Site icon Inspirasi Muslimah

Najib Burhani: Muhammadiyah Penjaga Demokrasi Bangsa

muhammadiyh penjaga demokrasi bangsa

Peran penting Muhammadiyah adalah menjaga demokrasi dan pluralisme yang ada di Indonesia. Menurut Najib Burhani salah satu kritik terbaru Muhammadiyah untuk menjaga demokrasi di Inonesia yaitu terkait wacana untuk menambah masa jabatan.

“Jika tak ada Muhammadiyah, maka pemerintah akan kebablasan karena tak ada kritik yang kuat. Kritik ini adalah salah satu bentuk untuk menjaga reformasi” Najib Burhani, Peneliti di bidang ilmu sosial, budaya, dan kajian agama di Badan Riset dan Inovasi Nasional..

Menurut Najib, ada lima peran kebangsaan yang diemban oleh Muhammadiyah.

Pertama, Jihad Konstitusi (institutional check on state power). Menurut Najib, Jika Muhammadiyah sebagai lembaga besar tak bersuara, maka pemerintah akan kebablasan. Amerika sekarang menjadi negara yang sangat demokratis karena civil society-nya sangat kuat.  

Kedua, vehicle for social cohesion among citizenry yaitu wahana atau media untuk kohesi sosial di antara warga negara.  

Ketiga, Muhammadiyah menolak adanya monolitik islamic state. Yakni Muhammadiyah sangat menolak terbentuknya negara Islam. Ini dibuktikan dengan Muhammadiyah menyusun konsep Darul ‘Ahdi wa Syahadah sebagai afirmasinya terhadap sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia.

Keempat, backed democratic reform atau mendukung sistem demokrasi. Muhammadiyah sangat mendukung merit sistem dan diterapkan di beberapa keputusan dan struktur lembaganya.

Kelima, mencita-citakan idealisme civil society. Dalam hal ini, Najib memberikan contoh kasus di beberapa negara. Misal, kenapa Mesir sering sekali jatuh oleh kekuatan militer? Karena di Mesir itu tak ada civil society. Akhirnya, lanjut Najib, kekuatan yang mendukung demokrasi akan kalah dengan kekuatan yang ada di pemerintah.

“Civil Society yang kuat akan berani bersuara tanpa takut tak mendapat akses dari negara karena sudah punya kemandirian sendiri. Amerika itu demokratis karwna ada civil society kuat yang hidupnya tak bergantung pada negara,” jelas Najib dalam dalam kegiatan Workshop Creator Muda Muhammadiyah di Jakarta (12/3)yang digelar oleh IBTimes dengan dukungan Bank Mandiri sebagai sponsor tunggal.

Tantangan Muhammadiyah

Pertama, Isu Kesehatan. Tantangan Muhammadiyah dalam isu kesehatan, menurut Najib adalah bagaimana, misal, responnya terhadap wacana bayi tabung, cloning, dan steam cell yang berkembang di dunia kedokteran dan beberapa hal tersebut bukanlah mustahil dilakukan.

“Termasuk tentang wacana genome editing . Seperti Hitler, mengumpulkan orang cantik, ganteng, pintar, dan kuat supaya punya keturunan-keturunan hebat. Darinya, akan timbul kultur baru yang mana anak akan dipandang wajar jika tak punya orang tua dan bagaimana terkait hukum warisnya. Lalu bagaimana mana Muhammadiyah bisa merespon tantangan ini?” terang Najib.  

Kedua, wacana Cyborg, yakni manusia setengah robot. Menurut Najib, ini bisa menjadi etnik baru dan memungkinkan manusia untuk hidup seribu tahun. Lalu, bagaimana Muhammadiyah bisa merespon ini?

Ketiga, Sense of Urgency dalam Climate Change. Karena ada di garis katulistiwa, maka Indonesia akan sektor pertaniannya akan terdampak, lantas bagaiman Muhammadiyah merespon fenomena ini?.

“China, contohnya, sebagai negara kontinental, tak begitu merasakan begitu besar dampak dari climate change” ujar Najib.

Benarkah Muhammadiyah Islam Fundamentalis?

Najib Burhani menyebutkan lima ciri-ciri Islam Fundamentalis. Pertama, kecenderungan menentang tanpa argumen (oposisionalisme). Menurut Najib, Muhammadiyah bisa menerima konsep dan tidak anti kepada konsep pendidikan Barat, maka Muhammadiyah tak bisa digolongkan ke kategori ormas Islam Fundamentalis.

“Kalau ada sekolah sistem bagus, maka bikin yang bagus juga. Bukan memblokir. Harus ditanamkan spirit kompetitif, bukan mentalitas jalanan” ujar Najib.  

Kedua, keyakinan tentang kebenaran dan keaslinan Al-Qur,an dari Allah. Menurut Najib, kelompok fundamentalis yakin penafsiran kelompoknya adalah satu-satunya yang paling benar dan yang lain salah kaprah, tentu Muhammadiyah tak seperti itu.

Ketiga, authoritarianism. Ciri dari authoritarianism, menurut Najib, yakni intoleran dan eksklusif. “Kalau orang Muhammadiyah seperti itu, berarti dia fundamentalis” tegas Najib.  

Keempat, anti-Individualisme. Ciri dari anti-individualisme menurut Najib adalah anti-ijtihad dan taqlid pada pandangan tertentu dari kelomponya atau pimpinanya. Mereka tak bisa menerima variasi dan keragaman pemikiran yang ada. Muhammadiyah tentunya sangat menghargai dan menerima keragaman pemikiran yang ada di dalamnya.  

Kelima, reactive, defensive, dan selective. Kelompok Islam Fundamentalis selektif terhadap ayat-ayat Al-Qur’an terutama yang bisa menguntungkan kelompoknya dan sesuai dengan ambisinya. Mereka selektif terhdap budaya yang diambil.

“Baju Arab dan pembatasan perempuan ditekankan, tapi ayat-ayat tentang kemajuan umat tidak terlalu diperhatikan. Terhadap kebudayaan Barat, mereka mengambil tekonologinya dan menolak filosofi yang melandasinya, yaitu modernisasi dan rasionalisasi. Tentunya Muhammadiyah tidak seperti itu” tegas Najib.

Reporter : Yahya FR

Bagikan
Exit mobile version