f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pernikahan dini

Peran Media dalam Menghadirkan Wacana Resistensi dalam Isu “Pernikahan Dini” di Masyarakat

Meskipun Indonesia sudah memasuki usia ke 77 tahun, yang kita rayakan 17 Agustus di setiap tahun. Ternyata, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang komplek tentang masyarakatnya. Salah satunya, pekerjaan rumah tentang anak-anak perempuan yang masih terjebak dalam “pernikahan dini”. Lebih lanjut, Covid-19 yang menjadi bencana nasional tahun lalu, turut serta menjadi alasan menikah muda di berbagai daerah di Indonesia meningkat. Bersamaan dengan itu, di media sosial ajakan menikah muda muncul melalui iklan wedding organizing “Aisha  Wedding” yang mengajak anak-anak berusia 12-21 untuk menikah muda dan mendapat kecaman yang serius dari berbagai pihak (detik.com, 2021).

Sementara itu, jika kita tinjau dari industri media di Indonesia, tak sedikit pula portal media daring yang tanpa sadar turut melanggengkan “nikah muda”. Di mana hal tersebut dibuktikan dengan munculnya berita berjudul “Viral pernikahan Dini Usia 16, Lihat Potret Bahagia Selebgram Salsabila dan Adhiguna Sosiawan” pada 17 mei 2020 (Amarilisyariningtyas, 2021). Padahal sebaliknya, realita menikah muda tidaklah sesederhana yang seperti yang beberapa pemberitaan tersebut gambarkan. Sejatinya menikah adalah sesuatu yang membutuhkan perencanaan yang matang dan kesiapan di beragam aspek baik dari pihak perempuan maupun laki-laki.

Meski begitu, bukan berarti semua media sama, beberapa media pernah memunculkan resistensi terhadap isu menikah muda, terutama bagi anak-anak dan remaja (Amarilisyariningtyas, 2021).  Dalam hal ini, Luhmann (dalam Arteiri dan Gemini, 2019) menyebutkan untuk itulah media  terutama yang online merupakan sistem yang menjamin masyarakat dari beragam lapisan untuk tetap bisa terhubung dan bekomunikasi menjadi penting. Di mana media yang mengkonstruksi realita harapannya akan menghadirkan ruang baru yang bisa mengubah pandangan masyarakat tentang pernikahan muda dan bisa menyadarkan masyarakat bahwa pernikahan muda tersebut sangat rentan terhadapan beragam masalah; baik itu sosial maupun dampak lainnya yang menyangkut anak-anak dan remaja yang menikah muda. Untuk itu media seharusnya berfokus pada dampak pernikahan muda, sebagai berikut.

Baca Juga  Sering Merasa Insecure? Begini Cara Bijak Menyikapinya
Kesehatan Reproduksi dan Psikologis Anak

Dalam hal ini, masyarakat harus menyadari bahwa membiarkan anak-anak menikah muda di lingkungannya akan berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental anak tersebut. Sebagaimana, dikutip dari hallodoc, mengungkap, anak-anak yang menikah muda berisiko memiliki tekanan darah  tinggi dan mengalami kerusakan pada organ-organ tubuh lainnya. Di sisi lain, pernikahan dini, terutama pada remaja putri juga berisiko terhadap kelahiran bayi prematur; karena ibu dan bayi yang belum sama-sama siap. Lebih lanjut, kesehatan mental anak-anak maupun remaja yang menikah muda juga bisa terganggu.

Pendidikan

Bagi pasangan anak-anak yang memilih menikah muda, tidak sedikit dari mereka pada akhirnya putus sekolah. Sehingga anak-anak yang seharusnya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan tidak bisa mendapatkannya karena harus menjalan peran baru yang tidak sesuai dengan umurnya. Di mana hal ini tentunya akan menambah masalah di bidang pendidikan bangsa dan negara dan berlawanan dengan program pemerintah yang mewajibkan anak-anak dan remaja mendapatkan pendidikan minimal sembilan tahun, yakni, lulus dari bangkus SMA (Sekolah Menengah Atas).

Ekonomi

Lebih jauh, dampak dari pernikahan dini adalah ketidaksiapan finansial dari pasangan muda tersebut. Apabila pernikahan muda tersebut tidak memiliki perencanaan dan langsung memiliki di tengah-tengah ketidakmampuan pasangan muda tersebut dalam bidang finansial, tentu akan melahirkan masalah ekonomi. Sebagaimana penlis kutip dari laman siap nikah.com, menyebutkan, “Pernikahan dini sangat rentan melahirkan keluarka miskin karena rendahnya akses untuk mendapatkan akses terhadap pekerjaan yang lebih baik”. Oleh sebab itulah, kesiapan finansial menjadi penting, mengingat orang tua yang memiliki tanggung jawab terhadap anaknya hingga bisa mandiri. Tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan harian anak mulai dari pangan, sandang dan juga pendidikannya.

Baca Juga  Pernikahan Sedarah dalam Pandangan Islam dan Negara
Ancaman terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Masa Depan

Terakhir dalam tulisan ini, pernikahan dini bisa menjadi ancaman terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan. Hal tersebut disebabkan, anak-anak dan remaja merupakan calon pemimpin masa depan baik untuk dirinya sendiri, keluarga, bangsa dan negaranya. Sementara itu, pernikaham muda, alih-alih membuat anak-anak remaja yang berusia 10-24 menyiapkan masa depannya. Tidak dapat dipungkiri harus  putus sekolah karena menikah muda. Untuk itulah, menikah muda tanpa perencanaan sudah seharusnya tidak diamini begitu saja di tengah-tengah masyarakat.

Sumber:

Amarilisyariningtyas, Aliftya. (2021). Wacana Tandingan Nikah Muda di Media Alternatif: Analisis Wacana Kritis Resistensi Isu Menikah Muda dalam Webmagazine Magdalene.co. Tesis.  Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Gadjah Mada.

Artieri,G. B., & Gemini, L. (2019). Mass Media and The Web in the light of
Luhmnann’s media system. Journal of Current Sociology Monograph, 67
(4), 563-578. Doi: 10.1177/0011392119837542.

https://www.halodoc.com/artikel/dampak-kesehatan-fisik-dan-mental-pernikahan-dini-bagi-remaja, diakses 16 Agustus 2022.

Siapnikah.org/, diakses 16 Agustus 2022

Bagikan
Post a Comment