f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
definisi cantikmu

Merayu Allah: Ibrah dari Kisah Nabi dan Sahabat

Adam Smith, seorang ekonom asal Skotlandia, menyebut manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus). Makhluk yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus-menerus dalam memenuhi kebutuhannya.

Karena status homo economicus itulah, tak heran jika manusia bermunajat kepada Tuhan agar membantu mengabulkan segala kehendaknya. Umat Islam pun menjadikan doa sebagai cara merayu Allah SWT. 

Rasulullah SAW bersabda, ”Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa kepada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: Allah segera mengabulkan doanya, Allah akan menyimpan baginya di akhirat kelak, dan Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.”

Para sahabat lantas menanggapi, ”Kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa.” Rasulullah lantas berkata lagi, ”Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian.” (HR Ahmad)

Lalu untuk Rahmania sekalian, bagaimana caramu memanjatkan doa? Jangan-jangan tanpa berdoa saja Allah tahu keinginanmu, atau merasa sudah berdoa tapi tidak dikabulkan. Mari mengambil ibrah (pelajaran hidup) dari para nabi dan sahabat yang berhasil dikabulkan doa-doanya dengan cara-cara yang menakjubkan.

Istighfar dan Melakukan Pengakuan Dosa

Kisah Nabi Adam yang melanggar ketetapan Allah dengan memakan buah terlarang membuatnya dikeluarkan dari surga dan dipisahkan dari Hawa hingga ratusan tahun. Ia tidak meminta agar segera dipertemukan dengan pasangannya, namun ia terus-menerus melakukan pengakuan dosa. Kalimat tersebut sering kita dengar, ”Rabbanaa dzalamnaa anfusana wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin” (Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi).

Kisah lain datang dari umat Nabi Nuh. Mereka diberi azab oleh Allah berupa kekeringan dan kemandulan karena tidak mau beriman. Kemudian, Nuh mengajak umatnya beristighfar dan menjanjikan Allah akan menurunkan hujan deras, memberi limpahan harta dan keturunan jika mau bertaubat kepada Allah.

Beranjak dari kisah Nabi Nuh, ribuan tahun kemudian, di masa Nabi Salih, ada yang namanya kaum Tsamud. Dalam kemakmurannya, mereka berfoya-foya dan banyak bermaksiat. Nabi Salih diutus Allah mengajak kembali pada kebenaran dan berkata, ”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya. Karena itu, mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya, Tuhanku amat dekat rahmat-Nya lagi memperkenankan doa hamba-Nya.” (QS Hud: 61)

Baca Juga  Tewasnya Abu Jahal

Kisah Nabi Yunus pun setali tiga uang. Saat berada dalam perut ikan dan diliputi kegelapan, nabi bernama lengkap Yunus bin Matta itu memohon ampun kepada Allah dan melakukan pengakuan dosa sebagaimana yang dilakukan Nabi Adam. Ia berdoa, ”Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadzdzaalimiin”(Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim).

Mengingat Allah

Di samping beristighfar, Nabi Yunus juga mempunyai kebiasaan baik lainnya. Nabi Yunus memiliki amalan yang istiqamah, yaitu berdzikir dan selalu mengingat Allah. Hal itu dapat menyelamatkannya dari perut ikan yang menelannya. Sebuah kisah yang dulu, bagi generasi milenial, kerap dibaca di buku-buku kisah nabi. Dalam QS Ash-Shaffat: 144 Allah berfirman, ”Maka kalau sekiranya dia (sebelumnya) tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari kebangkitan (kiamat).”

Mengingat Allah saat lapang juga dapat menjadikan kita diingat oleh Allah di kala sempit. Rasulullah pernah bersabda, ”Kenalilah (ingatlah) Allah di waktu senang, pasti Allah akan mengingatmu di waktu sempit.” (HR Tirmidzi)

Merendahkan Diri

Kisah Nabi Zakaria sangat populer di kalangan pasangan yang sedang memohon untuk diberi keturunan. Dalam QS Maryam terdapat cara Nabi Zakaria berdoa kepada Allah dalam salatnya. Doanya pun dikabulkan dalam keadaan ia masih berdiri dalam salat. Ia berdoa dengan suara yang lembut dan jauh dari perasaan riya dalam dirinya.

Ia pun merendahkan diri dan mengaku tidak pernah kecewa pada Allah saat berdoa, ”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.”

Bertawasul dengan Amal Kebaikan

Nabi Ibrahim dan istrinya, Sarah, kala itu tidak kunjung diberi keturunan oleh Allah. Namun, suatu malam ia kedatangan tamu. Meski tamu itu datang di malam hari, Nabi Ibrahim mempersilakannya dan menjamunya dengan hidangan anak sapi panggang.

