Site icon Inspirasi Muslimah

Meruntuhkan Stereotip Gender dalam Perawatan Diri: Menggali Transformasi Konsep Maskulinitas

perawatan diri

Apakah Anda pernah melihat teman-teman laki-laki Anda yang terhenti dalam upaya merawat kulit dan penampilan mereka, seolah-olah mereka telah melakukan sesuatu yang hina, seakan-akan meremehkan norma maskulin yang menetapkan bahwa perawatan diri adalah sesuatu yang dilarang bagi kaum laki-laki? Dalam dunia yang semakin maju, kita seringkali menyaksikan perubahan dalam persepsi dan tuntutan terhadap pria dalam hal perawatan diri. Meskipun demikian, stereotip gender tetap kuat dan menghambat banyak pria untuk berbicara terbuka tentang perawatan kulit dan kecantikan. Beberapa bahkan merasa terpaksa melakukannya secara rahasia, hampir seperti suatu tindakan yang tabu.

Stereotip gender yang tersemat pada perawatan diri pria telah ada dalam masyarakat kita selama bertahun-tahun. Pria yang peduli terhadap penampilan sering dianggap “feminin”. Tak bisa dipungkiri laki-laki yang melakukan perawatan badan, meliputi wajah salah satunya (male grooming) masih sering dirundung cacian. Misalnya, panggilan “dasar banci”, “laki-laki lemah gemulai” sering kali harus ditelan pahit oleh laki-laki yang menyukai dunia kecantikan. Ini menciptakan tekanan sosial yang kuat pada pria untuk menaati norma maskulin tradisional yang mengharuskan mereka untuk bersikap “tangguh” dan kurang peduli dengan penampilan.

Di era modern, bias gender masih merasuk di banyak sektor, termasuk dalam industri kecantikan. Produk kosmetik masih sering dianggap sebagai domain eksklusif wanita, dengan pandangan bahwa produk-produk ini hanya untuk mempertegas sisi feminin. Namun, kehadiran produk kosmetik untuk pria menggugurkan norma maskulin yang sudah ada. Produk-produk ini tidak hanya memungkinkan pria untuk merawat diri dengan lebih percaya diri. Tetapi juga membantu menghapuskan batasan-batasan gender yang telah lama ada.

Perawatan Diri dalam Mempertahankan Keseimbangan Fisik dan Mental

Perawatan diri bukan hanya tentang penampilan kosmetik, ini juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental. Selain itu, perawatan kulit yang baik dapat membantu mencegah masalah kesehatan serius. Sementara merasa baik tentang diri sendiri dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis. Hal itu dibuktikan dari penelitian yang mengambil sampel dari responden pengguna Twitter yang dilakukan oleh House of Commons Health and Social Care Commite pada 25 April 2022, bahwa sebanyak 80% responden menjawab “sangat setuju” atau “setuju” melihat persepsi citra terhadap tubuh dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, 60% menjawab “sangat setuju” atau “setuju” dengan pernyataan bahwa persepsi tentang citra tubuh dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Dan 71% responden mengatakan “Ya” terhadap pertanyaan “Apakah persepsi anda terkait citra tubuh dapat berakibat negatif pada kualitas hidup anda?”[1]

Disebutkan dalam literatur lain, dikatakan bahwa perawatan diri –berupa perawatan kulit wajah— ternyata dapat berdampak pada tingkat kepercayaan pada seseorang. Hal itu dilatar belakangi dari motivasi yang diperoleh melalui ketidakpercayaan diri yang mengarah untuk melakukan perawatan kulit wajah. Biasanya timbul kondisi wajah yang tidak sesuai harapan, yang mengakibatkan mereka untuk berupaya untuk mencari kepuasannya. Yaitu melalui perawatan kulit wajah.[2] Hal keduanya di atas menandakan bahwa terdapat korelasi signifikan antara persepsi yang dilontarkan terhadap tubuh dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik maupun mental.

Transformasi Budaya: Rekonstruksi Konsep Maskulinitas

Masyarakat seperti umumnya bertindak sesuai apa yang mereka pikirkan dan berkaitan dengan kebudayaan. Mulai berubahnya budaya dalam dunia modern, utamanya pola pikir yang kini memaknai perawatan kulit wajah tidak hanya lagi menjadi kebutuhan primer kaum perempuan, kini juga sudah mulai bergeser menjadi kebutuhan primer sebagian besar kaum laki-laki. Adanya faktor eksternal yang menjadi pendorong penyebab terjadinya perubahan kebutuhan primer pada kaum laki-laki. Yaitu salah satunya pergaulan dan pekerjaan yang selalu tampil di depan layar.[3]

Hal ini menginisiasi banyak produk kosmetik untuk mulai berani menciptakan produk kosmetik khusus buat laki-laki. Diksi yang sama label genderless –pembedaan gender sudah tidak menjadi patokan dalam penggunaan bahan kosmetik— mulai disematkan dan membersamai lahirnya produk kecantikan untuk kaum laki-laki. Tapi sebenarnya jika dilihat dari historisitas industri perkosmetikan sering menjadi bahan persuasi terhadap kaum wanita untuk menjadi target utama pemasaran. Tapi semakin berjalannya waktu industri perkosmetikan mulai mempermainkan peran dalam mereduksi stereotip gender yang bias itu, dengan menawarkan produk yang mereka klaim bahwa pria juga dapat memakainya, tidak hanya wanita.[4] Hal itu dibuktikan dengan sudah banyaknya produk kosmetik yang barlabelkan “untuk laki-laki”. Yaitu Kahf, Pond’s Men dan masih banyak lagi.

Dalam kesempatan akhir ini sekaligus menegaskan kembali, bahwa akan kesadaran masyarakat terhadap literasi gender. Mengenai gender bias yang tiada habisnya, seksisme, minimnya pemahaman dalam menanggapi fenomena laki-laki yang senang dalam melakukan perawatan diri (male grooming) yang kian merajalela, yang membuat sebagian masyarakat gelap mata. Oleh karena itu, publik harus lebih inklusif dalam keterbaruan ini dan menerima eksistensi setiap laki-laki yang suka dalam dunia kosmetik tanpa cepat-cepat berspekulasi mengejudge, bahkan menghina. Sehingga sudah tidak ada lagi asumsi-asumsi yang mengatakan bahwa perbuatan perawatan diri bagi kaum laki-laki adalah sesuatu yang tabu –tidak baik untuk dilakukan sesuai norma masyarakat sekitar.

Namun, perlu diingat kembali bahwa perawatan tubuh bukanlah hanya tentang aspek kosmetik semata. Ini juga berkaitan dengan kesehatan. Misalnya, perawatan kulit yang baik dapat membantu mencegah masalah kesehatan serius seperti kanker kulit. Jadi, merawat diri harus dilihat sebagai investasi dalam kesehatan jangka panjang dan bukan hanya tindakan kosmetik.

Refrensi

[1] House of Commons Health and Social Care Commite, “The Impact of body image on mental and physical health,” 02, Agustus 2022.

[2] Siti Mayanfa’uni Al Ilhami dan Grendi Hendrastomo, “Perawatan Kulit Wajah Sebagai Gaya Hidup Laki-Laki,” Jurnal Pendidikan Sosiologi, n.d., https://journal.student.uny.ac.id/index.php/societas/article/viewFile/17119/16528.

[3] Selly Fitriyani Wahyu, “#BeautyHasNoGender: Tak Hanya Perempuan Yang Boleh Pakai Make up, Laki-laki Juga Boleh,” January 17, 2023.

Bagikan
Exit mobile version