f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.

Perempuan “Penerus Tonggak Perjuangan”

Satu-satunya istri Rasulullah yang sangat membuat Sayyidah Aisyah cemburu berat adalah Sayyidah Khadijah. Rasulullah begitu menyayangi Khadijah. Sering kali Rasulullah mengucapkan nama Khadijah di depan istri-istrinya yang lain. Khadijah binti Khuwailid, satu-satunya orang yang beriman ketika tidak seorangpun mengimani kerasulan Rasulullah. Bahkan Sayyidah Khadijah yang meyakinkan bahwa wahyu yang pertama kali Rasulullah terima adalah benar adanya.

Wajar jika Rasulullah pernah menyatakan keistimewaan Sayyidah Khadijah mengingat Sayyidah Khadijah adalah orang pertama yang mengimani kerasulan beliau. Kedermawanan Sayyidah Khadijah dalam menginfakkan hartanya untuk kepentingan Islam yang kala itu masih jauh dari kejayaan. Dan dari Sayyidah Khadijah lah Rasulullah mempunyai keturunan.

Kemudian, ketika Islam mulai menguasai haramain Sayyidah Aisyah menjadi satu-satunya perempuan yang menjadi rujukan hukum pada masa itu. Tak jarang Sayyidah Aisyah menjadi media transfer keilmuan antara Rasulullah dan para sahabat perempuan. Aisyah binti Abu Bakar adalah sosok yang cerdas dan sangat mencintai ilmu. Sayyidah Aisyah bahkan termasuk salah satu perawi yang banyak meriwayatkan hadits.

***

Sayyidah Khadijah dan Sayyidah Aisyah merupakan potret perempuan hebat yang telibat dalam kemajuan peradaban Islam; yang dalam setiap masanya selalu terlibat langsung dan berperan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Peran perempuan berbeda dalam setiap zaman sesuai tantangannya. Namun perempuan akan terlibat mengukir sejarah manabila dapat berperan aktif menaklukkan tantangan tersebut. Maka dia akan mengukir sejarah yang akan selalu terkenang.

Pada masa pra kemerdekaan, perempuan Indonesia ditantang untuk berperang semampu dan sebisa mereka. Sebut saja Cut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang, H. Rasuna Said, hingga Dewi Sartika yang tidak gentar ikut berperang melawan kolonial. Selanjutnya, di masa-masa tahun kemerdekaan, peran dan tantangan perempuan pun bergerser. Kemerdekaan telah memberikan ruang dan tempat bagi perempuan untuk berperan aktif dalam ruang-ruang publik. Tetapi, pandangan perempuan jangan sampai berubah dari peran-peran domestik ke peran-peran publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan mengambil keputusan-keputusan penting lainnya.

Baca Juga  Tren Kebangkitan Kaum Wanita Islam Abad Dua Puluh
***

Peran perempuan di ruang domestik dan ruang publik sama pentingnya, karena keduanya bisa saling komplementer. Seorang perempuan karir berperan dengan tulus menyiapkan sarana pendidikan untuk anak bangsa. Sedangkan ibu rumah tangga yang setiap hari menjadi sekolah pertama dan pendukung yang terlibat langsung dalam usaha memajukan pendidikan anak bangsa. Negara akan relatif stabil keamanan dan kemakmurannya jika dihuni oleh keluarga-keluarga yang memiliki kualitas hidup yang baik.

Terlepas dari apapun profesi, jabatan, dan status sosial yang di sandang. Perempuan tidak akan pernah lepas dari tiga peran dalam kehidupan. Ketiga peran tersebut ialah sebagai anak, istri, dan ibu. Mulai dari ketiga peran mendasar itulah yang minimal harus dimainkannya dengan baik, sempurna dan konsisten. Setelah itu barulah melangkah kepada ruang yang lebih luas dan terbuka.