Baca Juga  Berkisah Pembelajaran Online

Namun, ia dan istri mulai ketakutan saat melihat tangan tamu itu yang tak sampai memegang jamuan di depannya. Mereka pun mengaku bahwa mereka adalah malaikat yang diutus Allah memberikan kabar gembira akan datangnya keturunan yang alim untuknya. Allah mengabulkan doa mereka meski Sarah sudah berusia lanjut dan dalam masa menopause karena mereka memliki amalan yang istiqamah, yaitu memuliakan tamu.

Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” Menurut Ibnu Abbas, makna wasilah dalam QS Al-Maidah; 35 adalah peribadahan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.

Dikisahkan dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah pernah menceritakan tiga pemuda yang terkunci dalam goa saat berteduh. Salah satu di antara mereka meminta agar mereka mengingat amalan yang tulus karena Allah kemudian berdoa dengan perantara amal tersebut.

Pemuda pertama menyebutkan bahwa ia menggembala domba setiap hari dan memerah susunya. Susu tersebut selalu diberikan kepada orang tuanya sebelum diberikan kepada anak-anaknya. Suatu ketika orang tuanya sedang tidur. Ia tidak ingin membangunkannya, namun juga tidak ingin memberikan susu kepada anaknya sebelum diminum orang tuanya meski anak-anaknya sudah sangat lapar. Ia dan anak-anaknya tetap dalam keadaan lapar hingga terbit fajar.

Lanas pemuda tersebut berdoa, “Ya Allah, jika Engkau tahu bahwasanya aku melakukan perbuatan tersebut hanya untuk mengharap ridla-Mu, maka bukakanlah suatu celah untuk kami hingga kami dapat melihat langit.” Celah goa pun terbuka meski belum bisa mengeluarkan mereka dari goa.

Pemuda kedua berdiri sambil berkata, “Ya Tuhanku, kepada putri pamanku aku pernah sangat jatuh cinta. Suatu ketika aku pernah mengajaknya untuk berbuat zina, tetapi ia menolak dan memberi syarat agar aku memberinya uang seratus dinar.

Setelah bersusah payah mengumpulkan uang, aku pun mampu memberikan uang tersebut kepadanya. Ketika aku siap menggaulinya, tiba-tiba ia berkata; ‘Hai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu membuka menggauliku kecuali setelah menjadi hakmu.’

Baca Juga  Markus, Anak Berkebutuhan Khusus yang Hafal Doa Sesudah Tarawih

Lalu aku bangkit dan meninggalkannya. Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau pun tahu bahwa aku melakukan hal itu hanya untuk mengharapkan ridha-Mu. Oleh karena itu, bukakanlah suatu celah lubang untuk kami!” celah pun terbuka sedikit, namun tetap saja tida dapat mengeluarkan mereka dari goa.

Pemuda ketiga bertawasul dengan amalnya ketika memiliki sawah dan mempekerjakan seseorang. Ketika pekerjaannya rampung, ia tidak dapat menggajinya. Ia pun menanami sawahnya dan hasilnya ia gunakan untuk membeli beberapa sapi dan menggaji beberapa penggembalanya. Saat pekerja itu datang lagi dan meminta bayarannya kepada pemuda, ia berikan semua sapi beserta penggembalanya.

Lantas ia berkata, “Ya Allah, engkau pun tahu bahwa aku berbuat demikian dengan tulus untuk mendapatkan ridhamu. Maka bukakanlah pintu goa yang belum terbuka!” Terbukalah goa yang terhalang batu tersebut dan mereka dapat keluar darinya.

Menggunakan Asmaul Husna

Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-A’raf: 180)

Ayat di atas menunjukkan bahwa asmaul husna digunakan untuk memohon kepada Allah sesuai permohonan yang diminta. Misalnya, meminta rizeki yang halal dengan yaa Razzaaq, meminta ilmu yang bermanfaat dengan yaa Aliim, dan seterusnya.

Sebagaimana Nabi Zakaria berdoa memohon keturunan dengan nama Allah Al-Wahhab yang artinya Maha pemberi tanpa batas. Dalam bentuk kata perintah menjadi ‘hab’dan diakhiri dengan nama Allah As-Sami’ yaang artinya Maha Mendengarkan doa. “Rabbi hab lii min ladunka dzurriyatan thoyyibatan innaka sami’uddu’a, Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”

Kita telah diberi teladan oleh para nabi tentang bagaimana semestinya merayu Allah SWT. Kita dapat menggunakan salah satunya atau memadukan beberapa cara. Wallahu a’lam bishshawab.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment