Site icon Inspirasi Muslimah

Peran Guru Masa Kini dalam Mempersiapkan Generasi Abad XXI

pendidikan

Sudah menjadi rahasia umum bahwa menjadi guru itu adalah tugas mulia sehingga mendapat predikat Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi tahukah anda? Tidak mudah menjadi seorang guru masa kini. Guru masa kini bukan hanya sebagai penyampai informasi saja, tetapi membantu dalam pembentukan sikap siswa. Karena di era digital ini peserta didik akan mendapatkan informasi dengan mudah dari mana saja. Tentu saja harus ada penyaringan, dan guru harus dapat menyaring pengaruh pengaruh negatif yang ada di lingkungan maupun di dunia maya.

Guru harus bertansformasi dalam mengajar, yang biasanya belajar hanya satu arah menjadi dua arah. Kenapa demikian? Karena harapannya peserta didik aktif dalam pembelajaran. Ketika guru sudah menyampaikan materi pembelajaran,  peserta didik mendapat kesempatan untuk berkolaborasi, berdiskusi, bertanya hingga sampai membuat kesimpulan sendiri.

Guru harus mengaitkan materi pembelajaran dengan dengan kehidupan sehari hari; agar siswa dapat menemukan nilai dan makna dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari. Misalnya, materi gotong royong dalam mata pelajaran PKn, peserta didik harus mendapatkan contoh nyata dengan guru mengajak pendidik membersihkan lingkungan sekolah dan memberi tugas untuk membuat kelompok piket kelas. Hal ini bertujuan agar peserta didik menjadi terbiasa mengaplikasikan dan menjadi budaya yang baik ketika nanti terjun ke masyarakat luas.

Sebenarnya semuanya dimulai dari contoh atau teladan guru sehingga peserta didik dapat mencontoh tanpa harus mengkritisi. Hal ini relevan dengan konsep pendidikan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 3 Juli 1922; ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa dan Tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan. Konsep pendidikan ini masih dipakai di dunia pendidikan sampai saat ini.

 Begitu juga senada dengan penjabaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa ada 5 peran guru yang harus dikuatkan dalam pendidikan karakter.

1. Sebagai Pengajar,

Guru mampu menyampaikan pelajaran agar dimengerti dan difahami peserta didik. Bagaimana guru berfikir kreatif untuk memilih metode dan teknik yang tepat agar pembelajaran menjadi menarik. Apalagi pada masa pandemi covid-19, guru dituntut harus melek teknologi sebagai media komunikasi dengan peserta didik.

2. Sebagai Katalisator,

Guru mampu mengidentifikasi, menggali, dan mengoptimalkan potensi peserta didik. Sebagai contoh, ada salah satu sekolah di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat, yang baru berdiri 5 tahun. Sudah mendapat akreditasi A, dan dapat menggali potensi peserta didiknya dengan baik sehingga setiap tahunnya dapat mengikuti lomba tingkat kecamatan sampai tingkat nasional.

Seperti, lomba Seni Kriya, yang pada dasarnya peserta didik hanya belajar mengukir secara autodidak tapi setelah mendapat bimbingan guru dapat menghasilkan produk yang bagus. Biji karet yang dianggap tidak ada harganya, diolah menjadi cemilan manisan biji karet sehingga dapat dikenalkan oleh peserta didik yang menjadi juara 3 Lomba Genre tingkat Nasional yang diadakan oleh BKKBN. Sebenarnya peserta didik itu unik, mempunyai skill yang berbeda-beda, guru hanya tinggal membimbing, memolesnya, melatihnya dengan tekun sampai mendapatkan sebuah karya yang berharga.

3. Sebagai Penjaga Gawang,

Guru membantu peserta didik untuk mampu menyaring pengaruh negatif. Dengan derasnya informasi yang dapat diakses di media sosial di manapun dalam kondisi apapun, peserta didik harus senantiasa diingatkan agar tidak mengakses informasi-informasi yang negatif sebagai dalih untuk belajar. Perlu disadari, bahwa perkembangan teknologi itu mempunyai dampak positif dan dampai negatif.

Sebagai remaja yang selalu penasaran akan hal yang baru, yang selalu ingin mencoba hal yang baru; sebaiknya guru memberikan pengawasan ekstra agar peserta didik tidak terjerumus kepada hal yang tidak diinginkan. Untuk mengawasi bukan hanya tugas guru saja tetapi orang tua bertanggung jawab penuh untuk memberikan pengawasan yang ekstra kepada anaknya selama berada di rumah maupun di luar rumah.

4. Sebagai Fasilitator,

Guru mampu membantu peserta didik dalam proses pembelajaran menjadi teman diskusi dan bertukar fikiran. Saya mengadakan survei kepada peserta didik sudah lulus beberapa tahun yang lalu. Mereka mengatakan bahwa guru yang mereka kenang adalah guru yang selalu menasehati, menemani diskusi atau curhat karena mereka merasakan ada pencerahan atau mendapatkan solusi tentang masalah yang dihadapi dan perasaan lega setelah berdiskusi dengan guru. Mereka mengakui pada usia remaja yang masih labil memerlukan figur yang dapat memberikan solusi meskipun solusi itu hanya sekedar menenangkan.

Di sini mereka merasakan betapa pentingnya peran seorang guru yang tidak terganti oleh apapun meski perkembangan teknologi semakin pesat. Karena tugas guru bukan hanya mengajar saja; tetapi guru dapat menjadi fasilitator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar dan mengajar. Guru juga merupakan sosok yang dapat membentuk karakter siswa. Sedangkan pembelajaran sekarang merupakan pembelajaran jarak jauh yang guru hanya fokus mengelola kelas secara daring saja. Sehingga untuk membentuk karakter siswa sulit dilakukan karena keterbatasan ruang dan gerak.

5. Sebagai Penghubung,

Guru mampu menghubungkan peserta didik dengan sumber sumber belajar yang beragam baik di dalam maupun di luar sekolah. Belajar tidak harus di sekolah saja, kalau dulu peserta didik ingin mendapatkan ilmu atau referensi dengan pergi ke perpustakaan sekarang sumber sumber belajar itu dapat diakses dari mana saja. Dengan adanya internet kita dapat menemukan hal yang lebih luas jangkauannya. Dan guru memberikan informasi atau alamat situs yang bisa diakses untuk belajar.

 Guru Masa kini, bukan lagi seperti pasal yang sering didengar ketika Orientasi Siswa jaman dulu, Pasal satu, Guru tak pernah salah, Pasal dua, jika guru salah, lihat pasal satu. Namun guru yang menghadirkan ketenangan dan kenyamanan, menyajikan materi dengan menarik dan memberikan teladan yang baik kepada peserta didiknya agar tercipta generasi abad XXI yang mempunyai kecakapan 4C: Critical Thinking (berfikir kritis dan analitis), Creative and innovative (kreatif dan inovatif), Communicative (komunikatif) dan Collaborative (kolaboratif).

Bagikan
Exit mobile version