Perempuan adalah tiang negara. Apa yang bisa mereka lakukan untuk menjadi tiang negara? Ungkapan tersebut mempertegas andil besar perempuan yang sangat menentukan dalam proses pembangunan, kemajuan dan ketahanan negara. Hal itu karena selain jumlah kaum perempuan relatif lebih banyak daripada kaum laki-laki, setiap generasi bangsa juga tumbuh pertama kali dari buaian seorang perempuan. Untuk itu perempuan harus memiliki kesadaran akan hal tersebut dan memantaskan dirisebagai tiang negara. Tentu juga sebagai penerus estafet bangsa. Bukan persoalan apakah tiang itu berada di rumah ataukah di emperan, tersembunyi ataukah terlihat, itu hanya soal kecenderungan masing-masing yang relatif.

***

Persoalan utamanya adalah sejauh mana kekuatan, kekokohan dan keteguhannya menyangga. Maka bagaimana mungkin perempuan dapat mensalehkan bangsa yang dibuainya jika dirinya sebagai panutan belum sholehah? Bagaimana mungkin ia bisa mengokohkan negaranya jika diri mereka sebagai tiang masih rapuh? Bagaimana mungkin ia mampu memajukan negerinya jika diri sendiri sebagai penuntun masih terbelakang?

Baca Juga  Balada Toleransi Antara Anak dan Ayah Bunda

Tentang itulah kira-kira yang harus perempuan pikirkan, dan kemudian mereka lakukan untuk menjadi tiang negara. Intinya, untuk menjalankan peran sebagai tiang negara yang kokoh dan baik, upaya yang harus seorang perempuan lakukan adalah bagaimana dia bisa menjadi madrasatul ula bagi anak-anaknya dan juga menjadi pendamping yang baik bagi suaminya.

Upaya tersebut bisa berupa usaha untuk memperdalam keilmuan di bidang agama, ilmu tentang bagaimana mencari orang tua yang baik bagi anak-anaknya, mengenai kesehatan, melatih atau mengasah skill, dan lain sebagainya. Sosok wanita menjadi penentu kualitas rumah tangga dan kualitas sebuah negara.

Semuanya mempunyai pernanan masing-masing. Pelajar perempuan sebagai pemegang tongkat estafet keberlangsungan peran perempuan di ranah domestik maupun publik dituntut untuk mempersiapkan diri untuk tugas besar yang mereka emban. Sedangkan para sarjana perempuan sebagai kesinambungan bagi pelajar perempuan untuk mulai bereksperimen dalam mengaplikasikan berbagai ilmu yang mereka dapat dari masa pendidikan yang sudah mereka tempuh.

***

Perempuan karir yang cerdas tak akan hanya sukses dalam karirnya, namun dia juga menuntut diri mereka untuk menjadi seorang istri dan dan ibu yang juga sukses di keluarganya. Sebaliknya, seorang perempuan yang memilih untuk bergelut dalam dunia domestik akan mengotimalkan perannya di rumah guna memenuhi kebutuhan suami dan anak-anaknya.

Oleh karena itu, perempuan harus cerdas, tangguh, dan berkarakter. Karena pada diri mereka tergenggam arah bangsa melalui miniatur kecil masyarakat yang bernama keluarga. Dari pikir dan tangan mereka akan lahir generasi cerdas dan tangguh yang akan melanjutkan perjuangan bangsa dan negara, di masa ini dan di masa yang akan mendatang.

Sekali lagi, perempuan bebas menentukan pilihannya dalam beraksi dan mengambil peran. Domestik maupun publik sama-sama baik. Bahkan di era Indonesia yang telah merdeka ini. Para perempuan bisa berperan ganda dengan tidak melupakan apa-apa yang harus di prioritaskan. Kualitas bangsa ini juga ditentukan oleh kualitas kita sebagai perempuan. Maka dari itu, perempuan Indonesia, berjuanglah! Beraksilah! Dunia ini membutuhkan sosok Siti Khodijah dan Siti Aisyah muda. Bangsa ini menantikan sosok Cut Nyak Dien dan R.A. Kartini penerus tonggak perjuangan.

Bagikan
Post a Comment