertanyaan seperti itu meskipun bisa dikatakan juga bahwa usia saya saat ini masih jauh dari kata menikah. “ Apa coba maksdunya pertanyaan seperti itu ”, begitulah gumamku di dalam hati.

Bagiku, sekolah tinggi tidak akan pernah rugi. Kenapa saya bisa mengatakan seperti itu, karena semakin tinggi seseorang itu bersekolah pola pikirnya akan berbeda dengan seseorang yang memutuskan untuk tamat SMA aja misalnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan kita,  kita di sana bukan hanya diajarkan mengenai materi tentang jurusan yang kita ambil, melainkan kita diajari cara berpikir kita mekipun itu dilakukan dengan tersirat. Selain itu kita juga diajarkan melihat dunia dari segala sisi. Jadi apa salahnya seorang saya untuk tetap bersekolah tinggi; meskipun kita nanti belum tahu mau jadi ibu rumah tangga atau jadi “perempuan karier “ itulah sebutan perempuan yang memilih untuk bekerja.

Cara-cara pandang dunia seperti itulah yang membuat perempuan harus bertimbang lebih banyak saat harus mengambil pilihan. Kadang kita perempuan harus memikirkan “ Kalo aku memilih ini, pantas nggak ya? nanti jadi perbincangan orang tidak ya? “ kalimat-kalimat itulah yang kadang sering perempuan tanyakan pada dirinya sendiri. Sehingga kadang mau memaksimalkan bakat yang kita punya jadi ragu atau bahkan tidak jadi.

Harus Memilih

Kenapa sih perempuan diharuskan memilih? bukan kah kita bisa mendapatkan keduanya? Pertanyaan itu sejak awal menempatkan posisi perempuan seola-olah tak berdaya.

Dari hal-hal macam itu, perlu sekali kita tekankan pada masyarakat atau semua orang bahwa “ Perempuan Itu Multi Peran “. Kok bisa sih dikatakan sebagai multi peran ? hal ini karena semua itu hadir dengan tuntutan, saat di rumah kita bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik yang menjalankan segala  sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita, saat tugas kita sebagai ibu, kita juga bisa bekerja sebagai pengurus komite sekolah karena kepedualian kita kepada sekolah anak kita nanti. Berbeda lagi saat kita di kantor, nantinya kita bisa memaksimalkan pekerjaan kita. Beda lagi pula saat kita aktif dikegiatan PKK. Dari situ, perempuan bisa dikatakan perempuan-perempuan di Indonesia itu aktif bekerja dalam berbagai variasi.

Namun, dukungan yang diberikan baik dari lingkungan perempuan itu sendiri, dari keluarga, bahkan dari instasi bekerja sangatlah kurang. Kadang bisa berupa kekhawatiran terhadap kita karena kita seorang perempuan, nanti kalau kecapean kerja terus lupa sama tanggung jawabnya gimana dan lain sebagainya.

Merdeka

Kita harus bisa memecahkan pendapat-pendapat yang buruk mengenai perempuan. Kita harus bisa membuktikan bahwa ketika menjadi seorang yang berkarier di kantor, kita akan tetap maksimal juga ketika menjadi seorang ibu rumah tangga di rumah. Karena ketika bekerja, kita sebagai perempuan tidak cuma untuk mendapatkan uang, tetapi kita bisa mengembangkan potensi yang kita miliki. Dari situ kita juga tidak hanya mendukung perekonomian negara kita, tetapi juga melaksanakan hak asasi yang melekat pada diri kita.

Percayalah, ketika setiap perempuan memiliki dosis kemerdekaan untuk berbuat; melakukan segala sesuatu tanpa dilandasi kekhawatiran dari orang lain, bertindak, dan berkarya maka dunia akan merasakan perubahan yang benar-benar nyata dan dunia akan menjadi lebih baik.

Bagikan
Exit mobile version