Site icon Inspirasi Muslimah

Obsesi Zaka

zaka

Zaka menyetandarkan motornya di halaman samping rumah. Teriknya panas matahari membuat wajahnya sedikit gosong berhiaskan peluh yang mengembun di pelipis wajahnya. Zaka berhenti sebentar, menghela nafas dengan sedikit senyum tersungging di wajahnya. Jaketnya yang sudah lusuh serasa tidak mampu memudarkan aura bahagianya hari itu.

Tidak seperti biasa jalannya gontai karena perutnya yang selalu kosong keroncongan, maka siang mendekati sore itu badannya terlihat tegar dalam berjalan. Tampaknya sepiring nasi makan siang dan segelas air putih sudah meneguhkan rasa laparnya. Sedari tadi pikirannya tidak dapat lepas dari ibunya yang menunggunya di rumah.

Hari ini adalah hari pertama dia pulang bekerja. Zaka sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan kecil. Dia akan segera memberitahukan kepada Ibunya pengalaman pertama dia bekerja. Sambil melangkah ringan, siulan kecil menghias jalan kakinya. Ibu Zaka keluar menyambut kedatangan anak satu-satunya itu dengan wajah bahagia.

”Bagaimana hari pertamamu, Zaka?” tanya sang ibu dengan lembut menyambut jaket. Mulailah mulut Zaka belepotan ingin segera menceritakan hari-hari bahagianya di tempat kerja. Ibunya mendengarkannya dengan penuh girang, seribu asa terpancar di binar matanya. Sebentar lagi masalah ekonomi yang membelit keluarga mereka selama ini akan terselesaikan perlahan.

Malam itu Zaka tidak dapat tidur. Himpitan masalah ekonomi di keluarganya sebelum itu bergantian muncul dalam benaknya. Akan segera aku selesaikan, katanya dalam hati. Zaka adalah anak laki-laki satu-satunya ibu Ifah, anak yang humanis mewarisi watak ayah ibunya yang dermawan walaupun bukan berasal dari status ekonomi yang lumayan.

Dia memiliki obsesi yang belum pernah diceritakan ke orang lain dalam hidupnya. Sejatinya selama ini dia hanya merekam dan hanya dapat menyaksikan betapa banyak orang-orang di sekitar dia yang membutuhkan pertolongan. Zaka ingin mengentaskan bude misannya yang jompo dan sampai sekarang tidak terurus oleh keluarganya.

Zaka juga teringat tantenya yang sudah lansia tetapi masih menanggung hidup anak dan menantu dan cucunya, temannya suami istri yang terkena sakit kronis dan anak-anaknya tidak mampu untuk melanjutkan sekolah lagi. Teringat pertemuannya dengan seorang duafa yang hendak membeli obat di apotek tempo hari tapi tidak ada uang.

Ingat korban perang Palestina, yang sudah lama ingin dia sumbang banyak tetapi belum terealisasi karena belum punya penghasilan waktu itu. Juga ingin bantu masyarakat yang sakit tetapi tidak punya biaya untuk pengobatan, dan lain-lain dan lain-lain banyak lagi berputar di kepalanya.

Malam itu Zaka tidak dapat tidur…Dimainkan HPnya sambil tersenyum. Dia tidak ingin ibunya dihina lagi oleh tetangganya, tapi dia juga tidak ingin ibunya ikut-ikutan yu Karti saudaranya. Yu Karti membeli gelang palsu untuk membuat tetangganya yang julid berhenti melakukan bulliying terhadapnya. Hasilnya tetangganya berhenti membully bahkan membaikinya. Begitulah masyarakat kita, selalu silau dan tunduk pada harta.

***

”Zaka, Kamu saya percayakan memegang uang perusahaan untuk anggaran internal perusahaan. Tolong selesaikan kebutuhan anggaran rumah tangga dan masalah domestik perusahaan”, kata Pak Rudi Bos di tempat kerjanya. ”Baik, siap laksanakan, Pak”, kata Zaka. Zaka disambut tepuk teman dekatnya Hadyan memberi semangat padanya.

”Selamat ya Zak, jadi kalau butuh rapat atau biaya perjalanan Kami akan hubungi kamu Zak”, kata Jhony bagian pemasaran. Zaka mengangguk, dia mulai menghitung pendapatannya dari gaji netto ditambah dengan tunjangan dan bonus-bonus prestasi jika dia mencapai target penjualan. Dia sangat gembira. Teringat semua obsesinya, kembali dia memainkan Hpnya.

”Ting”, notifikasi masuk ke HPnya, Jangan lupa username dan passwordnya Bung, bunyi pesan yang mucul di HPnya. Message dari Handono teman lamanya yang kini sudah sukses. Sungguh sangat mengirikan. Terakhir Zaka dapati dia sudah merehab rumahnya dari hasil bisnisnya itu. Rumah dengan rehab senilai 475 juta hampir selesai di status whatshappnya.

Zaka tersenyum…dadanya mengembang. Terima kasih, Don. Kamu memang sahabatku yang paling setia. Siang itu makan siangnya penuh semangat, Zaka menerapkan ajaran baru yang dipelajarinya law of attraction, ilmu meditasi sekaligus hipnotis. Dalam setiap kunyahan ada afirmasi yang tersuratkan dalam pikirannya. Afirmasi untuk berhasil, dia percaya.

Dia mulai membayangkan, saat ini dia mengikuti jejak Handono baru dua hari sudah dapat untung tiga juta. Berarti dalam setahun dia mulai mengalkulasi keuntungannya. Supaya cepat berarti modal harus dia tingkatkan. Sebentar lagi ia akan mencari sebidang tanah untuk investasi. Setelah itu akan mengeksekusi mobil untuk transportasi dan personal branding, pikirnya.

***

Pagi ini, bulan ketiga Zaka bekerja pada perusahaan tempat dia bekerja. Seperti biasa semenjak Zaka bekerja, dapur kembali mengepul. ibu sudah menyiapkan kesukaannya secangkir kopi pahit, telur, ketela dan singkong rebus kesukaannya. Pagi ini tidak satu pun tersentuh oleh Zaka. ”Ayo dimakan Nak. Sebentar lagi kamu harus berangkat, nanti terlambat”, Kata Ibu.

Wajah Zaka terlihat serius, badannya gemetar, wajahnya sangat pucat sembari membuka HPnya.  Pagi ini lapak onlinennya kalah. Sudah tiga bulan Zaka menjalankan judi online, giliran kemarin dia perbanyak modal dari pinjam uang perusahaan karena yakin akan menang. Tadi malam adalah hari kelima setelah empat kali berturut-turut kalah. Logikanya pasti menang.

Sungguh sangat tidak disangka-sangka pagi itu kalah. Zaka gemetar, dia tidak dapat membayangkan berapa bulan dia harus mengangsurnya. Semua obsesinya kandas, senyumnya kecut. ”Ibu, terima kasih, Zaka belum sempat makan Bu, ada panggilan perusahaan. Zaka bawa saja ya Bu” katanya sambil mengemas bekal bawaan.

Ibu Ifah heran tetapi mengangguk. ” Hati hati Zaka, fi amanillah…semoga Allah selalu bersamamu…”, seakan mengerti apa yang terjadi ibunya menatap Zaka yang sudah menyetater motornya…..Jalan yang dilalui Zaka pagi itu masih sama dengan jalan di pagi kemarin, hanya mulutnya yang tiada henti berbisik ”Astaghfirllah…ampuni Hamba-Mu ya Allah”.

Bagikan
Exit mobile version